Jadi Entrepreneur, atau Jadi Kulinya Entrepreneur ?

Akhir-akhir ini pertanyaan senada ini banyak sekali didengungkan oleh teman-teman saya di milis internal SBM, intinya satu, mereka mengalami kegalauan dalam menemukan tujuan hidup, apakah akan menjadi entrepreneur, apakah akan jadi kuli dari entrepreneur yang sudah ada ?

Masalahnya, di SBM sendiri ada dua kubu dan dua kepentingan yang cukup kuat diluar kubu dan kepentingan lain, disatu sisi harus bisa menciptakan pekerja yang bisa mengerjakan pekerjaan bisnis administratif (jadi kalo ngelamar kerja di perusahaan bisa mengerjakan pekerjaannya dan ngga malu-maluin), disatu sisi juga harus bisa menciptakan entrepreneur yang cukup handal, sementara kubu entrepreneur agak sulit berkomunikasi dengan kubu pekerja yang notabenenya adalah anak-anak yang pintar serta dosen-dosen yang betul betul ngelotok dengan bidang keilmuannya (kebanyakan yang rajin dan jago berhubungan dengan angka dan memiliki IP (indeks prestasi) cukup tinggi), karena yang memiliki cita rasa entrepreneurship ini memiliki kesan orang yang pengangguran serta urakan dan tidak memiliki masa depan yang pasti!

ITU ADALAH PEMIKIRAN YANG SALAH TENTANG ENTREPRENEUR!

Mengapa demikian ? Entrepreneur adalah orang yang pandai melihat peluang, dan itu adalah pasti, tidak mungkin dia menawarkan sesuatu produk jika kliennya sedang bermasalah, mayoritas adalah salesman yang baik, meski tidak semua, tetapi justru mayoritas entrepreneur yang baik yang sering saya temui, kebanyakan bermain aman, dalam arti tidak mau menawarkan sesuatu yang ia tidak bisa sanggupi kepada kliennya, dan ketika hal itu tidak bisa ia sanggupi karena diluar kemampuannya, ia akan meminta maaf dan menggantinya dengan hal lain yang bisa ia perbuat, bukan malah kabur dan tidak bertanggung jawab.

Saya sendiri lebih suka untuk dikenal oleh orang lain sebagai Entrepreneur (meski wannabe), bukan sebagai mahasiswa, mohon maaf, karena agak malu dengan citra mahasiswa yang sekarang lebih cenderung negatif (tukang demo) dan pemalas (ngga rajin kerja, belajar doang). Full Time Entrepreneur istilahnya, dan Part Time Blogger, keduanya adalah pekerjaan saya, mahasiswa ? oh, saya hanya numpang kuliah saja mengisi waktu luang, sekalian mencari rekanan bisnis dan juga teori yang bisa disesuaikan dengan kehidupan nyata dan bisnis… (kebanyakan dari teori tidak bisa diterapkan)

Mengapa demikian kekeuhnya saya Ingin menjadi Entrepreneur ? perhatikan skema berikut :

Jika anda adalah seorang yang baru lulus kuliah (kurang lebih usia disekitar 20-24 tahun), berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membeli sebuah mobil Honda Jazz ?

Anda melamar sebuah pekerjaan di kantor yang bergengsi, masuk jam 7 pagi sedang rumah anda berjarak 30 km dari tempat kerja anda, tentunya anda harus bangun pagi pagi sekali agar tidak terlambat, karena jika terlambat anda akan dipotong gajinya, dan anda baru bisa pulang malam karena harus lembur untuk mendapatkan uang tambahan.

Anggap anda memiliki penghasilan 3 juta per bulan, tinggal di Bandung, dikurangi pengeluaran (kosan, rokok, makan, pacaran, komunikasi, ongkos, dll) anda bisa memiliki tabungan sebesar Rp.800.000 per bulan, tentunya harus memikirkan biaya untuk pernikahan (jika belum menikah) dan asumsi ini merupakan asumsi bagi anda yang masih single, bagaimana jika anda sudah berkeluarga ?

sedang harga honda Jazz patoklah Rp.157.000.000 (kalo ngga salah) berapa tahun lagi anda baru mendapatkan benda ini ? silakan bagi sendiri,

kenyataannya untuk mendapatkan gaji 3 juta sebulan di Bandung bagi fresh graduate itu bukanlah hal yang mudah, anda harus bersaing bersama ribuan pengangguran lainnya untuk mendapatkan pekerjaan itu, dan juga harus bekerja dibawah tekanan dan hidup yang tidak sehat, ujung-ujungnya biaya yang dikeluarkan oleh anda untuk berobat dirumah sakit, akan menghabiskan tabungan yang selama ini anda pegang. Belum lagi ada risiko pengurangan pegawai, dimana ketika anda sakit dan masuk rumah sakit, anda bisa saja dikeluarkan karena kelamaan tidak masuk kerja / kerja anda kurang produktif, selain itu juga perusahaan tidak memerlukan anda lagi karena umur anda sudah tua dan tidak kreatif lagi..

Belum lagi jika anda sudah berkeluarga, dan memiliki anak yang hendak punya motor / mobil,

Ujung-ujungnya demi beli Honda Jazz, anda jadi korupsi, entah itu waktu anda bekerja di kantor, maupun finansial kantor (naudzubillahimindzalik)

hmmm menyakitkan bukan ? ketika muda terlena oleh pekerjaan dan diiming imingi pensiun yang besar, tahunya di jalan diputuskan orang lain, itu karena nasib anda ditentukan oleh Boss, bukan oleh diri anda sendiri.

Perbedaan lain ketika menjadi Entrepreneur, terlihat sedikit pengangguran, penghasilan anda ditentukan oleh kompetensi dan kemampuan anda sendiri, terutama kemampuan untuk memanage dan mencari peluang, serta berkomunikasi menawarkan barang dagangan anda keorang lain. Jam kerja Entrepreneur terkadang tidak menentu, terkadang bisa lebih gila lagi daripada karyawan, tetapi tidak di push oleh atasan melainkan oleh tuntutan dirinya sendiri.

Jadi Entrepreneur cukup menjanjikan dibanding mencari pekerjaan, karena bisa dimulai dari modal yang tidak terlalu besar, dan juga waktu yang tidak terbatas, kapanpun ketika anda di PHK sekalipun, anda bisa menjadi entrepreneur, satu satunya modal yang harus anda kuat miliki adalah KEMAUAN, baru kemudian rekanan dan juga keuangan.

Jika anda sadar, ada gabungan diantara keduanya, yakni Partnership, seseorang bisa menjadi Entrepreneur, dan juga bisa menjadi Karyawan, contohnya, jika anda memiliki ide bisnis tetapi tidak memiliki modal untuk menjalankannya, anda bisa menjual ide bisnis tersebut kepada orang lain yang memiliki modal, ini namanya sistem investasi, atau anda bisa mencari pekerjaan paruh waktu selagi anda menjalankan usaha anda, untuk menambah modal finansial. Pekerjaan paruh waktu ini bisa berupa konsultan, blogger, atau mengerjakan proyek proyek yang kecil kecilan.

Saya rasa, tidak ada alasan untuk seorang dosen untuk tidak menjadi Entrepreneur, waktu yang dia miliki bisa ia pilih, antara untuk riset, proyekan, mengajar, buat usaha, atau untuk keluarga dan masyarakat, dan juga untuk seorang yang baru lulus kuliah untuk menjadi entrepreneur, karena seharusnya sewaktu kuliah ia memiliki banyak teman yang mungkin bisa diajak bekerja sama olehnya membangun kerajaan bisnis.

Untuk menjadi Entrepreneur, perlu dukungan yang amat sangat kuat, mulai dari keluarga, pacar, teman, orang tua, bahkan sampai dukungan dari pihak kemanan, jika ada teman / saudara anda yang hendak menjadi pengusaha, dimohon untuk mendukungnya 100% karena ini berkaitan dengan masa depan dan juga mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

Untuk teman-teman yang masih menjadi pengangguran, saran saya marilah buka usaha, menjadi entrepreneur, dan kurangilah jumlah pengangguran di Indonesia…

Kalau kata Ijal & Mimin, Jadi entrepreneur mungkin sulit dimengerti, tidak apa apa, yang penting rekening korannya toh :D

Untuk Astrid, Feiral, Luthfi, Dharma, dll, semoga tulisan ini bisa menjadi pencerahan, Thanks to Pak JH, BPI, DL, yang udah kasih masukan di milis, serta temen-temen yang udah ngedukung, dan juga buat orang-orang yang menjadi cerminan hidup saya dan sudah memberi pencerahan untuk saya baik dimasa lalu, hari ini, dan mendatang…

Jika anda lulus kuliah dan langsung mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bergengsi, berarti anda maju 5 langkah dari orang lain yang baru lulus kuliah, sedangkan jika anda sewaktu kuliah sudah membangun perusahaan anda sendiri, entah itu bergengsi atau tidak dan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, itu sudah maju 100 langkah dari orang yang maju 5 langkah tadi.

Ohya, Blogger merupakan pekerjaan yang amat menjanjikan, kenapa ? tunggu tanggal mainnya :)

PS : Jika anda adalah seorang entrepreneur, dan ada yang bertanya kepada anda, siapa boss anda, sebaiknya anda menjawab, Tuhan-lah Boss saya sebenarnya, ia menggaji saya dengan kehidupan :)

Antara Ketakutan, kreativitas, dan inovasi

Selama lebih dari 20 tahun, Eureka Ranch milik Doug Hall telah menjadi tempat lebih dari 6.000 tim yang ingin mencari ide-ide kreatif dan inovatif untuk perusahaannya. Berdasarkan pengalaman dari ribuan sesi yang telah difasilitasinya, Hall tiba pada kesimpulan bahwa terdapat 3 hal penting yang menentukan apakah sebuah kelompok mampu menghasilkan ide-ide kreatif yang berkualitas dalam jumlah yang banyak. Ketiga faktor tersebut adalah: banyaknya stimulus, kemampuan kelompok memanfaatkan keragaman, dan tiadanya ketakutan.

Dia lalu membuat satu persamaan sebagai berikut:
Jumlah Ide Besar = (STIMULUS)DIVERSITY dibagi dengan KETAKUTAN.

Di sini kita akan membicarakan tentang ketakutan. Bukan berarti stimulus dan keragaman (diversity) bukan hal yang penting. Namun menurut Hall sendiri (dan beberapa ahli lainnya), mengusir ketakutan dari tempat kerja merupakan hal yang lebih sulit.

Dari pengalaman Hall sendiri, dia mengakui bahwa mengusir ketakutan baik itu takut gagal, takut dicemooh, takut dianggap bodoh, takut melakukan kesalahan, takut bertindak, takut berubah, atau ketakutan lainnya sangat sulit untuk dihilangkan karena para penderita ketakutan tersebut sering tidak menyadari penyakitnya. Celakanya, para manajer atau eksekutif sering tanpa disadari menciptakan lingkungan yang bukan saja membuat penyakit tersebut menjadi lebih parah, namun menular ke seluruh sudut-sudut perusahaan.

Professor Harvard Business School Amy Edmondson dan Professor James Detert dari Penn State University yang pernah mengadakan riset mengenai ketakutan di tempat kerja di US terkejut menemukan betapa banyaknya karyawan yang tidak berani mengatakan sesuatu ke atasan mereka, walau apa yang akan dikatakan tersebut berharga untuk perusahaan. Bila ketakutan yang luas tersebut terjadi di budaya US yang relatif lebih egalitarian, bayangkan tingkat ketakutan berbicara di budaya Indonesia yang lebih menghormati senioritas dan orang yang berkuasa.

Ketakutan tersebut jelas merupakan biaya bagi perusahaan. Bayangkan betapa banyaknya uang yang bisa dihemat atau inovasi produk yang bisa lahir bila mulut-mulut yang terkatup rapat tersebut bisa terbuka. Para karyawan yang bekerja di lini depan dan berhadapan langsung dengan pelanggan adalah sumber informasi yang kaya. Banyak yang mengatakan konsultan adalah orang yang dibayar mahal untuk mengambil jam tangan Anda dan lalu memberitahu Anda jam berapa sekarang. Pendapat sinis tersebut ada benarnya. Namun yang sering dilupakan adalah: di dalam perusahaan, sering orang-orang yang tahu jam berapa saat ini takut mengatakannya kepada atasan mereka sehingga perusahaan harus membayar orang dari luar untuk mengorek informasi tersebut.

Mengapa ketakutan bisa menimbulkan efek sebesar itu? Kita coba berpaling sebentar ke struktur otak manusia. Otak kita, menurut para ahli otak, terdiri dari 3 bagian: otak manusia (cerebral cortex), otak mamalia, dan otak reptilia. Fungsi-fungsi kognitif seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif dilakukan di cerebral cortex. Sementara otak mamalia memegang kendali atas emosi-emosi kita, dan naluri dasar kita untuk mempertahankan hidup dan berkembang biak terletak di bagian otak reptilia. Cerebral cortex dan otak mamalia dihubungkan oleh apa yang disebut sebagai RAS (reticular activating system). RAS inilah yang menentukan otak mana yang akan aktif dengan memakai mekanisme mirip dengan tombol lampu.

Tombol RAS tersebut akan diaktifkan bila salah satu dari dua kondisi ini terjadi: pada kondisi yang sangat emosional dan pada kondisi rileks. Pada saat kita terlalu emosional (dan ketakutan adalah salah satu emosi yang paling kuat), RAS akan menurunkan aktivitas cerebral cortex kita dan mengaktifkan otak mamalia kita. Pada saat ini, kegiatan kognitif akan sangat minimal. Sebaliknya ketika kita santai, RAS gantian akan mengaktifkan cerebral cortex dan menonaktifkan otak mamalia.

Dengan pengetahuan tersebut, kita sekarang tahu bahwa bila kita ingin kreatif dan berpikir jernih, apa yang harus dilakukan adalah mengusir jauh-jauh ketakutan dan menciptakan lingkungan yang santai. Tantangan bagi para pemimpin perusahaan yang ingin meningkatkan kreativitas dan laju inovasi perusahaannya adalah tentu saja melakukan kedua hal tersebut pada skala yang luas. Pemimpin bukan saja harus mengusir ketakutannya sendiri, tetapi juga ketakutan seluruh bawahannya.

Memang sebagian akar ketakutan bisa dilacak pada kepribadian karyawan (terutama yang introvert dan kurang percaya diri), namun konteks perusahaan juga memegang peranan yang sangat penting. Tingkah laku atasan yang paling kecil sekalipun, seperti mengerutkan kening atau menaikkan alis, mampu membuat karyawan yang sudah terlanjur membuka mulut merasa menyesal. Mereka akan memberitahu rekan kerja mereka apa yang telah terjadi karena membuka mulut, dan dalam waktu singkat pengalaman seorang akan menjadi pengetahuan bersama.

Di sisi lain, bila atasan bersedia meluangkan waktu 2-3 menit setiap hari untuk menegur seorang karyawan dan mendengarkan usulan mereka dengan bersungguh-sungguh, tindakan tersebut akan memberi dorongan karyawan lain untuk membuka diri dan menyumbangkan pemikiran mereka. Bila sebagai pemimpin perusahaan Anda keberatan membayar konsultan yang mahal, cobalah menghilangkan ketakutan dari perusahaan Anda. Niscaya Anda akan tetap mendapatkan saran-saran berharga tanpa pengeluaran tambahan.

* dikutip dari http://www.itpin.com/blog/2006/09/26/ketakutan-kreativitas-dan-inovasi/

Businessweek : Dicari Pengusaha Dibawah 25 Tahun

Businessweek : Dicari Pengusaha Dibawah 25 Tahun

Wirausaha. Itulah tenaga yang membangkitkan macan Asia. Di seluruh kawasan ini, sekelompok pengusaha muda yang tengah tumbuh memberi kontribusi besar terhadap munculnya gagasan-gagasan inovatif di balik transformasi ekonomi Asia. Atas dasar pemikiran seperti itu, BusinessWeek Online kini mencari para pengusaha muda Asia berusia di bawah 25 tahun.

Kami mencari anak-anak muda yang menjalankan perusahaannya sendiri (perusahaan yang benar-benar ada dan beroperasi secara penuh). Rencana bisnis tentu penting. Namun begitu, kami lebih ingin mencari pemimpin bisnis muda yang berani menjalani rencana yang berisiko. Rencana kami adalah menemukan bisnis yang benar-benar inovatif, yang mampu menampilkan potensi yang jelas dalam membangun pertumbuhan. Dari situ, kami ingin menemukan sosok pengusaha muda berwawasan luas di balik rencana tersebut. Pendek kata, kami mencari generasi baru dari kisah sukses di Asia.

Apa yang kami butuhkan dari Anda? Kirimkan nominasi Anda menggunakan formulir di halaman situs http://www.businessweek.com/globalbiz/asia/under25.htm dan ceritakan kepada kami mengapa pengusaha muda yang Anda usulkan tampak menonjol dibanding yang lain. Calon yang diajukan harus berusia di bawah 25 tahun pada saat dinominasikan.

Masa nominasi ditutup pada 1 Agustus mendatang. Editor kami akan menyeleksi dan menyaring sosok-sosok yang masuk hingga ditemukan 25 orang finalis. Lalu, kami akan meminta Anda memilih sosok pengusaha di balik usaha kecil yang paling menjanjikan tersebut. Pada 21 September nanti, lima pengusaha terbaik di bawah usia 25 tahun akan diumumkan secara online.

Silakan kunjungi alamat situs http://www.businessweek.com/globalbiz/asia/under25.htm

 

The Entrepreneurial Melting Pot

The Entrepreneurial Melting Pot

The US entrepreneurs are often described as one of the primary drivers of the nation's economy. For starters, small outfits create some 75% of all new jobs, represents 99,7% of all employers, and employ 50% of private workforce, according to the small Business Administration. However, today, the biggest driver within the small-business sector appears to be the minority-owned businesses. And there is some fairly dramatic data to support this emerging trends.......

For further details, please visit this website

Audit SDM: Memperkecil The Knowing-Doing Gap

Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dan menentukan dalam arah dan perubahan organisasi. Tanpa manusia sebagai penggeraknya, organisasi menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia menjadi pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi.  Dan, persis seperti aspek keuangan, pemasaran, mutu, lingkungan, manajemen, operasional, internal dan eksternal, maka sumber daya manusia juga memerlukan audit untuk memeriksa dan melihat sejauh mana fungsi-fungsi sumber daya manusia dalam organisasi memenuhi azas kesesuaian, efektivitas dan efisiensi di dalam prakteknya untuk mendukung tercapainya tujuan dan sasaran organisasi secara keseluruhan. Audit sumber daya manusia sejatinya merupakan penilaian yang sifatnya komprehensif. Audit itu juga didesain untuk menentukan jika dan bagaimana suatu perusahaan memenuhi tanggung jawabnya yang berhubungan dengan aturan-aturan sumber daya manusia. Guna mengerti dengan benar akan budaya, dinamika internal, dan bagaimana fungsi-fungsi organisasi, maka porsi terbesar dari pekerjaan audit sumber daya manusia dilakukan on-site dan diikutsertakannya berbagai komponen audit. Kunci penilaian keseluruhan dalam audit ini adalah gap analysis yang mengukur aktivitas sumber daya manusia pada kondisi saat audit dengan praktek-praktek yang dipertimbangkan sebagai yang "terbaik".

Willy Susilo sebagai penulis buku ini memulai pembahasan dengan memaparkan konsep manajemen sumber daya manusia melalui model 7P (Perencanaan Penerimaan Pengembangan Pembudayaan Pendayagunaan Pemeliharaan Pensiun), fungsi dan kegiatan sumber daya manusia sekaligus memperkenalkan Social Accountability 8000 (SA 8000) yang merupakan standard tentang tanggung jawab sosial organisasi dalam masalah ketenagakerjaan yang diprakarsai oleh Council on Economic Priorities Accreditation Agency (CEPAA). Perlu juga dipahami, bahwasanya untuk lebih mengerti isi audit sumber daya manusia yang sebenarnya, siapapun terlebih dahulu mesti mengenal pengertian, tujuan, aktivitas, dan manfaat audit secara umum serta kemudian menghubungkannya dengan pengertian, tujuan, dan manfaat audit sumber daya manusia. Pemaparan pengertian ini sangatlah penting supaya pembaca tidak kehilangan makna dan maksud dari audit sumber daya manusia. Lebih dari itu, mengerti betul akan perbedaan audit sumber daya manusia dengan audit bersifat umum. Setelah itu, barulah beralih kepada sistem audit, prosedur dan perencanaan audit sumber daya manusia. Misal, dalam prosedur dan perencanaan audit, Willy melengkapinya dengan contoh dan daftar periksa. Maksudnya, melalui contoh dan daftar periksa tersebut, siapapun bisa secara langsung mengaplikasikannya dengan kondisi organisasi dan melakukan penyesuaian bila dianggap perlu.

Perlu juga disadari, esensi dari proses belajar bukanlah hanya sekedar knowing tetapi juga doing. Artinya, pengetahuan yang diterima seharusnyalah bisa diubah dan ditindaklanjuti melalui action. Dengan demikian, ada upaya yang jelas untuk memperkecil apa yang dimaksud Jeffrey Pfeffer dan Robert I. Sutton -dua professor dari Stanford University- sebagai the knowing-doing gap. Di dalam buku ini, Willy mencoba untuk mendekatkan antara pengetahuan dan praktek dalam melakukan audit sumber daya manusia. Hal penting lain adalah bahwa audit sumber daya manusia tidak mesti selalu ditekankan untuk mencari pelanggaran atau ketidaksesuaian. Akan tetapi, berguna juga mencari terobosan dan tantangan baru. Auditor memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk menggali potensi nilai dari perspektif sumber daya manusia memotivasi auditee guna memacu prestasi dengan melakukan berbagai perubahan atau inovasi. Sumber daya manusia akan bisa berkembang jika didukung oleh budaya dan iklim organisasi yang kondusif melalui habitat belajar yang dapat meningkatkan modal kredibilitas individu dan organisasi. Kompetensi individu dan organisasi saja tidak cukup jika tidak didukung oleh kredibilitas individu dan organisasi. Karena itu pula, audit sumber daya manusia perlu ditindaklanjuti oleh manajemen dengan melakukan perbaikan dan menghindari masalah yang sama di kemudian hari. Dan, peranan top management sangat diharapkan dalam keberhasilan audit ini. Caranya, dengan memberikan disposisi atas laporan hasil audit sumber daya manusia yang dapat menimbulkan dampak psikologis bagi auditee.

Lebih penting lagi, audit sumber daya manusia dapat dipandang sebagai proses pembelajaran yang merupakan perluasan dari kata mencoba. Dalam pembelajaran (learning) juga terdapat beberapa kesalahan dan ini dipandang sebagai proses untuk lebih menghasilkan dan mencapai apa yang dipandang sebagai praktek terbaik. Seperti aturan umum yang disampaikan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus untuk semua organisasi: reasonable failure should never be received with anger.

(*)Artikel ini diterbitkan oleh Majalah Info Bisnis Edisi 106, Tahun ke VII, Februari 2003 sebagai resensi buku Audit SDM dari Willy Susilo.

Appel Pie's Business Pia Apple Pie & Macaroni Panggang: Memuaskan Konsumen dan Karyawan

Kamis, 08 Januari 2004
Oleh : Henni T. Soelaeman dan Dedi Humaedi

Titin Kuraesin, Susi Gunadi dan Baby Ahnan tak sekadar menautkan hati dalam persahabatan. Tiga serangkai ini juga menyimpulkan visi yang sama dalam bisnis. Pia Apple Pie dan Macaroni Panggang (PAP&MP), bisnis makanan yang dipilih tiga srikandi itu, sekarang tak hanya populer di Bogor. Bahkan, Presiden Megawati Soekarnoputri pernah memesan makanan tersebut untuk dibawa ke Istana Negara. Produk mereka juga telah merambah Jakarta dan Bandung lewat pola kemitraan yang berfungsi sebagai agen. Saat ini, mereka memiliki lima mitra yang khusus menjual PAP&MP dan mendapat 20% dari total penjualan.

Sejak memulai usaha pada 1999, perkembangan PAP&MP terbilang pesat. Dalam tempo 6 bulan, kue buatan Baby itu mendapat respons baik dari masyarakat. Sehari, paling tidak 50 loyang PAP terjual. Saat itu, satu loyang dipatok Rp 18 ribu. Padahal, pola pemasarannya sebatas dari mulut ke mulut. Saat memulai pun mereka menyewa rumah mertua Baby yang kemudian disulap menjadi toko.


Menurut mereka, PAP dipilih karena relatif belum populer di Kota Hujan. Dengan modal Rp 100 juta, mereka membeli perangkat dapur, menyewa tempat, dan merekrut empat karyawan. Saat ini, PAP boleh dibilang telah diserbu konsumen. Sehari, 200-300 loyang ludes terjual. Harga per loyang Rp 25 ribu. Mereka juga terus menginovasi produk dengan meluncurkan apple pie isi ayam dan cokelat yang dipatok dengan harga yang sama.

Ketika penjualan PAP terus meroket, mereka pun sepakat mengeluarkan produk andalan, MP, tahun 2002. Modal Rp 800 juta yang diambil dari keuntungan PAP dianggarkan untuk menyewa tempat, membeli peralatan dan menggaji karyawan. Setali tiga uang dengan PAP, MP juga laris manis. Harga MP yang dipatok pada kisaran Rp 8-96 ribu terjual 100-150 loyang/hari. "Jumlah itu membengkak menjadi dua kali lipat saat akhir pekan," kata Titin. Toko MP yang terletak di Jalan Salak, Bogor, setiap akhir pekan dipadati pengunjung, sampai-sampai banyak yang tidak kebagian kursi.

Tak heran, dalam tempo setahun, MP bisa balik modal. Bisnis yang terus menggelinding membuat mereka akhirnya berbagi peran dan tanggung jawab. Susi diberi tanggung jawab menangani PAP dan Titin membawahkan MP. Sementara Baby menggarap kemasan dan promosi. Produk PAP&MP dijual dengan kemasan unik, yang disisipi brosur sederhana berisi tulisan singkat tentang berbagai hal menyangkut produk, seperti sejarah apple pie di berbagai negara. "Inilah, antara lain, yang membuat produk kami tampak istimewa," tutur Baby. Kiat sukses mereka juga bisa dilihat dari layanan mereka terhadap konsumen.

Mereka selalu menganggap konsumen sebagai raja. "Kami sangat meyakini, produk yang memuaskan juga harus didukung pelayanan yang baik sehingga akan membuat konsumen senang," ungkap Titin. Tak hanya menyenangkan konsumen, terhadap karyawan pun mereka bersikap sama. Mereka juga boleh dibilang sukses mengikat loyalitas karyawan. Seluruh karyawan dibuat happy bekerja. Caranya? "Kami menerapkan sistem kekeluargaan," ujar Susi. Karyawan, ia menjelaskan, diberi kesempatan mengembangkan diri. Bahkan, di antara 60 karyawannya ada yang diberi beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan ada yang menimba ilmu di Universitas Indonesia. "Dengan syarat, mereka berprestasi," tambah Susi.

Sedikitnya, setiap tahun 1-2 karyawan melanjutkan sekolah. Selain itu, ada banyak hal positif yang selalu dilakukan di tengah-tengah suasana bekerja, seperti olah raga dan belajar bahasa asing. Karyawan juga dilatih membangun rasa kebersamaan dan tanggap terhadap situasi.

(dikutip dari SWA Online )
 

Pelaku Industri Jabar Siap Berkompetisi : Ditandai dengan Pemakaian Merek Sendiri

Semangat berkompetensi mulai ditunjukkan beberapa pelaku industri yang tergabung dalam kelompok atau klaster industri. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesadaran mereka akan pemakaian brand atau merek dan mengeluarkan produk desain sendiri.

Hal ini dikemukakan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, Agus Gustiar, seusai membuka diskusi "Rebranding Jawa Barat : Strategi Peningkatan Daya Saing Jawa Barat" yang digelar atas kerja sama Disperindag dengan SENADA-USAID, di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang, Bandung, Rabu (27/9).

Pemakaian merek seperti yang dilakukan pengusaha sepatu Cibaduyut merupakan langkah awal dari rebranding Jawa Barat. Spirit baru para perajin yang tergabung dalam klaster tersebut terlihat ketika para perajin mulai mengeluarkan merek dan produk-produk desain sendiri, seperti Garsel (sepatu Garut), Garuci (Garut Cibaduyut), Gareuy (Garut euy), dan satu merek dagang Kota Bandung, Kokem (Kota Kembang). "Itu yang harus dibangun dalam daya saing global, yakni mengedepankan kekuatan lokal," ujarnya.

Selain produk sepatu/alas kaki, perajin lain di Jabar juga mulai berani mengeluarkan pompa air tanpa listrik (patri). Klaster, diharapkan mampu memperkuat kekuatan lokal tersebut, sehingga pelaku industri lain mampu menciptakan merek baru dari hasil desain mereka sendiri.

Sementara itu, Dr. Ilyas Saad dari SENADA-USAID mengatakan, kelemahan pelaku industri atau perajin lokal Jabar jika dibandingkan dengan sejumlah negara seperti Thailand, Malaysia, dan Cina terletak pada kesiapan teknologi. Hal inilah yang melemahkan daya saing produk lokal Jabar di persaingan global.

Dilihat dari segi operasi dan strategi perusahaan, Ilyas menilai kekurangan Jabar terletak pada kecanggihan proses produksi dan tingkat penyerapan teknologi. Kebanyakan industri yang ada di Jabar termasuk industri kecil dan menengah. Bahkan, ada beberapa yang masih dalam skala industri rumah tangga. "Teknologi yang digunakan dalam proses produksi masih sederhana, belum secanggih negara lain," tuturnya.

Di sisi lain, jika dilihat dari aspek iklim usaha dalam negeri, pembayaran tidak resmi dalam kegiatan ekspor impor serta perpajakan masih merupakan kendala terbesar para pengusaha. Selain membebani para pengusaha di sisi biaya, hal ini juga bisa menum5pulkan niat pengusaha maupun perajin untuk membuat produk desain sendiri. Sebab, tidak ada penghargaan atas karya mereka, tetapi malah dikenakan pungutan-pungutan liar.

Hal yang sama juga dinyatakan Dwi Larso dari Sekolah Bisnis dan Manajamen ITB . Lewat penelitian yang dilakukannya bersama Jauhari Anwari , terungkap bahwa permasalahan utama yang dihadapi pengusaha adalah birokrasi yang tidak efisien dan sejumlah pungutan liar yang memberatkan pengusaha.

Namun begitu, M. Ridlo Eisy yang mewakili kalangan media, mengatakan, kelebihan Jabar terutama Bandung adalah adanya rasa aman yang dapat menarik investor maupun pembeli. hal ini terbukti dengan adanya beberapa kerusuhan, Bandung tetap aman dan tidak terjadi gejolak.

Sementara itu, di tempat yang sama juga berlangsung Cluster exhibition yang dibuka Gubernur Jabar, Danny Setiawan. Dalam sambutannya, Danny mengatakan, pengklasteran empat industri di Jabar mempererat industri dari hulu ke hilir agar dapat terkontrol dalam satu manajemen yang baik.

"Sehingga, nantinya 4 kluster tersebut dapat memiliki pangsa pasar yang lebih baik, karena tidak bersaing dengan sesama industri yang sama," tuturnya.

Pada pameran klaster yang digelar pada 27-29 September 2006 itu, selain menampilkan produk-produk industri klaster juga diadakan seminar dan workshop yang berhubungan dengan empat klaster industri tersebut.

*Dikutip dari Pikiran Rakyat edisi 28 September 2006Â

Antara Ketakutan, kreativitas, dan inovasi

Selama lebih dari 20 tahun, Eureka Ranch milik Doug Hall telah menjadi tempat lebih dari 6.000 tim yang ingin mencari ide-ide kreatif dan inovatif untuk perusahaannya. Berdasarkan pengalaman dari ribuan sesi yang telah difasilitasinya, Hall tiba pada kesimpulan bahwa terdapat 3 hal penting yang menentukan apakah sebuah kelompok mampu menghasilkan ide-ide kreatif yang berkualitas dalam jumlah yang banyak. Ketiga faktor tersebut adalah: banyaknya stimulus, kemampuan kelompok memanfaatkan keragaman, dan tiadanya ketakutan.

Dia lalu membuat satu persamaan sebagai berikut:
Jumlah Ide Besar = (STIMULUS)DIVERSITY dibagi dengan KETAKUTAN.

Di sini kita akan membicarakan tentang ketakutan. Bukan berarti stimulus dan keragaman (diversity) bukan hal yang penting. Namun menurut Hall sendiri (dan beberapa ahli lainnya), mengusir ketakutan dari tempat kerja merupakan hal yang lebih sulit.

Dari pengalaman Hall sendiri, dia mengakui bahwa mengusir ketakutan baik itu takut gagal, takut dicemooh, takut dianggap bodoh, takut melakukan kesalahan, takut bertindak, takut berubah, atau ketakutan lainnya sangat sulit untuk dihilangkan karena para penderita ketakutan tersebut sering tidak menyadari penyakitnya. Celakanya, para manajer atau eksekutif sering tanpa disadari menciptakan lingkungan yang bukan saja membuat penyakit tersebut menjadi lebih parah, namun menular ke seluruh sudut-sudut perusahaan.

Professor Harvard Business School Amy Edmondson dan Professor James Detert dari Penn State University yang pernah mengadakan riset mengenai ketakutan di tempat kerja di US terkejut menemukan betapa banyaknya karyawan yang tidak berani mengatakan sesuatu ke atasan mereka, walau apa yang akan dikatakan tersebut berharga untuk perusahaan. Bila ketakutan yang luas tersebut terjadi di budaya US yang relatif lebih egalitarian, bayangkan tingkat ketakutan berbicara di budaya Indonesia yang lebih menghormati senioritas dan orang yang berkuasa.

Ketakutan tersebut jelas merupakan biaya bagi perusahaan. Bayangkan betapa banyaknya uang yang bisa dihemat atau inovasi produk yang bisa lahir bila mulut-mulut yang terkatup rapat tersebut bisa terbuka. Para karyawan yang bekerja di lini depan dan berhadapan langsung dengan pelanggan adalah sumber informasi yang kaya. Banyak yang mengatakan konsultan adalah orang yang dibayar mahal untuk mengambil jam tangan Anda dan lalu memberitahu Anda jam berapa sekarang. Pendapat sinis tersebut ada benarnya. Namun yang sering dilupakan adalah: di dalam perusahaan, sering orang-orang yang tahu jam berapa saat ini takut mengatakannya kepada atasan mereka sehingga perusahaan harus membayar orang dari luar untuk mengorek informasi tersebut.

Mengapa ketakutan bisa menimbulkan efek sebesar itu? Kita coba berpaling sebentar ke struktur otak manusia. Otak kita, menurut para ahli otak, terdiri dari 3 bagian: otak manusia (cerebral cortex), otak mamalia, dan otak reptilia. Fungsi-fungsi kognitif seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif dilakukan di cerebral cortex. Sementara otak mamalia memegang kendali atas emosi-emosi kita, dan naluri dasar kita untuk mempertahankan hidup dan berkembang biak terletak di bagian otak reptilia. Cerebral cortex dan otak mamalia dihubungkan oleh apa yang disebut sebagai RAS (reticular activating system). RAS inilah yang menentukan otak mana yang akan aktif dengan memakai mekanisme mirip dengan tombol lampu.

Tombol RAS tersebut akan diaktifkan bila salah satu dari dua kondisi ini terjadi: pada kondisi yang sangat emosional dan pada kondisi rileks. Pada saat kita terlalu emosional (dan ketakutan adalah salah satu emosi yang paling kuat), RAS akan menurunkan aktivitas cerebral cortex kita dan mengaktifkan otak mamalia kita. Pada saat ini, kegiatan kognitif akan sangat minimal. Sebaliknya ketika kita santai, RAS gantian akan mengaktifkan cerebral cortex dan menonaktifkan otak mamalia.

Dengan pengetahuan tersebut, kita sekarang tahu bahwa bila kita ingin kreatif dan berpikir jernih, apa yang harus dilakukan adalah mengusir jauh-jauh ketakutan dan menciptakan lingkungan yang santai. Tantangan bagi para pemimpin perusahaan yang ingin meningkatkan kreativitas dan laju inovasi perusahaannya adalah tentu saja melakukan kedua hal tersebut pada skala yang luas. Pemimpin bukan saja harus mengusir ketakutannya sendiri, tetapi juga ketakutan seluruh bawahannya.

Memang sebagian akar ketakutan bisa dilacak pada kepribadian karyawan (terutama yang introvert dan kurang percaya diri), namun konteks perusahaan juga memegang peranan yang sangat penting. Tingkah laku atasan yang paling kecil sekalipun, seperti mengerutkan kening atau menaikkan alis, mampu membuat karyawan yang sudah terlanjur membuka mulut merasa menyesal. Mereka akan memberitahu rekan kerja mereka apa yang telah terjadi karena membuka mulut, dan dalam waktu singkat pengalaman seorang akan menjadi pengetahuan bersama.

Di sisi lain, bila atasan bersedia meluangkan waktu 2-3 menit setiap hari untuk menegur seorang karyawan dan mendengarkan usulan mereka dengan bersungguh-sungguh, tindakan tersebut akan memberi dorongan karyawan lain untuk membuka diri dan menyumbangkan pemikiran mereka. Bila sebagai pemimpin perusahaan Anda keberatan membayar konsultan yang mahal, cobalah menghilangkan ketakutan dari perusahaan Anda. Niscaya Anda akan tetap mendapatkan saran-saran berharga tanpa pengeluaran tambahan.

* dikutip dari http://www.itpin.com/blog/2006/09/26/ketakutan-kreativitas-dan-inovasi/

Prospek Penggunaan Teknologi Seluler dalam Dunia Pendidikan

Perkembangan Teknologi Seluler (TS) memang dahsyat. Dalam waktu relatif singkat, jumlah pengguna perangkat komunikasi nirkabel ini sudah mencapai angka puluhan juta dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Mungkin hanya teknologi televisi yang tingkat penetrasi-nya sebanding dengan prestasi TS.

Luasnya adopsi TS juga dimanfaatkan oleh kalangan pendidikan. Anda mungkin pernah mendengar bahwa berkat TS proses pengecekan nilai perkuliahan atau rekap kehadiran dapat dilakukan hanya dengan mengirimkan SMS. Beberapa detik kemudian informasi yang diminta sudah muncul di layar handphone. Modus umum lainnya yaitu berupa pengumuman akademik; entah itu pengumuman jadwal kuliah, pengumpulan tugas, jadwal libur, dan lain sebagainya. Jadi, penggunaan TS kebanyakan memang masih sebatas untuk mendukung administrasi akademik. Lalu, bagaimana halnya kontribusi TS untuk membantu siswa memahami pelajaran?

Posisi Information & Communication Technology (ICT) dalam proses belajar adalah sebagai alat bantu, bukan segalanya. Sebagai alat bantu, ICT bisa berperan sebagai:

1.wahana untuk menyampaikan materi pembelajaran, atau

2.lingkungan interaksi virtual antara siswa, pengajar, dan civitas lainnya.

Begitu pula halnya dengan peran TS (mengingat TS merupakan salah satu bentuk ICT).

Pada kasus pertama, peran TS adalah memudahkan siswa mengakses internet. Seperti Anda ketahui, melalui internet berbagai format file berisi materi pembelajaran bisa dikirimkan dengan mudah. Dengan TS, siswa yang tinggal di daerah relatif terpencil dapat terhubung ke internet cukup dengan menghubungkan komputernya ke handphone. Dibandingkan dengan teknologi fixed telephone (melalui kabel), jelas TS lebih instan. Untuk menjadi pelanggan jaringan TS sangat mudah : cukup dengan membeli kartu perdana. Apalagi didukung dengan semakin terjangkaunya harga handphone.

Pada kasus kedua, TS dapat  menghubungkan siswa, pengajar, dan civitas lainnya secara instan. Melalui jaringan nirkabel, siswa bisa berinteraksi dengan pengajar melalui panggilan suara biasa (voice call), Short Messaging Service (SMS), Multimedia Messaging Service (MMS), bahkan dengan dimulainya era 3G,  melalui telepon video siswa dapat berbicara dengan pengajar layaknya tatap muka langsung. Belum lagi mengingat bahwa TS bisa menghubungkan siswa ke Internet dimana Internet sudah lama dapat digunakan sebagai platform interaksi virtual. Contohnya : melalui TS Anda bisa menggunakan fasilitas messaging (seperti Yahoo Messanger) untuk berdiskusi sambil Anda beraktivitas dimana pun.

Penggunaan TS secara luas dalam membantu proses belajar harus berhadapan dengan beberapa kendala. Pertama, belajar adalah proses iteratif dan intensif  sehingga pengguna TS untuk pendidikan harus berpikir keras perihal tarif jaringan yang dikenal tidak murah. Tantangan kedua adalah keterbatasan kemampuan perangkat bergerak. Idealnya materi pembelajaran dan interaksi dengan civitas dapat diakses melalui perangkat bergerak tanpa perangkat tambahan lainnya. Pengajar harus jeli memanfaatkan keunggulan dan kelemahan fitur perangkat bergerak untuk mencapai tujuan pedagogik yang telah ditetapkan. Ketiga adalah perlunya perubahan pola belajar dari yang mulanya tergantung pada pengajar menjadi bergantung pada keaktifan siswa. Dengan demikian, proses transfer pengetahuan bisa terjadi antara siswa - siswa, siswa – pengajar, baik di dalam satu institusi atau lintas institusi.

TS adalah alat bantu potensial untuk dunia pendidikan. Namun demikian, agar efektif kalangan pendidik tetap harus cermat dalam memilih teknologi yang sesuai dengan tujuan pedagogik yang telah ditetapkan.
 

Lika-liku Filantropi Menjadi Filantrop Berkelanjutan

Lika-liku Filantropi Menjadi Filantrop Berkelanjutan
Kamis, 06 April 2006
Oleh : Teguh S. Pambudi

Filantropi yang baik tidaklah mengembangkan parasitisme, tapi menumbuhkan kemandirian, meningkatkan martabat dan harga diri. Agar filantropi berkelanjutan, kuncinya adalah menciptakan kedermawanan yang terorganisasi dan profesional.
Judul di atas memang terilhami ide pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan yang memikirkan keberlanjutan generasi berikutnya. Maksud judul ini pun amat sederhana: menciptakan para filantrop yang tidak sesaat, tapi berkesinambungan. Asumsinya, selain pengertian filantrop itu sendiri begitu luhur (philos berarti cinta, antropos adalah manusia), juga lantaran banyak hal di negeri ini yang tak bisa ditunaikan dengan elegan oleh negara dan para penyelenggaranya; pengangguran; kemiskinan; kelaparan; dan problem memilukan lain di segala dimensi kehidupan.

Dengan menjadi filantrop yang berkelanjutan, diharapkan program atau aktivitas cinta manusia ini akan terus berlangsung sekalipun sang filantrop tiada. Juga, bakal melahirkan dan mengundang munculnya para filantrop baru. Dan terpenting, seperti dikatakan Eka Budianta, pengamat filantropi yang juga Advisor Direktur Utama Jababeka di Cikarang, “Membuat yang dibantu menjadi dewasa, kuat dan merdeka.”

Lantas, bagaimana caranya untuk menjadi filantrop yang berkelanjutan itu? Bagi Eka, hal pertama yang mesti disadari adalah kegiatan filantropi sangat tak terbatas. “Banyak hal, bisa cinta kebudayaan, kesehatan, lingkungan hidup, memberantas kemiskinan, memajukan ilmu pengetahuan, meningkatkan pendidikan. Bukan sebatas membangun rumah ibadah, tapi juga memperindah laut, menyegarkan udara, bahkan melindungi hewan dan tumbuhan,” ia memaparkan. Sayangnya, Eka yang juga seorang botanis ini menilai banyak kegiatan yang justru masih terbatas pada kegiatan amal jariah bermotif agama.

“Itu saya katakan sebagai kegiatan beli paspor ke surga. Jadi dia menabung untuk kehidupan di akhirat agar masuk surga,” ujar Elan Merdy, COO Sampoerna Foundation merangkap Presiden Associaton Fundraising Professional, Indonesia Chapter. Sebagaimana Eka, kelahiran Palembang 1970, ini melihat sebagian besar kegiatan filantropi masih menyumbang untuk kegiatan keagamaan, seperti membangun tempat ibadah dan panti asuhan, serta zakat. “Yang kurang di Indonesia adalah kegiatan yang tidak berkaitan dengan agama. Semisal menyumbang untuk kegiatan pendidikan, kegiatan kampanye penanggulangan AIDS, memberikan beasiswa kepada orang yang tidak mereka kenal,” ia menandaskan.

Mengetahui betapa luasnya kegiatan filantropi bisa dilakukan, merupakan hal mendasar. Namun, itu jelas tidaklah memadai untuk menjadi filantrop yang berkelanjutan. Yang berikutnya, tandas Eka, adalah mengetahui isu mendasar dari suatu masalah yang ingin dibantu. “Misalnya jika ingin membersihkan Sungai Ciliwung, tentunya selain mengeruknya juga harus memberi advokasi agar masyarakat di sekitar tidak membuang sampah ke sungai. Dengan begitu sungai bisa terus bersih karena permasalahan mendasar teratasi,” ia menegaskan.

Dalam bahasa lain, timpal Hamid Abidin, dalam melakukan kegiatan, seorang filantrop harus berupaya turut mengatasi akar permasalahannya. “Seperti Yayasan Sampoerna yang tidak hanya memberi beasiswa tapi juga memperbaiki kualitas guru yang menjadi akar persoalan pendidikan di Indonesia. Mereka ini tidak terjebak mengatasi gejala saja,” ujar Hamid, Peneliti/Program Officer penguatan filantropi dan penguatan organisasi masyarakat sipil Public Interest Research and Advocacy Center.
 
Berani Mencoba



"Seandainya kita berani mencoba dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tak akan pernah ada." Purdi E. Chandra.
 
ORANG bukannya gagal, tetapi berhenti mencoba. Ungkapan ini sengaja saya kedepankan. Mengapa? Karena sesungguhnya seseorang untuk dapat meraih kesuksesan dalam karier atau bisnisnya, maka orang itu harus punya keberanian mencoba.
 
Seorang entrepreneur - dalam situasi sesulit apa pun - akan semakin tertantang untuk tidak berhenti mencoba. Dengan kata lain “berani mencoba” dan orang yang selalu berani mencoba itulah yang pada akhirnya justru akan meraih kemenangan atau kesuksesan.

Dalam bisnis, tampaknya kita perlu mengedepankan sikap seperti itu, dan saya kira tidak ada salahnya bila kita bersikap positif semacam itu. Berdasar pengalaman, saya melihat, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang tidak mudah percaya sebelum mencobanya. Meskipun ketika mencobanya, keyakinan kita hampir padam karena pasti akan diterpa ‘angin”. Dan ternyata, terpaan ‘angin” tersebut justru dapat membakar semangat kewirausahaan (the spirit of entrepreneurship) kita. Nalar bisnis (sense of business) kita semakin optimal, dan pada akhirnya, sebagai entrepreneur, kita semakin yakin akan kesuksesan yang akan kita raih.

Tegasnya, keberhasilan dalam bisnis memang sangat ditentukan oleh semangat kewirausahaan kita yang tinggi. Dengan demikian sikap mencoba dan mencoba terus menerus itu akan dilakukannya. Pada akhirnya dengan sikap kita yang “berani mencoba’ itu, akan membuat kita tidak akan mudah terpuruk dengan keputus-asaan. Apalagi sampai menghancurkan hidup dan bisnis yang telah kita rintis lama.

Selain itu, pikiran kita juga harus tetap diformulasikan ke arah positif. Bukan sebaliknya, suka berpikir negatif, apalagi sampai putus asa. Sikap semacam ini harus kita buang jauh-jauh.

Jika pikiran kita tidak melihat hasil akhir, bahwa bisnis kita bakal sukses, maka tentu kita akan kehilangan semangat kewirausahaan. Sebab, dengan kita memiliki bayangan kesuksesan di masa depan, tentu akan dapat memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Bahkan, menjadikan diri kita bersikap tidak mudah putus asa.

Dalam bisnis modern, kita tidak akan dapat hidup tanpa kita mempunyai sikap keberanian mencoba. Kita lihat saja, masih banyak orang yang gagal dalam usahanya, yang akhirnya putus asa tanpa mampu lagi berbuat sesuatu, tanpa berani mencoba lagi. Sikap semacam itu jelas akan merugikan kita, bukan saja dari aspek materi atau finansial saja, tapi juga dari aspek psikologis. Oleh karena itu, walaupun di masa krisis, sebaiknya kita harus tetap menjadi entrepreneur yang memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi.

Kita juga harus punya keyakinan, bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak ada yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Seandainya kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tidak akan pernah ada. Artinya, dengan kita mau berjerih payah dalam berusaha, tentu kita akan menuai keberhasilan.

Untuk itu, kita harus berani mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur yang dapat mengantikan keberanian mencoba. Dengan bakat bisnis? Tidak bisa. Sebab orang berbakat yang tidak berhasil meraih sukses banyak kita jumpai. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Sebab kejeniusan yang hanya dipendam saja, itu sama saja dengan omong-kosong. Tergantung pendidikannya juga tidak. Sebab di dunia ini sudah penuh dengan pengangguran yang berijazah sarjana. Dan ternyata, hanya dengan keberanian mencoba dan mencoba itulah yang dapat menentukan kesuksesan bisnis kita.

 

Berani Merantau


"Kita itu memang harus, punya keberanian merantau. Sebab, dengan keberanian
merantau, kita akan lebih bisa percaya diri dan mandiri.
" Purdi E. Chandra.


BANYAK entrepreneur yang sukses karena ia merantau. Orang Tegal sukses dengan warteg-nya di Jakarta. Begitu juga orang Wonogiri sukses menekuni usaha sebagai penjual bakso. Orang Wonosari sukses sebagai penjual bakmi dan minuman. Sementara orang Padang, sukses dengan bisnis masakan Padang-nya.

Bahkan, orang Cina pun banyak yang sukses ketika dia merantau keluar negeri. Dan, tak sedikit pula, orang Jawa yang sukses sebagai transmigran di Sumatera. Juga banyak orang dari luar Jawa yang sukses bisnisnya ketika merantau di Yogyakarta. Tapi banyak juga orang Yogya yang sukses menjadi pengusaha atau merintis kariernya, ketika merantau di Jakarta. Hal itu wajar terjadi, karena orang-orang tersebut memang punya
keberanian merantau.

Sebenarnya, apa yang diungkapkan di atas hanyalah sekedar contoh, bahwa orang
bisa sukses sebagai entrepreneur, kalau orang tersebut memiliki keberanian merantau.
Mengapa demikian?

Menurut saya, keberanian merantau itu perlu kita miliki, karena dengan merantau berarti kita berani meninggalkan lingkungan keluarga. Sebab, ketika kita berada di lingkungan keluarga, meskipun kita sudah tumbuh besar atau dewasa, namun tetap dianggap sebagai anak kecil.

Sehingga, hal itu akan membuat kita tergantung dan tidak mandiri. Akibat dari itu sangat jelas, kita mudah patah semangat atau putus asa. Tidak berani menghadapi tantangan atau risiko bisnis. Kita pun akan mudah tergantung pada orang lain.

Tapi beda halnya. kalau kita berani merantau. Hal itu berarti kita siap menjadi “manusia baru”. Kita harus siap menghadapi lingkungan baru, yang barangkali tak sedikit tantangan yang harus dihadapi. Dan, jika saat dulu kita belum tahu apa sebenarnya kelemahan kita, maka dengan merantau hal tersebut bisa diketahui. sedikit demi sedikit kelemahan tersebut akan kita perbaiki di tanah perantauan. Itulah sebabnya mengapa saya yakin, keberanian merantau yang membuat kita punya jiwa kemandirian itu, akan membuat kita lebih percaya diri dalam setiap langkah dalam bisnis maupun karier.

Jadi singkatnya, merantau itu akan membuat kita berjiwa “tahan banting”. Katakanlah, kalau usaha kita ternyata jatuh dan gagal, kita tidak terlalu malu, toh itu terjadi di kota lain. Dengan kata lain, berusaha di kota lain akan mengurangi beban berat, bila dibandingkan dengan merintis bisnis di kota kita sendiri.

Selain itu, keberanian merantau ke daerah lain, akan membuat kita dapat menyelesaikan persoalan sendiri. Bahkan, kita akan merasa tabu terhadap bantuan orang lain. Kita ada rasa untuk tidak mau punya hutang budi pada orang lain.

Oleh karena itulah, saya berpendapat, bahwa sesungguhnya ke-mandirian itu adalah semangat paling dasar dari kita untuk bisa meraih kesuksesan. Dan, alangkah baiknya jika sikap mandiri semacam itu bisa kita bentuk sejak kita masih sekolah.

Maka, jika kita ingin menjadi entrepreneur yang mampu meraih sukses dan “tahan banting”, salah satu kuncinya adalah kemandirian itu sendiri. Dan, kemandirian akan muncul jika kita berani merantau. Buktikan sendiri.

Kecerdasan Financial vs Kecerdasan Intelektul



Masih ingatkah anda akan nasehat popular yang dulu sering dinasehatkan oleh orang tua atau guru di sekolah? “Belajarlah yang pintar nak biar nanti kamu gampang cari pekerjaan supaya bisa hidup enak dan sukses” Sebagian besar kita masih beranggapan bahwa nasihat itu benar dan penting. Bagaimana dengan anda?

Sayapun pada awalnya berpendapat sama, tapi perjalanan dan pengalaman saya membuktikan bahwa sebagian besar orang yang pintar (cerdas secara intelektual) malah bekerja pada orang yang bodoh (tidak cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara financial). Saya sendiri pernah menyelesaikan pendidikan S2 di UGM, tapi pada awal kerja saya, malah bekerja pada perusahaan yang direkturnya malah hanya lulusan SMU, dan semua karyawannya adalah sarjana kecuali OB. nah lho… benar kan kata saya.

 

Berani Sukses


"Seberapa besar rejeki yang kita inginkan, itu sama dengan seberapa besar kita
berani mengambil resiko.
" Purdi E. Chandra.

 HANYA segelintir entrepreneur yang dapat mencapai tangga sukses teratas tanpa perjuangan dan pengorbanan. Resepnya, antara lain, kalau melakukan kesalahan, mereka melupakannya dan terus bekerja, hingga akhirnya mencapai kesuksesan. Menurut saya, kita sebagai entrepreneur harus selalu berani berpikiran sukses dan berani mengembangkan kepercayaan diri.

 
Harus selalu ingat, bahwa kita adalah orang yang berpotensi dalam bisnis, yang setiap saat harus selalu melipatgandakan kepercayaan diri, dan bisa menghilangkan penyakit exucitis, penyakit mencari alasan. Apakah itu alasan yang berkaitan dengan kesehatan, intelejensia atau kecerdasan, usia, dan nasib. Kita pun juga harus berani merubah kegagalan menjadi kemenangan atau kesuksesan.
 
Untuk sebuah kesuksesan, dibutuhkan keberanian secara terus menerus untuk mempelajari kemunduran bisnis kita menuju kesuksesan. Dalam bisnis, sangat wajar kalau kita belajar dari kesuksesan yang dicapai pesaing kita. Namun yang penting, bagaimana kita harus menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat oleh pesaing kita itu. Kita juga harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan yang selalu ada dalam kehidupan bisnis.
 
Upaya-upaya mencipta ide-ide terbaik yang bersifat competitive advantage saya kira menjadi sangat penting, dan kalau perlu kita gabung-gabungkan ide-ide terbaik dari para pesaing kita.
 
Dengan kata lain, sebagai seorang entrepreneur, kita pun harus senantiasa setiap saat selalu membuka mata dan telinga terhadap suatu kesempatan atau peluang. Sebab, disamping faktor rejeki, maka peluang itu juga menyangkut dengan faktor nasib kita. Bila kita mampu melakukan hal itu, tidak mustahil kesuksesan akan dapat kita raih.
 
Saya yakin, kita semua pasti mendambakan kesuksesan. Ingin memperoleh yang sebaik-baiknya dari perjalanan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah. Sukses berarti banyak hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan maju yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti memperoleh kehormatan, kepemimpinan, dan disegani.
 
Dengan demikin sukses berarti self respect, merasa terhormat, terus menerus merasa bahagia, dan merasakan kepuasan dari kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil berbuat lebih banyak yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses berarti menang! Namun sayangnya, di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua entrepreneur berani menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan.
 
Sebaliknya, saya justru berpendapat bahwa kita sebagai entrepreneur harus berani menyatakan dirinya sukses. Karena dengan keberanian kita menyatakan sukses, akan membangkitkan kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri yang besar itu, kita akan lebih bersemangat untuk meraih kesuksesan. Dan saya tetap yakin, betapa pun sibuknya entrepreneur-entrepreneur yang sukses, ia akan tetap siap membantu teman-teman yang memerlukannya. Dan, mereka semakin percaya pada Tuhan sebagai suatu kekuatan
besar.

Sejak kecil kita seringkali ditanamkan untuk belajar dan berprestasi di sekolah, sehingga dalam mindset kita secara tidak sadar akan tertanam pemikiran, bahwa kalo mau sukses maka harus memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga selepas sekolah atau kuliah akan mencari pekerjaan sesuai dengan ijasah kita, seperti yang saya alami dulu. Ternyata akhirnya bekerja pada perusahaan yang pemiliknya Cuma lulusan SMA tapi kok bisa lebih kaya dari saya ya….

 

Ternyata cerdas intelektual itu bukan jaminan untuk membawa kita mencapai kesuksesan dan kekayaan, bukankah seorang guru atau dosen adalah orang yang memiliki kecerdasan intelektual, akan tetapi banyak kita temukan para kaum pendidik yang hidupnya pas-pasan, Banyak lagi para sarjana yang nganggur ataupun terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan background pendidikannya dan jauh dari kesuksesan.

 

Kecerdasan intelektual cenderung membuat otak kiri sangat aktif sehingga lebih memilih cara aman dalam hidup sehingga setiap bulan pasti terima gajian, yaitu jadi pegawai. Sebaliknya orang yang bodoh (tidak cerdas secara intelektual) akhirnya mengambil jalan jadi pengusaha (karena melamar jadi pegawai tidak diterima), dan tidak jarang menjadi pengusaha yang sukses, dan akhirnya malah merekrut pegawai yang lebih pintar (sarjana). Bahkan pada akhirnya bisnisnya malah berkembang pesat.

 

Saya memutuskan untuk tidak terjebak dalam dunia kerja yang terlalu lama, maka setelah 6 bulan bekerja di perusahaan orang saya putuskan untuk “memajukan diri” (berhenti jadi pegawai dan menjadi pengusaha) walaupun pada saat itu belum tahu harus usaha apa. Yang penting berani “Action” untuk “memajukan diri”.

 

Ternyata tidak salah keputusan saya, setelah beberapa kali gagal dalam usaha, akhirnya kursus bahasa Inggris SMART ENGLISH yang dulunya hanya 1 outlet sekarang bisa berkembang menjadi 21 outlet di seluruh Indonesia. Dengan metode Student Active Center yang unik bisnis ini bahkan telah dapat dimiliki oleh siapa saja dengan system franchise.

 

            Apabila kecerdasan financial kita diasah maka secara tidak langsung akan mengasah intelektual kita juga, yang pada akhirnya dapat melakukan apapun yang kita inginkan tanpa harus menguasai masalahnya secara detail. Saya pernah memiliki perusahaan percetakaan, biro iklan, dan tabloid, dan juga bisnis telekomunikasi yang tersebar di beberapa kota, akan tetapi sampai semua bisnisnya tutup dan bangkrut saya sama sekali tidak bisa dan tidak tahu proses cetak-mencetak, desain, apalagi menghandle perusahaan telekomunikasi saya. Untuk setiap pekerjaan yang memerlukan keahliannya, kita dapat bekerja sama atau mempekerjakan staf yang menguasai bidang tertentu, sehingga bisnisnya jalan, yang punya bisa jalan-jalan. Saya yakin anda pasti bisa. Saya pernah melakukannya. Pasti Bisa !!!

by : Eko P. Wardany (owner Smart English).

Berani Gagal



"Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total." John F Kennedy

PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis saya.

Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.

Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.

Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis” dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.

Otak Kanan Itu Semakin Penting



"Sudah saatnya kita mengandalkan otak kanan, meski sebelumnya guru kita lebih
banyak mengajarkan otak kiri."
Purdi E. Chandra.


Otak kanan memang makin menjadi penting saat ini. Bukan karena kita “sirik”dengan otak kiri, tetapi karena betul-betul dirasakan kebutuhannya, khususnya oleh entrepreneur. Terlebih lagi, karena dalam ilmu manajemen yang selama ini ada, yang lebih didasarkan logika dan rasional, ternyata tidak selamanya mampu mengatasi setiap persoalan bisnis.


brainDan, mengapa harus otak kanan ? Oleh karena, di otak kanan itulah sarat dengan hal-hal yang sifatnya eksperimental, divergen, bukan penilaian, metaforilal, subyektif, non verbal, intuitif, diffuse, holistik, dan reseptif. Sementara kita sadar, bahwa otak kiri cenderung bersikap obyektif , presisi, aktif, logikal , verbal, penilaian, linier, konvergen, dan numerikal. Padahal, jika kita mampu memberdayakan otak kanan, maka ada kecendrungan akan mampu menyelesaikan setiap masalah dalam bisnis, bila dibandingkan kalau kita dengan hanya mengandalkan otak kiri.


Dengan kita mampu memberdayakan otak kanan, maka setiap memecahkan persoalan dalam bisnis, kita pun akan dapat melihat secara keseluruhan, dan kemudian memecahkan berdasarkan firasat, dugaan, atau intuisi. Intuisi ini adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima oleh kelima indera kita.


Tampaknya ada yang khawatir dengan intuisi, karena mereka pikir intuisi bisa menghalangi pemikiran rasional. Sebenarnya intuisi justru berdasarkan pada pemikiran yang rasional dan tidak dapat berfungsi tanpanya. Saya sependapat dengan Robert Bernstrin, yang mengatakan, bahwa hanya intuisi yang dapat melindungi kita dari orang-orang paling berbahaya, orang-orang yang tidak mampu bekerja dan cuma pinter ngomong.


Lalu? Seorang entrepreneur yang mampu memberdayakan otak kanannya, biasanya juga cenderung memilih manajemen yang berstruktur luwes dan spontan, serta pada struktur yang sifatnya sama.

Lain halnya bila dia lebih mengandalkan otak kirinya. Maka ia akan lebih cenderung pada struktur hirarki dan pada kondisi manajemen yang berstruktur. Mengandalkan otak kiri juga cenderung membuat penyelesaian masalah dipecahkan satu per satu berdasarkan logika.


Kenyataan ini pernah kita alami saat studi dulu. Kita lebih banyak diajarkan atau dilatih oleh guru kita untuk selalu berpikir dengan otak kiri. Misalnya kita selalu dituntut berpikiran logis, analistik, dan berdasarkan pemikiran edukatif. Padahal hal tersebut ada kelemahannya. Kita tak dapat menggunakannya, bila data tak tersedia, data tak lengkap, atau sukar diperoleh data.


Maka, jika kita termasuk kategori otak kiri dan tidak melakukan upaya tertentu untuk memasukkan beberapa aktivitas otak kanan, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan tersebut dapat mengakibatkan kesehatan mental dan fisik yang buruk, seperti mudah stres, mudah putus asa atau patah semangat.


Tapi dengan kita mampu memberdayakan otak kanan kita, maka kita juga akan lebih intuitif dalam menghadapi setiap masalah yang muncul. Tentu saja hal tersebut berbeda dengan mereka yang hanya mengandalkan otak kiri, yang cenderung bersifat analistis. Yang jelas, kedua belahan otak tersebut sama pentingnya. Jika kita mampu memanfaatkan kedua otak ini, maka kita akan cenderung “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan, termasuk urusan bisnis.


Bagaimana kalau kenyataannya dalam bisnis kita sehari-hari, kerap kali masih diharuskan untuk memutuskan, memilih, dan mengambil keputusan, dari beberapa alternatif yang faktor-faktornya tidak diketahui? Tentu saja, jika proses berpikir kita masih dominan ke otak kiri cenderung bersifat logis, linier, dan rasional, tentu kita menyodorkan berpuluh-puluh pilihan.


Sebaliknya jika proses berpikir kita dominan ke otak kanan yang cenderung acak, tidak teratur, dan intuitif, saya yakin kita dengan antusias yang kuat akan memilih satu pilihan dan berhasil. Maka, tak ada salahnya jika kita mau memberdayakan otak kanan.

Kecerdasan Emosional Entrepreneur



Kecerdasan Emosional Entrepreneur

EQ Head Mengedepankan kecerdasan emosi kita dalam bisnis itu adalah hal yang mutlak. MENGAPA kecerdasan emosional seorang entrepreneur juga saya ungkap dalam buku ini? Itu karena, saya sendiri ikut merasakan, bahwa kesuksesan bisnis memang sangat berkait langsung dengan kecerdasan emosi entrepreneur. Maka, tak ada salahnya kalau faktor kecerdasan emosional itu perlu kita kedepankan. Bahkan, itu mutlak kita miliki. Hal itu, saya pikir juga merupakan langkah tepat di dalam setiap kita ingin meraih keberhasilan bisnis, juga dalam kehidupan sehari-hari.

Orang yang pertama mengenalkan kecerdasan emosional adalah Daniel Goleman. GolemanDalam bukunya “Emotional Intelligence” atau EQ, ia mengungkapkan, bahwa ada 5 wilayah kecerdasan emosi yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain, dan membina hubungan. Artinya, jika kita memang mampu memahami, dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan emosi tersebut, maka semua perjalanan bisnis apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.

Harus dipahami, bahwa ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual (IQ). Goleman mengungkapkan, bahwa kecerdasan intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat dirubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian. Saya sendiri sependapat dengan Goleman, yang akhirnya menyimpulkan, bahwa kecerdasan emosional adalah merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apa pun yang kita ketahui benar.


Saya yakin, entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akanl ebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Sosok semacam ini sangat kita perlukan guna membangun masyarakat entrepreneur Indonesia. Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan tetap menganggap, bahwa krisis itu adalah sebuah peluang.

Itulah sebabnya mengapa entrepreneur itu harus tetap jeli dalam memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika seseorang secara intelektual cerdas, kerap kali justru bukanlah seorang entrepreneur yang berhasil dalam bisnis dan kehidupan pribadinya. Dia harus yakin, bahwa di dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa mendatang, kecerdasan emosional akan lebih tetap berperan.


Maka dengan memiliki kecerdasan emosional yang optimal, akan lebih bisa mentransformasikan situasi sulit. Bahkan, kita juga semakin peka akan adanya peluang entrepreneur dalam situasi apapun. Kalau kita memiliki kecerdasan emosional yang optimal, saya yakin akan mampu mengatasi berbagai konflik.

Orang yang benar-benar mengoptimalkan EQ, akan lebih jeli dalam melihat sebuah peluang. Ia akan lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif. Atau, ia pun akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis. Lebih mampu melakukan langkah strategi bisnisnya, memiliki kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi. Bahkan, ada pakar yang mengungkapkan, bahwa keberhasilan seseorang dalam bidang bisnis, 80% ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.


Banyak orang yang sukses menjadi entrepreneur meski nilai akademisnya sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, mereka yang lulus dengan nilai sedang itu sebagian besar memiliki kecerdasan emosional optimal. Lantaran kecerdasan emosional optimal yang inilah yang justru mendorongnya untuk menjadi entrepreneur yang kreatif. Contohnya adalah Bill Gates, seorang super milyader di Amerika Serikat. Dia adalah pemilik perusahaan perangkat lunak Mirosoft. Saat ini Bill Gates kuliah di Harvard Bussines School, ia merasa tidak mendapat pengetahuan apa-apa. Akhirnya ia putuskan berhenti kuliah. Namun meskipun drop-out dari Harvard, Bill dikenal sebagai penyumbang dana terbesar bagi univeritasnya.

Hal yang sama juga terjadi pada Steven K. Scout. saat ini dia dikenal sebagai milyarder di Amerika Serikat. Ketika masih di sekolah, Steven tidak pintar. Dia tidak populer di sekolahnya. Namun, sekarang Steven berhasil menjadi pengusaha yang bergerak di bidang bisnis pemasaran nomor satu di Amerika Serikat.

Saya yakin, entrepreneur itu memang perlu kecerdasan emosional yang optimal. Nilai akademis saat studi tidak harus tinggi. Sulit bagi seseorang untuk menjadi entrepreneur, meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi, tetapi kecerdasan emosionalnya rendah. Lantas, apakah Anda ingin memiliki kecerdasan emosional yang optimal? Itu bisa dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan. Karena semuanya itu proses yang membutuhkan waktu, ketekunan, dan semangat tinggi. Berani mencoba.

Kisah Pengusaha Sukses
Kisah Sukses Purdi E. Chandra



Purdi E. Chandra. Pada akhir  tahun 1981, saya merasa tidak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Kemudian pada tahun 1982 saya mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota di penjuru tanah air, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.

Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.

Sejak saat itu Purdi mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Ini merupakan peluang bisnis yang cukup potensial, bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama.

“Saya mulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena nggak selesai kuliah itu yang memotivasi saya menjadi pengusaha,” kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.

Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahun setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak dan semakin banyak saja. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini. “Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri,” ungkapnya soal rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama. Dan berkat kerja keras selama ini Primagama masih menjadi market leader di bisnis bimbingan belajar dengan lebih dari 700 outlet di seluruh Indonesia.


 
Kisah Sukses Mr. JOGER



 Mr.JOGER. Orang kreatif adalah orang yang bisa memunculkan ide dan diterima orang lain dengan senang hati. Salah satunya adalah Joseph Theodorus Wulianadi alias Mr Joger, BAA, BSS (Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa). Pemilik pabrik katakata Joger ini bahkan disebut sebagai orang kreatif yang mampu memunculkan ide gila, aneh, menipu semua orang tapi bagaimana yang ditipu tidak merasa ditipu, dan malah merasa senang.

Berawal dari itikad baik untuk menjadi manusia yang baik, minimal tidak menjadi parasit di negeri tercinta atau tidak menjadi pengangguran atau menjadi beban bagi orang lain adalah motivasi awal bagi Mr Joger untuk merintis usaha. ”Saya ini kan bukan ahli bahasa. Saya juga bukan orang pintar. Tapi tampaknya saya punya keyakinan yang cukup untuk mendukung keberanian saya mengemukakan niat-niat baik melalui karya-karya saya yang jelek-jelek. Tapi bukan salah saya kalau ternyata banyak masyarakat dalam maupun luar negeri yang jatuh hati dan secara rutin mau membeli produk-produk Joger yang jelek-jelek tapi
unik ini,” tegas Mr Joger. Bisnis bagi saya adalah bagaimana caranya “menipu” konsumen secara baik-baik, sehingga mereka merasa senang dan merasa tidak ditipu, dan datang lagi minta ditipu secara berkesinambungan.


Marketing yang andal adalah orang yang sudah bisa mempengaruhi jiwa konsumen. Bukan lagi hanya kantongnya, sehingga orang tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Kunci keberhasilan adalah kejujuran yang mengandung itikad baik. Dalam berusaha saya tidak selalu memikirkan untung. Keuntungan hanya membuat kita kaya secara meteri, namun tidak secara batin. Untuk apa kaya kalau tidak bahagia? Bukan berarti saya menganjurkan miskin. Akan lebih rugi bila sudah miskin tidak bahagia. Jadi tujuan hidup bukan miskin atau kaya, tapi bahagia.Yang disebut bahagia adalah orang yang bisa berkarya untuk diri sendiri dan bermanfaat untuk masyarakat. Kalau mau kaya, usahakan jangan sampai orang lain menjadi miskin karenanya. Saya mempunyai filosofi, “lebih baik sedikit tetapi cukup daripada banyak tetapi kurang.” Miskin di sini saya artikan adalah cukup. Kalau sudah merasa sudah cukup, untuk apa memikirkan banyak?

Dalam hidup saya memakai sistem kompromi. Separuh untuk nafkah separuh lagi untuk kehidupan. Karena mencari nafkah itu belum tentu hidup. Apabila sudah bisa menikmati hidup, barulah namanya
hidup. Hidup itu sebenarnya mudah karena Tuhan Maha Baik, Dia akan memberikan segala yang diminta hambanya. Manusia itu sering berbicara bahwa Tuhan Maha Tahu, tapi mereka sok. Tuhan Maha Kuasa tapi
kita sok kuasa akhirnya kita tidak mau rendah hati. Sebetulnya, kalau rendah hati, hidup ini jadi indah.

Selain mengelola Joger, saya juga sering menjadi pembicara di seminar-seminar.Saya sering mengungkapkan , kembangkanlah diri kalau mau percaya diri. Tapi sebelum mengembangkan diri, harustahu diri. Jadi intinya adalah tahu diri, setelah itu percaya diri. Bagaimana bisa berusaha, bila tidak percaya diri dan tidak bisa mengembangkan diri?

Lingkungan Berdampak Pada Entrepreneur

Cafe Entrepreneur Indonesia, Inspirasi 
Sukses, Entrepreneur, Netpreneur
Jika pada artikel sebelumnya telah kami bahas mengenai pentingnya seorang entrepreneur memiliki kemampuan yang baik dalam berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dalam artikel kali ini kami akan membahas bahwa ternyata apa yang orang bilang tentang faktor lingkungan berpengaruh pada diri seseorang memang benar. "Jika kita ingin nampak wangi, berkumpullah dengan penjual minyak wangi". Itulah kiasan yang kebanyakan dikatakan oleh mereka. Tak terkecuali bagi seorang yang ingin menjadi entrepreneur maupun netpreneur, lingkungan sekitar juga berpengaruh pada eksistensi mereka. Begitu juga dengan keinginan menjadi apa yang setiap orang inginkan. Pelajaran kali ini bisa Anda terapkan pada segala aspek meskipun artikel ini secara khusus tertuju pada entrepreneurship. Ok, langsung saja kita simak artikel kami berikut ini.

Lingkungan, sesuai dengan namanya, sangat berpengaruh pada apa yang kita lakukan. Bagi seorang entrepreneur maupun netpreneur sukses, tak hanya memiliki modal dasar yang dibutuhkan seorang pengusaha ataupun juga jiwa pebisnis mereka. Jika keturunan keluarga mereka kebanyakan seorang pengusaha/pebisnis, namun jika ia dibesarkan atau tinggal di lingkungan pekerja kantoran, maka untuk mengembangkan jiwa bisnisnya sangatlah sulit dilakukan. Sebaliknya, meskipun keturunan keluarga mereka adalah pekerja kantoran, tetapi lingkungan tempat ia dibesarkan/tinggal di lingkungan pengusaha/pebisnis, ia akan terbiasa mengikuti lingkungan dimana ia tinggal. Karena dampak yang ditimbulkan akan berpengaruh pada apa yang akan kita kerjakan. Lingkungan merupakan faktor alam yang akan membentuk kepribadian kita. Dikatakan demikian karena dari lingkungan itulah kita dibesarkan. Pola pikir kita dibentuk darinya. Bisa Anda bayangkan jika kita hidup ditengah-tengah lingkungan kumuh, sudah pasti kita akan nampah kumuh, entah itu tampilan dari luar maupun tampilan dari dalam. Seorang entrepreneur maupun netpreneur dapat sukses karena mereka berada pada lingkungan yang cocok dengan aktivitas mereka. Dari lingkungan tersebutlah mereka dibimbing, pola pikir mereka dibentuk, kepribadian mereka dibentuk, dll, sehingga apapun kesulitan yang mereka hadapi akan cepat terselesaikan dengan keberadaannya mereka pada lingkungan yang sama. Hal inipun juga terjadi pada diri kami, dimana antara keinginan dan lingkungan tempat kami dibesarkan tidak sama. Kami selalu mengalami kesulitan dimana kami harus "pergi" ke lingkungan lainnya untuk sekedar menanyakan/belajar hal-hal yang kami belum mengerti. Namun bukan berarti berada pada lingkungan yang berbeda menjadi masalah bagi kita, justru dari situlah kita dapat belajar hidup di lingkungan lain.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan sederhana di atas adalah:
  1. Jika ingin sukses, hiduplah di lingkungan orang-orang yang telah sukses
  2. Lingkungan berpengaruh pada apa yang kita lakukan
  3. Jika Anda berada di lingkungan yang "salah" menurut Anda, segeralah keluar dan mencari lingkungan yang cocok bagi Anda. Namun, jika hal tersebut masih tetap saja membuat Anda sulit melakukannya, mungkin sedikit tips berikut ini dapat membantu Anda:
    • Anda harus belajar mandiri
    • Biarkan apa yang orang lain katakan pada diri Anda walaupun terkadang itu menyakitkan, diam adalah solusi terbaik dari sekian solusi yang ada.
    • Selalu FOKUS dan tidak terpengaruh pada orang lain di sekeliling Anda, sebab hal ini mungkin bisa terjadi akibat fokus kita tidak stabil
    • Berdiam diri di dalam kamar (bukan berarti termenung), memikirkan rencana Anda, mengerjakan Pekerjaan Rumah Anda, merupakan hal yang bisa Anda lakukan agar fokus pada keinginan dan cita-cita Anda bisa terjaga
    • Selalu sabar dan yakin bahwa Anda Pasti BISA!

Yaah... seperti itulah pelajaran sederhana namun berisi mengenai topik yang kami angkat kali ini :). Semoga artikel ini dapat bermanfaat serta menjadi salah satu inspirasi dalam perjalanan kesuksesan Anda. Silahkan Anda pahami dan langsung praktekkan apa yang terdapat dalam artikel ini. Entah apakah ini sudah banyak dikatakan orang-orang sukses di luaran sana atau tidak, tetapi yang jelas mereka percaya bahwa Keyakinan dan Optimisme mereka adalah Kunci Kesuksesan mereka, disamping tentunya selalu bertawakkal (mendekatkan diri) kepada TUHAN Y.M.E.

Salam Entrepreneur!

Menjadi Diri Sendiri Itu Perlu


Dalam hidup, kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi pada diri kita. Kadang kehidupan kita selalu indah untuk dilalui, dan terkadang malah sebaliknya menjadi sebuah penderitaan yang berkepanjangan. Ini adalah sepenggal kalimat lawas yang selalu dikatakan oleh kebanyakan orang di luaran sana. Saat seseorang berada pada masa-masa sulitnya, bekerja sepanjang hari demi mendapatkan upah, berusaha semaksimal mungkin demi dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Lantas kami pribadi bertanya dalam hati kami yang paling dalam, akankah semuanya berjalan seperti ini selamanya? Bukankah kita dilahirkan di dunia ini untuk menikmati kekayaan alam yang telah diciptakan Sang Pencipta? Lalu apa hubungannya alam dan kehidupan yang kita jalani? Hubungan tersebut berada pada sebuah tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak orang mengatakan “masa muda cuman sekali, jadi nikmati saja”. Di lain sisi ada yang mengatakan bahwa “jangan jadikan masa mudamu hanya dengan bermain saja, jika tidak… kamu akan menyesal di hari tua nanti”. Kedua persepsi inilah yang hingga sekarang ini masih bergumam di pikiran masing-masing individu. Ada yang menyikapinya dengan positif bahkan ada pula yang menyikapi dengan nada miring. Oke lah, kami anggap pernyataan pertama yang mengatakan “masa muda cuman sekali” adalah pernyataan yang wajar jika dipandang dari segi kenyamanan. Loh.. kok “kenyamanan”? Tentu… di masa muda adalah sebuah titik kenyamanan dalam hidup kita, masa muda merupakan hal terindah yang akan tetap tersimpan di memori kita selamanya. Di masa mudalah kita dapat bermain dengan teman-teman kita (tidak berarti di masa tua nanti kita tidak akan bisa bermain-main), di masa mudalah kita memiliki pacar (hihihi… masak udah tua mo pacaran ^_^), di masa mudalah kita mengenal dunia maya, dan di masa mudalah untuk pertama kalinya kita mengenal dunia bisnis, dll.

Lantas apa yang kita lakukan untuk mengisi masa muda kita? Masa dimana yang penuh dengan pengalaman dan kehidupan yang indah-indah? Pertanyaan inilah yang menjadi permasalahan setiap orang. Sekarang kita lihat pernyataan lain yang mengatakan “bangunlah bisnismu sejak dini, jangan menunggu lulus dari sekolah atau perguruan tinggi”. Bukankah hal itu yang selalu menjadikan diri kita untuk memilih mana yang harus kita jalani, "bermain" di waktu muda atau "susah" diwaktu muda? Anda tinggal memilih diantara kedua pilihan tersebut, dan Anda harus siap menghadapi konsekuensi atas pilihan Anda tersebut. Sudah tentu Anda semua mengetahui setiap konsekuensi dari pilihan Anda tersebut, jadi kami tidak akan lagi mengomentarinya. Namun terpenting dalam tujuan hidup kita di dunia ini adalah dapat menjadi seorang yang berguna bagi semua orang. Tanpa harus memikirkan apakah menghasilkan uang atau tidak, terpenting bagi kita adalah memiliki kegunaan bagi banyak orang. Namun bukan berarti kita tidak mencari uang, uang sangatlah begitu penting pada zaman sekarang ini yang semuanya membutuhkan uang, uang dan uang lagi. Lantas yang harus kta lakukan adalah menggali potensi yang ada dalam diri kita. Sebuah potensi besar yang telah TUHAN berikan pada kita semua.

Kami harap Anda tetap selalu mengikuti setiap artikel yang kami posting dalam blog ini. Tentu merupakan sebuah harapan besar bagi kami untuk menjadikan setiap artikel kami sebagai inspirasi dalam perjalanan kesuksesan Anda. Dan bagi Anda yang ingin memulai atau belajar berbisnis online atau bisnis internet marketing, kami mengundang Anda semua untuk ikut serta belajar bersama kami di situs kami uprian.com Blog Pembelajaran Bisnis Internet Marketing. Setiap pembelajaran yang kami berikan dapat Anda dapatkan secara GRATIS. Namun meskipun gratis kami yakin bahwasannya setiap pembelajaran yang kami berikan tidak kalah dengan pembelajaran di luaran sana yang mengharuskan Anda untuk membayar. Karena setiap pembelajaran yang kami berikan tidak luput dari perjalanan serta pengalaman kami sendiri dalam menekuni bisnis internet marketing. Ingatlah, bahwasannya dalam hal bisnis apapun, entah itu berbisnis di dunia nyata maupun di dunia maya/internet, tidak akan ada yang sukses tanpa KERJA KERAS dan KOMITMEN yang tinggi dalam menjalankannya. Semuanya sama saja, tidak ada perbedaan yang mendasar dalam bisns dunia nyata dan dunia maya.

Ok, sekali lagi kami mengingatkan pada Anda untuk tetap “menjadi diri sendiri”. Dan biarkan apa yang orang katakan tentang diri Anda, Lakukan dan Lakukan SAJA! InsyaAllah semuanya akan dapat Anda lalui…

-Salam Entrepreneur-

Salahkah Bercita-Cita Menjadi Kaya?



Selamat Pagi teman-teman... Mungkin bagi hampir sebagian orang, bercita-cita menjadi kaya adalah impian mereka semua. Lantas bagaimana jika nantinya kita tidak menjadi kaya dan malah terpuruk dalam kondisi finansial kita sendiri? Apapun dan bagaimanapun itu, yang jelas tidak ada salahnya kita semua bercita-cita untuk menjadi seorang yang kaya raya. Toh itu semua hanyalah sebuah cita-cita/impian, tinggal kemauan diri kita untuk mau melakukannya-lah yang akan mewujudkan semua impian dan cita-cita kita. Pada kesempatan kali ini, perkenankanlah kami untuk menyuguhkan artikel terbaru Cafe Entrepreneur Indonesia. Sebenarnya artikel ini bukanlah tulisan kami, melainkan kata-kata yang telah disampaikan oleh "AA Gym". Seorang ustadz yang sudah malang melintang di dunia perdakwahan di Indonesia. Ok, tanpa berpanjang lebar lagi, mari kita simak bersama dan pahami serta renungkan, seperti apa yang telah disampaikan oleh Ustadz AA Gym berikut ini.

“Perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya untuk mencari keridhaan Allah seperti sebuah kebun yang terletak di daratan tinggi yang disiram hujan lebat, maka kebun itu akan menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun memadai...” (QS al-Baqarah [2]: 265)

Salahkah Bercita-cita Menjadi Kaya?

Siapa yang menolak jadi jutawan atau milyader? Tentunya hampir semua orang pasti ingin memiliki harta yang berkecukupan. Seseorang dengan uang melimpah bisa membeli semua barang-barang yang diimpikannya. Mau baju bagus, ia bisa membelinya di toko terkenal. Ingin rumah mewah, ia juga bisa membelinya di kawasan elit. Berbagai kebutuhan maupun keinginan, bisa diwujudkan. Salahkah bila kita mengharapkan itu semua? Berharap menjadi kaya?

Saudaraku, tidaklah salah jika seseorang bercita-cita menjadi kaya. Yang salah adalah jika ada yang menyatakan dan meyakini bahwa kekayaaan merupakan ukuran kemuliaan, dan kemiskinan adalah suatu kehinaan. Padahal, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian dari Allah untuk hamba-hamba-Nya. Islam mengajarkan kita untuk menjadi orang kaya. Rasulullah adalah seorang kaya raya. Demikian juga para sahabat. Selain kaya, mereka berprestasi sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, meskipun kaya tetapi hidup mereka sederhana. Intinya, Rasulullah dan para sahabat tetap menjalankan kehidupan yang proporsional. Karena mereka tidak hanya mengejar kebahagiaan dunia, namun akhirat pun tetap menjadi tujuan hidupnya.

Ingatlah bahwa semua kekayaan yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Sebagai hamba-Nya, kita harus dapat memanfaatkannya. Pertama, kita mendapatkannya dengan cara yang halal. Kedua, membelanjakannya dengan cara yang halal juga. Ketiga, adanya harapan bahwa semua yang telah kita lakukan mendapat ridha dari Allah SWT, termasuk kekayaan yang dimiliki menjadi barakah. Yaitu kekayaan yang membuat pemiliknya merasa qana’ah (puas dan merasa cukup), memiliki batin yang tenang dan membawa pemiliknya menjadi lebih mulia daripada kekayaan yang dimiliki.

Insya Allah, dengan begitu kekayaan dapat digunakan untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat. Caranya, harta tersebut hendaknya dibelanjakan di jalan Allah melalui ZAKAT, INFAK dan SADHAQAH. Sebaliknya, bila kekayaan dibelanjakan hanya untuk kesenangan hawa nafsu semata, maka pemiliknya tidak akan merasa puas, tidak tenteram, dan yang lebih parah lagi, ia menjadi terhina karena kekayaan yang dimilikinya.

NB. Silahkan Anda renungkan kembali setiap kata demi kata yang terdapat dalam tulisan di atas, sebagaimana apa yang telah disampaikan oleh Ustadz AA Gym tersebut. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat berharga bagi Anda, dan tentunya dapat menjadi sebuah inpirasi dalam perjalanan kesuksesan Anda.

-Salam Entrepreneur-

Jadi Entrepreneur Harus Kuat Mental


Bagaimanapun hal terberat bagi seorang entrepreneur adalah masalah mental. Seberapa kuatkah mental Anda menghadapi lingkungan sekeliling Anda, namun terpenting adalah bagaimana menghadapi cemo'oh atau perkataan "miring" yang Anda terima. Sudah pasti dan tidak akan pernah terlewatkan apa yang terjadi pada seorang yang menurut pemikiran orang lain salah. Misalkan, Anda adalah seorang internet marketer yang pekerjaannya hanya di depan komputer saja. Orang lain pasti beranggapan bahwa apa yang Anda lakukan salah, yang Anda lakukan dengan berlama-lama di depan komputer adalah aneh. Pertama yang harus Anda lakukan adalah "jangan hiraukan apa yang dikatakan orang lain terhadap apa yang Anda lakukan".

Wajar saja mereka berbicara begitu, sebab mereka sebenarnya tidak tahu apa yang kita lakukan, mereka tidak tahu apa impian dan cita-cita kita dengan melakukan hal yang dianggap "aneh" bagi sebagian orang. Jangan lantas Anda marah dan balik memaki-maki mereka juga, hadapilah semuanya dengan sabar, karena kesabaran adalah proses mutlak sebuah kesuksesan. Ada sebuah anonim yang mengatakan "Kalau mau mengungkapkan prasangka buruk, kebencian, dan intoleransi kepada orang yang tidak disukai, jangan diucapkan, tapi tuliskan. Tulis di atas pasir, di tepi pantai. Dan biarkan ombak yang menyampaikannya". Anonim tersebut ada benarnya juga... jika memang Anda kesulitan mencari pantai (berdasarkan contoh anonim tersebut), Anda bisa menulis segala kekesalan Anda pada selembar kertas dan biarkan apapun yang bisa membuatnya menghilang dari hadapan Anda, bisa air, angin ataupun api.

Menjadi seorang entrepreneur sukses merupakan sebuah pilihan bagi Anda. Karena disitulah Anda akan berkecimpung, disitulah Anda akan membangun kepribadian Anda, di situlah Anda akan mendapatkan sesuatu hal yang buruk ataupun yang membahagiakan diri Anda. Asah terus mental Anda, jangan berhenti lantaran Anda tidak kuat menghadapi perkataan "miring" di sekeliling Anda. Hadapi semuanya dengan senyuman dan keberanian, berani dan yakin bahwa Anda BISA melakukannya untuk mewujudkan segala impian dan cita-cita Anda.

Semoga dengan sedikit tulisan dari kami ini dapat memberikan sebuah inspirasi tersendiri dalam perjalanan kesuksesan Anda di masa kini dan di masa mendatang. Sekali lagi, semuanya tergantung pada Anda... apakah Anda akan berhenti ataukah akan terus mengasah mental entrepreneur Anda sendiri. Sebelum meninggalkan artikel ini, tidak ada salahnya jika Anda kembali membaca artikel kami sebelumnya tentang 7 karakter yang harus dimiliki seorang entrepreneur.

Salam Entrepreneur!!!

Kenapa Saya Gagal?: Siapa Yang Salah?


Benarkah itu pertanyaan Anda? Atau sebenarnya Andalah yang membuat apa yang Anda lakukan gagal? Sering kami menjumpai banyak orang di luaran sana yang merasa dirinya gagal. Sebenarnya di dunia ini tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, berarti jika gagal lalu siapa yang salah? Anda atau siapa? Dalam sebuah usaha/bisnis ada yang namanya sistem. Sebelum sebuah perusahaan berdiri, ia telah membuat suatu sistem yang akan mendongkrak kinerja perusahaan itu sendiri. Sekarang pertanyaannya adalah jika perusahaan tersebut tidak memiliki sistem, apakah perusahaan tersebut dapat terus berdiri dan bertahan di pasaran? Jawabannya adalah "tidak bisa". Pertanyaan selanjutnya adalah, jika Anda adalah bagian dari sistem dalam sebuah perguruan tinggi dan Anda adalah mahasiswa yang tidak lulus dari perguruan tinggi tersebut, sedangkan masih ada mahasiswa lainnya yang lulus... apakah yang salah adalah perguruan tinggi tersebut ataukah sistemnya yang gagal?

Kebanyakan orang menyalahkan bisnisnya sendiri jika gagal, dikatakan bisnisnya kurang bersaing lah, produknya tidak layak jual lah, hingga beribu-ribu alasan lainnya yang dirasa menyebabkan bisnisnya gagal. Mereka tidak tahu bahwasannya sebenarnyaa mereka sendirilah yang membuat semuanya gagal. Mereka terlalu menyalahkan bisnisnya sendiri tanpa melihat bagaimana sistemnya bekerja. Lantas setelah dirasa bisnisnya gagal, mereka lalu mencoba bisnis baru sebelum mereka memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya sebelumnya. Memang dalam sebuah usaha kita harus dapat melihat peluang-peluang bisnis apa yang dapat bersaing dipasaran. Dan memang benar jika selayaknya kita harus "berganti" bisnis lainnya jika bisnis yang kita geluti sebelumnya sudah tidak layak jual. Namun hal itu bukan berarti kita takut dan tidak mau memperbaiki kesalahan sebelumnya, bagaimanapun kita harus tetap selalu belajar dari kesalahan yang kita lakukan.

Kita semua juga selalu ingat bahwasannya kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda. Lalu kenapa Anda masih saja tidak mau belajar darinya? Ingatlah bahwasannya dalam hal apapun yang dapat kita lakukan di dunia ini, semuanya memiliki sistem yang bekerja. Bagaimanapun sistem itu patut kita perhatikan dibandingkan dengan hal lainnya. Bagi seorang entrepreneur sukses tentu hal ini menjadi perhatian utama mereka dalam menjalankan usahanya. Sedikit pernyataan dari kami bagaimana yang dimaksud dengan kegagalan itu sendiri, dapat Anda simak di bawah ini:
  1. Gagal berarti "belum" bertindak sebelum berjalan
  2. Gagal berarti "tidak pernah" memposisikan dirinya pada sebuah sistem
  3. Gagal berarti "tidak tahu" dan lantas "tidak ingin tahu" apa yang ingin dilakukannya
  4. Gagal berarti "kalah" sebelum pertandingan
  5. Gagal berarti "kesalahan" yang harus Anda perbaiki

Melihat pernyataan di atas, sudah tentu kami yakin bahwa Anda sudah paham dan mengerti sebelumnya secara "akal". Namun bagaimana dengan yang dimaksud paham secara "perbuatan"? Tak ada yang tidak bisa kita lakukan di dunia ini, belajarlah dari kesalahan yang kita lakukan. Ingat, jika diri Anda sudah merasa gagal, semuanya tidak akan berarti jika Anda tidak mau belajar darinya. Berbeda jika Anda gagal namun Anda masih memiliki keyakinan dan optimisme bahwa segala sesuatunya dapat diperbaiki, maka selangkah lagi Anda akan dekat dengan kesuksesan itu sendiri, asal Anda tidak pernah berhenti untuk melakukannya terus-menerus.

Mungkin sampai di sini dulu artikel dari kami, semoga Anda bisa memetik hikmah yang terkandung di dalamnya dan menjadi sebuah inspirasi dalam perjalanan kesuksesan Anda. Ingatlah selalu bahwa tidak ada yang bisa membuat segala sesuatunya menjadi gagal tanpa tindakan kita untuk mau memperbaikinya. Kegagalan adalah hal yang biasa, semua orang sudah pernah melaluinya. Lalu jawaban atau kesimpulan dari topik artikel ini apa? Siapa yang salah jika saya gagal? Jawabannya adalah sudah pasti diri Anda yang "lemah"lah yang membuat semuanya gagal.

-Salam Entrepreneur-

Penting Memiliki Mindset Entrepreneurs


Layaknya anak muda yang mengenal pasangannya, seorang Entrepreneurs harus memelihara kecurigaan. Begitulah yang dikatakan Pak Ci (sapaan akrab Ciputra, bapak Entrepreneurs kita-"bos-nya konglomerat properti Ciputra Group") saat memulai menjawab pertanyaan salah satu peserta pelatihan Entrepreneurs di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) awal bulan lalu. Beliau mengatakan bahwasannya penting untuk memiliki kecurigaan terhadap kompetitor bisnis kita, asalkan itu tidak terlalu berlebihan. Beliau juga menambahkan bahwasannya dalam memulai bisnis membutuhkan suatu tahapan proses. Dimana proses itulah yang menurut kami akan mengantarkan kita dalam sebuah kesuksesan. Oya, sebelumnya kami kembali memberitahukan kepada pembaca setia Cafe Entrepreneur Indonesia, bahwasannya kami akan selalu menghadirkan artikel berkenaan mengenai pernyataan Pak Ci, mengingat kami adalah penggemar beliau sebagai guru entrepreneurs kami. Kami akan selalu menyertakan artikel seputar Inspirasi Ciputra yang selalu terbit di surat kabar Jawa Pos. Namun biasanya artikelnya hanya ada pada akhir pekan saja atau hanya satu /dua tulisan per minggu. Dan dalam artikel kami ini, kami berusah menyandingkannya dengan opini kami sendiri. Tentu merupakan suatu harapan kita semua agar masyarakat Indonesia dapat lebih mandiri, terlebih berfokus pada menjadi seorang pengusaha dibandingkan harus mencari pekerjaan. Sudah terlalu banyak orang yang mencari pekerjaan di dunia ini, tapi untuk menciptakan pekerjaan masih sedikit. Begitulah kira-kira menurut kami apa yang ada di benak pak Ci. Bukannya ingin menggurui Anda, kami juga masih baru belajar kok. Kami hanya ingin membuktikan bahwasannya meskipun 100% belum terjun di dunia usaha, belajar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dunia usaha tersebut merupakan langkah awal kita untuk memulainya.

Ok, kita lanjut lagi ke topik pembicaraan kita. Mungkin Anda sempat bertanya-tanya ada apa di UNY? Terkait dengan artikel kami sebelumnya, ini adalah aksi kampanye Pak Ci dalam rangka menggalakkan kepelatihan entrepreneurs di kampus-kampus yang ada di Indonesia. Tentu saja UNY merupakan kampus pertama yang mengundang tim Entrepreneurs Ciputra tersebut untuk program kepelatihan entrepreneurs, mengingat UNY juga sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ada di Indonesia. Saat ini UNY telah menjadikan kepelatihan entrepreneurs sebagai kurikulum baru mereka. Melalui binaan kampus, para mahasiswa membentuk pusat kegiatan bisnis untuk bekal pengalaman di bidang wirausaha setelah lulus nanti. Selain itu, UNY juga telah memulai mendirikan Entrepreneurs Center, yaitu koperasi mahasiswa (kopma). Tentu kami harap kampus-kampus lainnya di Indonesia bisa meniru jejak UNY tersebut untuk menggandeng Entrepreneurs Ciputra Group sebagai partner dalam pengembangkan keahlian di dunia wirausaha, tak terkecuali juga tentunya kampus Universitas Negeri Malang tempat kami menimba ilmu kuliah :). Berharap banget nih kampus kami bisa ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan program kepelatihan entrepreneurs ini :).

Pak Ci juga menyarankan kepada para mahasiswa agar secara efektif dapat menerapkan materi entrepreneurs. Bagaimana caranya? seperti kata Pak Ci, kita harus memulainya dengan mengubah mindset kita terlebih dahulu. Yaa, mindset atau pola pikir seorang wirausahawan sangatlah penting untuk kita bangun dan kembangkan. Tidak ada salahnya jika Anda membaca artikel kami sebelumnya mengenai 7 karakter seorang Entrepreneur serta 9 tipe kepribadian Entrepreneur sebelum atau setelah Anda menyelesaikan membaca artikel ini. Mindset yang menyatakan bahwasannya kita harus mencari pekerjaan untuk mendapatkan upah harus segera dibuang jauh-jauh. Bagi mereka yang telah memiliki mindset / pola pikir  layaknya seorang pengusaha dalam dirinya justru akan mengatakan, pekerjaan adalah solusi jangka pendek untuk sebuah solusi jangka panjang. Katakanlah setelah lulus kuliah nanti, kita mencari sebuah pekerjaan. Bagi sebagian orang, bekerja seumur hidupnya untuk mendapatkan upah adalah solusi terbaik dalam hidup mereka. Mereka lebih memilih jalan aman dan nyaman (walaupun dalam pekerjaan gak ada kenyamanan) daripada harus menghadapi resiko jika membangun sebuah usah sendiri. Namun bagi sebagian orang lainnya, pekerjaan hanyalah sebagai sebuah solusi jangka pendek mereka. Mereka sudah berkomitmen dalam dirinya bahwasannya ia tidak akan berlama-lama berada di perusahaan tempat ia bekerja. Mereka menggunakan upahnya untuk rencana bisnis mereka. Setelah dirasa memiliki modal yang cukup, mereka akan segera keluar dari pekerjaannya dan melanjutkan rencana membangun bisnisnya sendiri. Inilah yang kami maksud dengan mindset / pola pikir itu. Sebuah hal yang kelihatan sama dari luar, namun dari dalam semuanya nampak begitu jauh berbeda.

Dasa-dasar pola pikir seperti itulah yang menurut kami harus kita bangun mulai sekarang. Tentu sekali lagi bahwasannya semua itu memerlukan waktu yang tidak singkat untuk dapat mengubah pemikiran kuno kita. Menurut Pak Ci, dengan mengikuti pelatihan entrepreneurs selama tiga bulan sudah cukup menjadi bekal untuk memulai dan mengenal bisnis. "Biarpun tiga tahun diajari, percuma saja jika tidak ada kemauan ketekunan untuk giat bekerja keras", ucap Pak Ci.

Ingatlah bahwasannya mengubah pemikiran kita terhadap pola pikir seorang wirausahawan sangatlah tidak sesulit seperti apa yang kita bayangkan. Terpenting bagi kita adalah untuk terus berkeinginan belajar dan segera mengambil tindakan untuk memulainya. Kami-pun menyadarinya tanpa begitu banyak masalah yang menimpa kami, tanpa adanya kegagalan yang kami hadapi, kami akan semakin lemah dan jalan kami untuk menjadi seorang entrepreneurs sangatlah jauh dari apa yang kami harapkan.

Salam Entrepreneur!!!

Entrepreneur

Young Millionaires

Shari Misher Stenzler, 36, & Andy Stenzler, 38

Kidville, NY
New York City
Projected 2006 Sales: More than $10 million
Description: Upscale educational and play facility for children age 5 and under and their families

Child™s Play: What started as just a dream for husband-and-wife team Andy Stenzler and Shari Misher Stenzler has since become a dream come true for Manhattan parents of children age 5 and under. Kidville, NY, their $3 million, 20,000-square-foot, four-story-high family facility, opened in January 2005 and is home to developmental classes such as Run, Wiggle, Paint & Giggle,” music classes such as Little Maestros and enrichment classes such as Baby Sign Language for parents and caregivers. Kidville also features an indoor playground, a beauty salon, a retail boutique and a 50-seat cafe, making it the complete socialization center for kids and parents that the Stenzlers so gallantly envisioned during startup.

 
Read more...
 

Mbok Berek

Panggil saja Ny. Umi atau Ny. Umi mbok Berek. Pengusaha restoran khas ayam goreng yang sangat terkenal di kota kelahirannya Yogyakarta. Pengusaha wanita bernama lengkap Ny. Ratna Juwita Umiyatsih Rejeki (49) ini merupakan generasi ke-empat Mbok Berek, sebuah nama yang sudah menjadi ikon restoran ayam goreng dengan ikon logo khas berwarna dasar hitam, bertuliskan Mbok Berek Ny. Umi berwarna kuning, serta gambar ayam goreng berwarna merah yang kini telah terpampang hingga Manila, Kuala Lumpur dan singapura, dan dalam waktu dekat akan muncul di Manhattan, AS. Memperkenalkan ayam goreng Mbok Berek keseluruh dunia adalah cita-cita dan obsesi dari wanita yang kini mempunyai 8 restoran besar dan 120 restoran franchise yang tersebar di penjuru tanah air.

Tarlen Handayani

Tarlen Handayani Mojang kelahiran Bandung 30 Maret 1977, ini adalah seorang alumnus Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung. Berdasarkan pengakuannya, Tarlen kecil sangat suka membaca. Bakat entrepreneur mudanya sudah mulai muncul pada usia dini. Pada saat masih duduk di kelas III hingga kelas V, Tarlen kerap bersepeda keliling kompleks rumahnya untuk menyewakan buku-buku koleksinya. Kegiatan usahanya ini terinspirasi dari pengalamannya melihat seorang bapak-bapak yang melakukan usaha serupa, menyewakan buku dengan bersepeda di sekitar rumahnya. Kegemarannya pada tokoh Tintin menjadi salah satu motivasi utamanya untuk kuliah di jurusan jurnalistik. "Kayaknya asyik lihat kehidupan Tintin, wartawan, penuh petualangan," ujarnya. Meskipun akhirnya dia menyadari bahwa ilmu komunikasi yang didapatnya dari bangku kuliah dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, tidak selalu harus menjadi seorang wartawan.

H.M Sulchan

H.M Sulchan merupakan salah satu pengusaha sukses di Semarang yang mengawali hidupnya sebagai seorang kacung hingga akhirnya berhasil memiliki beberapa usaha yang berkembang dalam skala lokal maupun internasional.
Lahir pada tahun 1910, beliau dilahirkan dengan nama Kasan, dalam keluarga nelayan yang sangat miskin. Masa kecilnya dihabiskan dengan menjadi kuli yang membantu memuat ikan ke dalam bakul sebelum dijual ke pasar. Dengan cara inilah beliau membiayai sekolah di sebuah sekolah dusun.  Di usia 8 tahun, ayahnya meninggal dunia karena wabah penyakit ganas.

Berbagai pekerjaan dilakukannya, sekedar agar periuk nasi tidak terguling. Mulai dari membantu menuai padi, berjualan kacang goreng, menjual tikar hingga menjual air tawar . Kemiskinan yang teramat sangat tidak menjadikan alasan untuk berputus asa, tetapi dijadikan batu ujian dalam menembus semua kesulitan tersebut.

Steve Jobs

Steve Jobs, as a CEO of Apple Computer Inc. now has a tremendous history of his life before that can be a learn. Steve Paul Jobs, his complete name, birth in February 24th, 1955 at Green Bay, Wisconsin from an unnamed father and a mother name Joanne Simpson. After his birth, he was adopted by Paul Jobs and Clara Jobs from California.

In 1972, Jobs finished his senior high school at Homestead High School, California and took his college at Reed College at Portland, Oregon. His first semester was bad because of his unwillingness of the college materials and ended with drop out at the current semester. He went back to California with his best friend, Steve Wozniak in 1974. Steve is a geek of technology things and a long time friend of Jobs. Both got job in a video game manufacturer named Atari as technician. At that time, Wozniak found that there was a small gift in Cap’n Crucnh sereal box that could produce a 2600 Hz supervision tone, frequency used by AT&T for long range telephony line. Jobs saw it as a business opportunity and they made a “blue box”, the box could use for long range telephony activity freely.

Entrepreneur

Sofie Rahayu

Sofie Rahayu, 40 tahun, merupakan salah satu entrepreneur Indonesia, usahanya bergerak dalam bidang pembuatan boneka dan souvenir. Omzet tiap bulannya telah berhasil mencapai Rp 500 juta. Bisnis souvenir yang dikembangkannya hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut, pelanggannya berasal dari mulai keluarga pejabat sampai dengan selebriti, yang merayakan pesta ulang tahun dan pesta pernikahan. Kesuksesan usaha yang diraih oleh Sofie Rahayu ini tidak diperoleh dengan mudah, beberapa kali sempat mengalami kegagalan dalam menjalani bisnisnya, bahkan pernah sampai mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

 

Sam Walton

"We're all working together; that's the secret. And we'll lower the cost of living for everyone, not just in America, but we'll give the world an opportunity to see what it's like to save and have a better lifestyle, a better life for all. We're proud of what we've accomplished; we've just begun." (Sam Walton)

Sam Walton memiliki perjalanan hidup dan kesuksesan yang sangat menarik da dapat dijadikan inspirasi bagi banyak orang. Sam Walton hidup pada masa Depresi dan memiliki keluarga yang tidak kaya. Namun dengan kegigihannya dalam mencapai sesuatu dan keteguhannya memegang prinsip, Sam berhasil merubah nasibnya hingga pernah dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai orang paling kaya di Amerika. Salah satu hal yang paling menarik dari kisah kesuksesan Sam Walton adalah bahwa ia adalah orang biasa dan memulai bisnis yang saat itu bukan merupakan hal yang baru,namun Sam mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman dan mengembangkan bisnisnya dari yang biasa menjadi sesuatu yang luar biasa.

Rupert Murdoch

Rupert Murdoch telah berhasil mengembangkan sebuah bisnis raksasa dari perusahaan media The News Corporation ke dalam satu grup media terbesarnya yang memiliki pengaruh terluas di dunia yang diawali hanya dari sebuah surat kabar kota kecil di Australia. Pengaruh Murdoch yang luar biasa di dalam bisnis media global, membuatnya sering mendapat bujukan dari banyak politisi dunia untuk mendukung program kampanyenya. Kekuasaannya meliputi televisi, tayangan hiburan, program TV kabel, penerbit buku, TV satelit, hingga ke majalah-majalah dan surat-surat kabar yang beredar di Amerika Serikat, Australia, Benua Eropa, Inggris, Asia, dan wilayah sekitar Pasifik

Robby Djan

Robby Djan adalah seorang pria kelahiran Sungai purun Besar, Kabupaten Mempawah, Pontianak Kalimantan Barat pada tanggal 13 Mei 1967. Pria yang akrab dipanggil Robby ini merupakan anak paling bontot dari sembilan bersaudara yang merupakan generasi keturunan Tionghoa yang lahir dan tinggal di bumi Kalimantan Barat. Ayahnya yang perantauan adalah sebagai pedagang kelontongan sekaligus seorang guru bahasa Indonesiadi sungai Purun Besar.

Demi ingin merasakan bangku sekolah yang lebih layak, Robby kecil yang pada saat itu baru berumur enam tahun, sudah harus mengikuti kakaknya yang kedua hijrah ke Jakarta. Jiwa berwirausaha Robby sudah tertanam sejak ia masih kecil. Ia sangat ingin sekali untuk segera mendapatkan uang dari hasil keringat sendiri. Kebetulan Ia senang sekali bermain musik, alat musik yang pandai ia mainkan sewaktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah gitar, karena jiwa wirausahanya itulah ia mengumpulkan uang dengan caraa memberikan les bermain gitar. Tidak hanya itu, Robby remaja juga mulai menyewakan kaset video.

Richard Branson

If asked to describe in one word of a man named Richard Branson, several comes to mind: flamboyance, success, fame, Virgin, style, adventure, and the list goes on. However there is one word that everyone can agree on: entrepreneur. Starting out his entrepreneurial adventure at age sixteen, it seems as though he's never worked as an employee for a day in his life. In the next forty years, he has grown startups into multi-million dollar companies, with products spanning across industries, ranging from music, books, retail transportation, vacation, health & wellness, as well as the financial industry.

Sir Richard Branson was born on July 18, 1950 and grew up in a traditional family in England. He received his education at Stowe School however did not finish as began his student magazine while in secondary school. Two years later, he started the Virgin Mail Order which then developed into the opening of a record shop in 1971. In 1972, the first Virgin recording studio opened up and within the next year, the label launched an album which bceame one of the biggest-selling albums of the decade: Mike Oldfield's Tubular Bells.

Entrepreneur

Rahmat Gobel

Rahmat Gobel

Rahmat Gobel merupakan salah satu entrepreneur Indonesia yang telah sukses di bidang elektrronik dan juga telah menghasilkan produk-produk elektronik kebanggan Indonesia. Beliau memulai usahanya berawal dari bawah , Bukan karena beliau mewariskan usaha yang sudah dibangun oleh orang tua nya yaitu H Thayeb Mohammad Gobel, tetapi beliau didik untuk dapat mandiri dan memulai sesuatu dengan usaha dan ketekunan yang tinggi.

 

Purdi E Chandra

Purdi E Chandra lahir di Lampung 9 September 1959. Sudah mulai berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yakni ketika dirinya beternak ayam dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar namun bisnis tersebut bisa dikatakan tidak resmi. Bisnis "resminya" sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Dalam menjalani bisnisnya purdi banyak belajar kepada ayah dan ibunya selain itu purdi selalu mendapat dukungan dari anak dan istrinya. Selain itu pada awal berdirinya primagama, purdi selalu dikelilingi istrinya untuk membuka cabang - cabang primagama.

Waktu mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4 fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa "tidak mendapat apa-apa" ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia bisnis. Purdi percaya bahwa Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Oleh karena hal tersebut sejak saat itu pria kelahiran Punggur, Lampung Tengah ini mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Dan ingin membantu mereka untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Sehingga Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama. Dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Dengan "jatuh bangun" Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia.

Pierre Omidyar

Pierre Omidyar

Pierre Omidyar is an Iranian-American entrepreneur and philanthropist/economist, and the founder and chairman of the eBay auction site. Omidyar and his wife Pam are well-known philanthropists who founded Omidyar Network in order to expand their efforts beyond non-profits to include for-profits and public policy.

Pierre Omidyar was born in Paris in June 21, 1967. He moved to Maryland with his family when his physician father began his residency at Johns Hopkins University Medical Center several years later, when Omidyar at the age of 6. Growing up in Washington, D.C., he developed an interest in computing while still at high school.

Omidyar learned to write commands in the BASIC programming language in the late 1970s, on a computer called TRS-80 microcomputer. Pierre graduated from Tufts in 1988 with a B.S. in computer science. He then joined Claris, a subsidiary of Apple Computer, as a consumer software engineer, writing graphics software to run on Apple's Macintosh operating system and also where he helped write MacDraw.


Nina Herlina

Nina Herlina

Ikan bakar Pak Chi Met didirikan pada tanggal 03 februari 2003, di food court BTC. Mengapa memilih mall sebagai tempat usaha karena pengunjung mall jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan membuka tempat usaha sendiri. Ide ini muncul karena kegemaran atau hobby memasak si empunya yaitu Ibu Nina Herlina. Usaha ini merupakan usaha milik keluarga, dan pada saat pertama kali dimulai usaha ini hanya memperkerjakan 7 orang karyawan yang 3 diantaranya adalah anak dari Ibu Nina dan 4 rang lainnya adalah karyawan Pak Chi Met itu sendiri. Dan pada saat ini jumlah karyawan restaurant Pak Chi Met berjumlah 120 orang. Nama Pak Chi Met sendiri berasal dari bahasa Thailand yang artinya ketumbar. Diluar dugaan ternyata respon masyarakat terhadap kehadiran Pak Chi Met ini luar biasa....

Mooryati Soedibyo

Mooryati Soedibyo

Siapa  yang  tak  kenal  dengan  BRAy  Mooryati Soedibyo, "Sang Legendaris Industri  Jamu  Indonesia", bahkan  yang tak pernah  minum jamu  pun pasti  pernah  mendengar  namanya. Sebagai produsen  jamu tersohor. Wanita kelahiran  Surakarta  5  Januari 1928, anak  ketiga  dari lima  bersaudara  ini  menyandang nama lengkap  BRAY  Mooryati Soedibyo, S.S., M.Hum. Ayahnya  bernama KRMTA Poornomo Hadiningrat, mantan  Bupati  Brebes  yang  Putra  KPH Hadiningrat  Bupati di Demak. Sedangkan  ibunya, GRA. Kussalbiyah, Putri  Sri  Susuhunan Pakoe  boewono  X  dari  Keraton Surakarta...

Martha Tilaar

Martha Tilaar
The beauty of a woman has become a concern for Martha Tilaar. She starts interested in the beauty when her mother took her to the beauty course. Before that, she was a person whom didn’t care to her appearance; she didn’t like to take care of her body, her hair, and her face.Martha Tilaar was born on September, 4, 1937 in Kebumen, Central Java. After graduating from IKIP Jakarta majoring in History in 1963, she continued her study in Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, USA. She is a wife from Prof. Dr. H.A.R Tilaar, and a mother from four children: Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, Kilala Tilaar, and also a grandma from several grand daughters.

In her childhood, her mother taught Martha how to solve a problem and if she wants to get lots of money then she has to works hard. When she wants more money so that she can bought delicious meals, she bought a big pack of peanut and then she divided it into several small pack so that she can sold it to her friends.


 

Martha Stewart

Martha Stewart

Martha Helen Stewart is a popular Polish-American television and magazine personality known for her cooking, gardening, etiquette, and arts and crafts projects, and as a general lifestyle guide and homemaker. Martha Stewart was born in New Jersey in 1941 as Martha Helen Kostyra. Stewart was born into a large middle class family of polish heritage. Martha's mother cooked and sewed clothes for the family saving money by making the children’s' clothing. Martha developed a passion for cooking, gardening and home keeping during her childhood. Her mother who was a schoolteacher and homemaker taught Martha the basics of cooking and sewing, they had large Christmas celebrations with Martha and her mother baking and decorating cookies.

Made Ngurah Bagiana

Made Ngurah Bagiana

Made Ngurah Bagiana adalah pengusaha sukses yang bergerak di bidang roti burger. Mengusung merk Edam, lelaki kelahiran Singaraja, 12 April 1956, mengolah dan membuat burger serta bahan pelengkapnya dengan harga yang murah dan terjangkau untuk semua kalangan. Made memulai bisnisnya dari nol yang berawal dari dua gerobak yang ia kayuh sendiri keluar masuk gang. Titik terang perjalanan hidup Made Ngurah Bagiana di mulai tahun 1990. Ketika itu sebenarnya sedang krisis moneter, namun karena ia memilih bisnis makanan, maka kendala krisis ekonomi tak menjadi penghalang. Ia mengaku, justru di saat perusahaan banyak bangkrut akibat dolar menggila, Usahanya menjual roti burger makin maju.

Ken Sudarto

Ken Sudarto

The late Kenneth Tjahyadi Sudarto is one of a few advertising business pioneers in Indonesia. He is the founder of Matari Advertising. He started his business from a garage in Cideng area, Jakarta, and currently Matari Group (the small company has grown up as a group of companies) owns two 5-storey buildings, Puri Matari 1 and Puri Matari 2, located in Jl. H.R. Rasuna Said (Kuningan), a business elite area in Jakarta.

Julius Tahija

Julius Tahija

Julius Tahija lahir di Surabaya pada tahun 1916 merupakan putra dari pasangan Johana dan Leonard berasal dari Maluku, kemudian hijrah ke Surabaya. Ibunya telah meninggalkannya ketika ia berusia sepuluh tahun. Ia menggunakan bahasa Melayu dan Ambon di rumah, bahasa Belanda di sekolah, dan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan teman-temannya sehari-hari. Kegemarannya semasa kecil adalah menonton wayang kulit. Ia merasa bahwa wayang kulit memberikan pelajaran lebih banyak dari pada orang tua dan gurunya, dan telah memberikan pesan yang menjadi prinsipnya, yaitu kebaikan menang atas kejahatan. wayang juga menampilkan sikap orang jawa, yaitu suatu kepercayaan kalau sabar keadilan pun akan menang. Ia juga mempunyai mentalitas jawa, yaitu kalau keaadaan menjadi emosional atau tegang, ia menjadi tenang, ia pun dapat berbicara dengan tenang kepada orang yang telah menipunya atau menghianatinya sehingga ia tidak mudah frustasi.

 

Resep Sukses Ala Pengusaha Burger

Resep Sukses Ala Pengusaha Burger Jika Anda sudah memiliki ide bisnis, jangan tunda lagi untuk merealisasikannya. Itulah salah satu prinsip yang dipegang I Nyoman Londen, pengusaha jaringan waralaba Burger Edola, dalam kuliah yang diberikan  pada tanggal 1 September 2006 pukul 09.30 - 11.00 WIB di Auditorium SBM ITB.

Kuliah ini merupakan kuliah pertama mata kuliah Integrated Business Experience (IBE)  untuk angkatan 2008. Kehadiran pelaku bisnis untuk berbagi pengalaman semacam ini diharapkan membuka wawasan siswa SBM ITB mengenai praktik nyata dalam berbisnis sekaligus berguna untuk memperluas business networking siswa.

Dalam presentasinya, I Nyoman Londen menjelaskan ada 4 resep utama dalam bisnis makanan :

  1. rasa yang enak
  2. kebersihan terjaga
  3. harga yang murah, dan
  4. ramah dalam melayani pelanggan
Resep tersebut telah dibuktikan Londen dalam membesarkan Burger Edola. Dalam tempo kurang lebih 1,5 tahun, Burger Edola tercatat memiliki lebih dari 400 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.

Londen memang dibesarkan dalam 'keluarga burger'. Kakaknya dikenal sebagai pemilik waralaba Burger Edam sedangkan adiknya pemilik waralaba Burger My Burger. Maka tak heran saat ditanya tentang ketatnya persaingan di pasar burger, Londen mengaku tidak khawatir sedikit pun. "Biarkan persaingan terjadi. Yang penting kita terus berinovasi.  Toh rizki sudah ada yang mengatur"  ungkapnya dengan santai. 

 
Make a Free Website with Yola.