Realtime Live Streaming
Smart Programs
Managerial Couching IV
Karyawan dan manajer adalah satu kesatuan. Dimana kinerja manajer
juga akan terbantu oleh kinerja karyawannya. Karena itu manajer harus
memberikan bimbingan kepada karyawannya. Berikut adalah langkah –
langkah bimbingan yang bisa dilakukan oleh manajer:
Bangun
saling percaya dan keterbukaan : bimbingan yang tidak bertepuk sebelah
tangan pastinya akan membawa keberhasilan pada proses bimbingan.
Keberhasilan ini bisa dimulai dengan ketulusan manajer ketika memberikan
bimbingan. Untuk memulai ketulusan maka manajer harus menanamkan rasa
percaya, respek dan terbuka akan segala hal.
Tentukan
apa dan bagaimana secara bersama : setiap karyawan mempunyai sifat yang
berbeda – beda. Karena itu bimbingan yang harus diberikan lebih secara
individual, namun sebelum masuk kearah itu ada baiknya manajer
memberikan bimbingan umum pada seluruh tim.
Dapatkan
komitmen dari klien Anda : manajer sebaiknya membimbing karyawan yang
lemah terlebh dulu. Baik lemah dalam performa maupun peoduct knowledge.
Mintalah dengan baik – baik pada karyawan untuk berubah. Jika masih
sulit melakukan perubahan maka lakukan counseling. Cari dan
komunikasikan masukan balik : manajer yang telah memberikan bimbingan
harus memberikan pengawasan kepada karyawannya untuk hasil yang
maksimal, seperti untuk mengetahui sejauh mana perkembangan karyawan
itu, atau bisa juga mengikuti karyawan itu ke lapangan dan melihat
bagaimana materi yang dipelajarinya saat bimbingan dapat bekerja dengan
baik. Nah pada saat periodik meeting maka sampaikanlah hasil kinerja dan
bimbingan yang baik atau buruk.
Terjemahkan
kata – kata menjadi pelaksanaan : ajak karyawan untuk to talk the walk
and to walk the talk dengan memberikan teladan. Artinya manajer harus
memberikan contoh dulu.
Dukunglah untuk langkah
– langkah yang penting : waktu manajer untuk memberikan bimbingan
sangatlah terbatas dikarenakan kesibukannya. Jadi proritaskan materi
coaching yang paling penting misalnya 20 persen kegiatan yang paling
penting dan dapat menghasilkan 80 persen bagi perusahaan. Ini bisa
dilakukan dengan cara turun ke lapangan dan memberikan contoh.
Berikan
refleksi tentang tindakan : selalu berikan contoh kepada karyawan
tentang apa yang sudah kita berikan kepada karyawan. Misalnya ketika
manajer meminta karyawan untuk membaca sebuah buku setiap hari 10
lembar, maka manajer juga harus melakukannya dan keesokan harinya bisa
didiskusikan bersama mengenai apa yang telah sama – sama di baca.
Evaluasi kemajuan klien : mengevaluasi apa yang telah dicapai oleh
karyawan itu penting. Karena itu agar mudah mengevaluasi maka tuangkan
bimbingan dengan bentuk kuantitatif. Seperti bagaimana meningkatkan
closing atau bagaimana meningkatkan pertemuan dengan prospek menjadi
kontrak. Jika itu telah tercapai maka mintalah karyawan untuk
meningkatkan target dalam jangka waktu yang disepakati.
Implementasikan
reward and penalty system : reward and penalty system harus dilakukan.
Karena ini sebenarnya penolong bagi manajer juga untuk menjaga loyalitas
mereka dan memacu produktifitas dan kinerja karyawan.
Managerial Couching III
Seperti diketahui bersama trainer terbaik adalah para manager
sendiri. Karena dengan melatih karyawan atau melakukan coaching kepada
karyawannya, maka tugas manager sebenarnya juga akan dipermudah. Dan
manager bisa lebih fokus pada tugas yang lebih strategis dan besar.
Berikut
adalah 9 langkah membimbing yang bisa dilakukan manager pada
karyawannya.
1. Bangun saling percaya, respek
dan keterbukaan.
2. Tentukan apa & bagaimana secara
bersama.
3. Dapatkan komitmen dari ”klien”.
4. Cari
dan komunikasikan masukan balik.
5. Terjemahkan kata – kata
menjadi pelaksanaan.
6. Dukunglah untuk langkah – langkah yang
penting.
7. Berikan refleksi tentang tindakan.
8.
Evaluasi kemajuan klien.
9. Implementasikan reward and penalty
system.
Managerial Couching II
Banyak manager yang tidak tahu untuk menjadi manager yang baik
haruslah memberikan bimbingan kepada karyawannya. Karena dengan
memberikan bimbingan berarti memberikan karyawan kepintaran, yang
nantinya akan berpengaruh pada kinerja manager itu sendiri. Pembimbing
terbaik adalah para atasan.
Pelatihan atau
training sekilas memang tampak sama, namun sebenarnya berbeda. Training
hanya dilakukan sesaat untuk kemudian dilepas. Sedangkan coaching
dilakukan hampir setiap saat. Biasanya hubungannya antara pembimbing dan
yang dibimbing lebih dekat, karena itu biasanya mereka yang membutuhkan
bimbingan selalu didampingi pembimbingnya.
Untuk
itu bimbingan dilakukan dengan melibatkan kedua pihak. Bukannya ‘ini
yang harus kamu lakukan’ tapi lebih pada duduk bersama dan mendiskusikan
apa hal terbaik yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja bersama
atau ‘apa yang akan kita lakukan’.
Perusahaan
yang kuat adalah perusahaan yang meminta para managernya melakukan
coaching kepada anak buahnya. Karena jika manager itu pergi meninggalkan
perusahaan regenerasi dan kinerja akan tetap terjaga.
The Power of Preparation III & Managerial Coaching
Banyak sales person gagal melakukan penjualan bukan karena kurang
pengetahuan tapi karena kurangnya persiapan sebelum bertemu dengan
prospek. Padahal persiapan itu penting sebelum melakukan presentasi
untuk kelancaran proses penjualan selanjutnya.
Minggu
lalu telah ada beberapa persiapan yang harus dilakukan dan kini
lanjutan dari persiapan itu adalah :
Siapkan
referensi yang mungkin mereka kenal dan respek. Jika mereka meragukan
kita tapi tidak meragukan temannya yang pernah membeli produk dari kita,
maka akan dengan mudah mereka percaya pada kita.
Siapkan
bila tidak terjadi transaksi. Kita tidak mungkin melakukan penjualan
sesuai target dan keinginan kita. Karena itu kita harus mempersiapkan
diri dan mental kita untuk menghadapi kegagalan.
Dan
keberhasilan dari tim sales person ternyata juga berkaitan erat dengan
turun tangannya menejer dalam melakukan bimbingan. Dimana menejer yang
memberikan bimbingan dengan baik akan menghasilkan kinerja dan motivasi
sales person seperti yang diharapkan. Selain itu tantangan globalisasi
dari hari ke hari membutuhkan menejer kelas dunia.
Dengan
memberikan bimbingan maka wawasan menejer akan bertambah. Nah jika
karyawan mendapat bimbingan yang baik dan mempunyai kinerja yang bagus
maka kerja menejer pun akan lebih ringan dan bisa fokus pada hal – hal
lain yang lebih penting.
What You Want To Do in 2008 II
Sudah sembilan hari kita memasuki tahun 2008. Tentunya kita juga
harus memikirkan rencana – rencana yang harus kita lakukan untuk
menjalani tahun ini agar selamat sampai hasil akhir yang ingin kita
capai di tahun ini.
Minggu lalu kita telah
membahas beberapa hal – hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi
tahun ini. Yaitu diantaranya bersikap negatif akan tantangan yang
dihadapi tahun ini. Agar kita bisa tetap waspada dengan segala
kemungkinan yang bisa terjadi tahun ini. Ini juga memacu kita untuk
tetap kerja keras.
Kemudian adalah memulai
dengan berpikir hasil akhir. Pikirkan hasil akhir positif dan negatif
untuk memacu kinerja kita.
Lalu kita juga harus
melakukan tindakan untuk mencapai hasil akhir dengan merencanakan
aktifitas kita sedetail mungkin. Rencana aktifitas ini bisa didapat
dengan membuat jadwal kegiatan (kapan, berapa lama, berapa biayanya).
Selanjutnya
adalah kita juga harus memikirkan faktor penunjang lain untuk membantu
pencapaian akhir. Faktor penunjang itu bisa dengan mengikuti seminar,
sekolah malam, bergabung dengan executive club, belajar dari mentor,
baca buku berkualitas bahkan browsing internet. Kita juga bisa belajar
dari siapa saja dengan mengobrol bersama mereka yang sudah sangat
berpengalaman dalam dunianya dan tentunya dengan mereka yang selalu suka
aksi daripada hanya berencana. Karena bergaul dengan orang – orang yang
positif pasti juga akan menularkan pengalaman yang positif kepada kita.
Yang
terakhir tentunya adalah lakukan apa yang sudah kita rencanakan dan
menikmati setiap proses yang harus kita jalani. Kemudian setelah semua
usaha itu dilakukan maka kita harus tetap mengingat kepada Pemegang
Kuasa di atas Segala Kuasa dan menyerahkan semua pada-Nya.
The Power of Change
Saat ini ketidakpastian melanda dunia. Karena itu diperlukan
Kebangkitan atau perubahan. Perubahan tidak selalu bisa diterima oleh
banyak orang. Namun demikian untuk sesuatu dengan hasil baik maka
perubahan perlu dilakukan.
Perubahan di masa
yang penuh ketidakpastian ini seharusnya dilakukan dengan aktif, kreatif
dan terus menerus. Untuk itu harus juga ditanamkan keyakinan dan
kembali lagi perubahan paradigma.
Hal yang
perlu diperhatikan sebelum melakukan perubahan adalah riset, survey dan
sosialisasi yaitu meyakinkan orang lain bahwa perubahan ini
diperuntukkan bagi hal yang lebih baik. Pemaksaan juga diperlukan dalam
sebuah perubahan karena pada dasarnya perubahan bukanlah hal yang mudah.
Ada baiknya pemimpin juga mempelopori perubahan dengan memberikan
contoh.
Perubahan mungkin tidak harus dilakukan seluruhnya
hal ini pun bisa dilakukan secara sedikit demi sedikit.
Namun
demikian kita harus memikirkan dampaknya secara jangka panjang, karena
disadari atau tidak ini akan berdampak keseluruhan.
Filososi
sate untuk sebuah perubahan : Ketika kita tengah membakar sate, daging
itu akan mengalami penderitaan berupa pembakaran. Namun ketika sate itu
telah matang dibakar, maka rasanya akan jauh lebih enak dibanding ketika
sate itu masih berupa daging mentah.
Pembicara
tamu : AGUNG ADI PRASETYO – CEO KOMPAS GRAMEDIA
The Power of Preparation in Selling
Topik ini diangkat mengingat seringnya salespeople melakukan
persiapan. Kebanyakan dari mereka selalu nekad menyerang. Padahal jika
persiapan dilakukan dengan baik maka produk yang terjual pun bisa
mencapai target.
Hal pertama yang perlu
dilakukan sebagai persiapan adalah diri sendiri. Selain mempersiapkan
product knowledge, kita juga harus mempersiapkan diri. Contohnya seperti
memberikan perhatian pada penampilan. Berikan kesan positif kepada
calon prospek saat kita akan menemuinya. Namun demikian walau kita sudah
mempersiapkan product knowledge dengan baik sering kali kita kecolongan
dengan pertanyaan yang tidak terduga. Untuk itu kita harus rehat
sejenak katakana pada calon prospek kita untuk minta waktu menjawab
pertanyaan itu. Jika perlu minta untuk bertemu lagi di lain hari untuk
memberikan menerangkan pertanyaan calon prospek yang tertunda.
Kemudian
adalah mengenali prospek kita. Cara untuk mengenali prospek kita bisa
melalui brosur, bulletin, buka situs perusahaannya atau pura – pura
telpon dan mau beli produknya. Ini untuk memberikan informasi kepada
kita tentang seperti apakah perusahaan calon prospek kita itu. Kalau
perlu kita juga harus tahu lokasi perusahaannya dimana dan kondisinya
seperti apa.
Persiapan berikutnya adalah
menyiapkan pertanyaan dan bukan presentasi kita. Konsentrasilah pada
nilai dan bukannya harga. Cobalah menggali mengenai prospek kita apa
yang menjadi kebutuhannya, keinginannya agar jualan tepat sasaran. Lalu
siapkan pertanyan seperti apa yang cocok untuk prospek. Setelah
pertanyaan terjawab maka lakukanlah presentasi.
Tahap
terakhir adalah menyiapkan pembicaraan yang membuat prospek senang dan
percaya. Ngobrolah dengan topic yang disukainya seperti hobinya,
keluarganya atau pekerjaannya.
Do Customer Buy Because of Price Only ? II
Anggapan bahwa pelanggan hanya membeli karena faktor harga harus
segera dienyahkan. Walau anggapan itu tidak sepenuhnya salah, namun jika
terus berpatok pada hal itu maka usaha kita tidak akan maju.
Banyak
hal yang membuat pelanggan membeli produk dari kita. Hal yang harus
diingat adalah pembeli akan mengeluarkan uang yang sesuai dengan produk
yang dibelinya. Berikut adalah alasan mengapa pelanggan membeli sebuah
produk :
Pelanggan akan membeli produk yang
dibutuhkannya. Sebagai salesperson kita tidak bisa memaksa mereka untuk
membeli barang yang lebih murah karena dalam hal ini pelanggan memang
mau dan mampu membeli produk itu. Jadi apapun yang terjadi mereka tetap
akan membelinya.
Pelanggan juga akan membeli produk karena
nilai dari produk itu. Walau semahal apa, setidak masuk akal apa,
pembeli yang memang membeli karena nilai tidak akan memikirkan hal itu.
Baginya nilai sangatlah penting.
Pembeli kita sering sekali
dengan produk yang bisa di kredit. Padahal jika dipikir membeli dengan
cara mencicil jatuhnya lebih mahal. Namun hal ini akan jatuh lebih murah
dibanding jika harus langsung sekaligus membeli.
Sering
sekali ketika kita belanja produk sabun, mie instant atau susu
diturutsertakan gelas, mangkok atau piring. Nah, terkadang pelanggan
membeli suatu produk karena adanya daya tarik seperti ini. Ini berfungsi
sebagai tester untuk cross selling.
Pelanggan pasti akan
senang sekali jika membeli produk maka produknya dapat juga diantarkan
ke alamat Ini akan memudahkan pelanggan untuk tidak keluar kantor.
Pelayanan
itu penting. Banyak pelanggan yang membeli produk karena terkesan
dengan pelayanannya.
Banyak juga yang membeli produk karena
adanya ikatan pertemanan.
Bagi pelanggan yang brand-minded,
merek menjadi hal penting bagi mereka. Kalau sudah begini tak peduli
berapa harganya ‘aku akan beli’.
Nah hal – hal diatas
membuktikan bahwa harga memang bukan hal utama bagi pelanggan untuk
membeli suatu produk.
Lalu apa alasan Anda
membeli suatu produk ?
8 Cara Menjual Pada Prospek II
Keinginan perusahaan pastilah cepat bekembang dan berhasil. Salah
satu caranya adalah dengan mendapatkan pelanggan baru secepat dan
sebanyak mungkin.
Karena itu terkadang para
sales person dari perusahaan tersebut selalu berpikir bagaimana caranya
agar dapat menjual dengan cepat. Berikut ini adalah lanjutan ragam cara
menjual para sales person kepada prospeknya.
Agak
bagus ? ketika sales person bertemu dengan calon prospek yang hanya
bertanya – tanya saja tanpa membeli pada saat itu juga maka tetaplah
berikan kesan positif. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi
selanjutnya bukan ? Kesan positif dapat kita berikan dengan tetap
memberikan informasi yang ditanyakan oleh prospek. Jika kita telah
memberikan kesan positif siapa tahu setelah pulang ke rumah dan ingat
dengan pelayanan kita yang positif maka prospek itu akan kembali untuk
membeli. Jangan terlalu berharap bahwa dalam setiap pertemuan maka akan
terjadi closing. Ingat selalu bahwa menjual adalah proses. Selain itu
kita juga harus ingat mengenai produk yang kita jual. Lebih baik berikan
saja informasi yang membuat prospek terus memikirkan produk kita.
Bagus
? melibatkan pelanggan lama saat kita akan menjual produk baru sesopan
mungkin. Mintalah referensi dari pelanggan lama yang pernah membeli
produk kita dan merasa puas dengan produk kita. Jika kita sudah
mendapatkannya mintalah tolong diketemukan oleh pelanggan lama yang
memberikan referensi itu.
Hebat ? prospek
datang sendiri untuk membeli produk kita atas inisiatif sendiri.
Kesempatan yang bagus ini janganlah disia – siakan. Berikan pelayanan
sebaik dan sesopan mungkin. Alangkah baiknya ketika prospek itu masuk ke
tempat kita berikanlah salam kepadanya dan tanyakanlah apa yang
dicarinya. Dengan begitu mereka akan senang karena merasa diperhatikan
dan dibantu. Bisa dipastikan mereka akan kembali lagi. Terbaik ? ketika
pelanggan lama ingin melakukan pembelian kembali. Pembeliannya kembali
ini bisa diartikan bahwa dia puas dengan produk dan pelayanan kita.
Karena itu ketika menjual, menjuallah dari hati. Jika kita bisa
menyentuh hatinya maka kita telah berhasil menjual karena kita tidak
hanya menjual produk tapi kita juga memenangkan hatinya.
Lalu
seperti apakah cara menjual kita kepada prospek ?
8 Cara Menjual Pada Prospek
Sales person mencari pelanggan itu biasa. Untuk mendapatkan
pelanggan mereka bisa melakukan dengan berbagai macam cara. Ada cara
yang baik dan ada yang buruk.
Sebelum mencari
pelanggan kita terlebih dahulu mencari prospek. Prospek ini adalah
kandidat pelanggan yang sudah kita amati agar nantinya dia bisa menjadi
pelanggan kita. Ada 8 cara yang biasa dilakukan sales person untuk
mengubah prospek menjadi pelanggan.
Cara
menjual pertama yang biasa dilakukan oleh sales person adalah Cold Call.
Cold Call ini adalah suatu kunjungan yang dilakukan sales person secara
biasa – biasa saja tanpa adanya suatu keuntungan yang ditawarkan pada
prospek. Sales person ini akan bersikeras untuk meyakinkan prospek
membeli produk kita tanpa menanyakan apakah kita membutuhkan produk itu
atau tidak. Cold Call ini biasanya sering kita temui di sales door to
door, atau sales yang menawarkan produk melalui telepon. Cara menjual
seperti ini sangat tidak dianjurkan. Karena tidak akan memberikan
keuntungan dalam jangka panjang.
Setelah
melakukan Cold Call, cara lainnya yang sering dilakukan adalah mendesak
mengadakan perjanjian untuk pertemuan berikutnya. Karena perjanjian
pertemuan ini sifatnya mendesak maka akan terasa tidak tulus.
Dikhawatirkan jika sesuatu dimulai dengan ketidaktulusan maka efek
sampingnya akan negatif. Produk mungkin terjual, target mungkin
tercapai, namun bagaimana dengan after sales dan referral ?
Jika
kita ingin bertemu dengan prospek maka berikanlah solusi dan nilai
tambah akan suatu produk. Dengan ini maka prospek akan mempertimbangkan
untuk melangkah menjadi pelanggan. Selain itu cobalah untuk memakai
sepatu pelanggan untuk mengetahui kebutuhan prospek kita.
Most Marketer Will Think Of II
Banyak keluhan yang disampaikan oleh para sales person mengenai
sulitnya menjual produk mereka. Ini biasanya terjadi karena para sales
person ini masih berpikir seperti puluhan tahun lalu. Padahal dunia
berubah. Otomatis pasar pun ikut berubah. Dan kita pun harus berubah.
Faktor
pengganjal yang sering dilakukan oleh para sales person sehingga sulit
menjual adalah melakukan pendekatan yang sama seperti para leluhurnya
dan terlalu menganggap ringan strategi baru dari pesaing.
Selain
itu para sales person juga selalu ingin mendapatkan sesuatu secara
cepat dan instant. Padahal hidup ini kan proses. Berada dalam dunia
pemasaran berarti berada dalam dunia yang tidak pasti. Dimana kita harus
mengikuti arus jaman. Karena itu diperlukan proses. Dan semua yang
cepat dan instant maka akan berakhir cepat dan instant juga.
Berikutnya
adalah rasa cepat puas. Untuk mendapatkan pelanggan yang serius dan
berkualitas maka dibutuhkan ketidakpuasan. Jadi teruslah mencari celah
untuk mendapatkan pasar dan mencapai target.
Para
Sales Person terkadang lupa dan tidak menganggap bahwa pelanggan juga
manusia yang punya emosi dan harga diri.
Gunakanlah
empati ketika harus berhubungan dengan mereka dan berpikirlah serta
melihat dari sudut pandang pelanggan.
Most Marketer Will Think Of
Terlalu lama berada di suatu tempat akan membuat kita enggan
untuk beranjak dari tempat tersebut. Dengan kata lain kita terbiasa
berada di comfort zone dan berpikir paradigma lama. Padahal sekarang
kita berada di dunia yang jauh berbeda dibanding 5 atau 10 tahun lalu.
Nah
bagaimana kita akan berhasil jika pola pikir dan perilaku kita masih
sama dan dunia berubah ? Untuk itu kita harus mengubah keadaan. Lima
atau sepuluh tahun lalu suatu cara mungkin saja untuk diterapkan tapi
tidak sekarang. Semua berubah sekarang. Pelanggan berubah, strategi
menjual berubah, kondisi pasar berubah. Karena itu diperlukan pendekatan
yang berbeda agar menghasilkan penjualan yang maksimal.
Hal
lain yang sering dipikirkan oleh para sales people adalah terlalu
menganggap ringan strategi baru dari competitor. Jika kita terlalu
meremehkan strategi baru dari kompetitor maka kita akan tertinggal jauh.
Produk kita bisa ketinggalan jaman. Pasar pun bisa saja meninggalkan
kita. Pelanggan apalagi. Karena itu seringlah terjun ke pasar untuk
mengetahui apa yang diinginkan pasar dan produk yang lebih up to date
pun bisa dihasilkan.
Is Hard Work Related to Success II
Banyak pertanyaan muncul mengenai kerja keras. Apakah kerja keras
berhubungan dengan kesuksesan ? Tentu saja. Bekerja keras untuk
mendapatkan kesuksesan memang sudah seharusnya tapi alangkah baiknya
jika semua itu dibarengi dengan kecerdikan dalam bertindak.
Namun
ada juga yang bertanya jika kita terus bekerja keras bagaimana kita
bisa menikmati hidup ?
Keseimbangan itu
sangatlah diperlukan dalam hidup. Perhatikanlah para bos yang selalu
pulang telat untuk melakukan pekerjaan mereka dengan maksimal. Kalaupun
mereka pulang awal bukan berarti mereka langsung pulang ke rumah tapi
mereka memperluas networking.
Perluasan
networking yang mereka lakukan juga santai, hanya bermain golf misalnya.
Tapi pembicaraan yang dilakukan kala bermain golf tidak jauh dari
bisnis. Nah jadi keseimbangan pun masih bisa dilakukan sambil bekerja
keras bukan.
Karena itu tetaplah bekerjalah
dengan keras namun cerdik.
9 Keys in Retail Business III
Melayani pelanggan adalah hal yang harus diperhatikan oleh
pengusaha retail. Karena pelanggan sebenarnya tidak hanya membeli produk
yang kita pajang namun mereka juga mencari kepuasan dan kenyamanan.
Dimana
hal tersebut berkaitan erat dengan pelayanan business retail atau yang
kita kenal sebagai customer service. Selain itu costumer service juga
merupakan bagian “moment of truth” dari kepercayaan pelanggan dalam
bisnis retail.
Kunci selanjutnya dari berbisnis
retail adalah sistem yang baik agar kelangsungan bisnis dapat berjalan
lancer. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan mulai dari hal terkecil
seperti inventory barang, reorder point dan sistem lainnya yang
menunjang bisnis dan infrastruktur bisnis retail.
Bagian
yang juga tak kalah penting dalam rangka menunjang bisnis retail adalah
logistik. Penyedian stock barang ini berkaitan dengan inventory dan
juga daya beli masyarakat. Penyedian barang tepat waktu dan ketersedian
barang yang memadai akan memudahkan bisnis retail itu sendiri. Dan masih
ada keterkaitannya dengan logistik ini adalah supplier. Supplier bagian
yang juga menentukan keberadaan barang dalam bisnis retail. Dan
terakhir adalah tahapan people sebagai pengelola sekaligus pelaku
retail. Dari keseluruhan tahapan dan bagian terpenting dalam bisnis
retail, people merupakan ujung tombak terlaksananya sistem dan
keberlangsungan bisnis retail.
9 KEYS IN RETAIL BUSINESS II
Retail adalah salah satu tonggak perekonomian di Indonesia.
Ketika bicara retail kita juga berarti membicarakan mengenai usaha kecil
menengah dimana retail bisnis menyangkut semua aspek termasuk pebisnis
asing dan lokal.
Untuk membuat retail hal
pertama yang harus dilakukan adalah mencari lokasi strategis dan
merchandising (penempatan produk) yang tepat.
Selanjutnya
adalah Value For Money. Ketika kita menjual produk di retail jangan
hanya memikirkan keuntungan yang akan didapat, tapi juga perhatikan
kualitas produk kita. Nilai bukan melulu masalah mahal harga dan
kualitas tapi juga manfaat rasional dan irasional (kenyamanan dan
gengsi). Karena pelanggan pastinya ingin mendapatkan barang yang sesuai
dengan uang yang dibayarkannya. Namun demikian kita juga harus
memperhatikan kenyamanan retail kita agar pengunjung betah berlama –
lama ada di retail kita.
Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah Communication Media. Kita membutuhkan sebuah media
untuk memasarkan retail kita. Ada banyak pilihan untuk berkomunikasi
dengan pelanggan. Bisa menggunakan SPG atau juga media seperti radio.
Jika kita sering jalan – jalan ke mall pasti kita sudah tidak asing
dengan pemberitaan mengenai program mall melalui radio intern yang
dimiliki mall tersebut. Nah cara lain pasti masih banyak lagi. Tinggal
bagaimana kita menggali media tersebut agar dapat membantu kita untuk
kemajuan bisnis kita.
The Unprepared Sales Call II
Entah mengapa banyak sales yang kurang melakukan persiapan kala
melakukan sales call. Padahal sukses tidaknya suatu sales call
tergantung dari persiapan yang dilakukan oleh sales force. Semakin siap
persiapan dilakukan maka semakin banyak keberhasilan yang didapat.
Karena penjualan adalah sebuah proses.
Persiapan
lain yang perlu dilakukan adalah dengan selalu menyiapkan benefit dan
value dalam presentasi. Siapkan benefit yang berbeda untuk setiap
prospek. Karena setiap pelanggan menginginkan benefit yang beda. Dan
biasanya apa yang kita berikan, sudah merupakan solusi dan benefit yang
pelanggan inginkan. Kita bisa memberikan manfaat baik apa yang
dibicarakan dan yang bersifat emosional (brand).
Menyiapkan
blanko kontrak kosongan juga perlu dilakukan sebagai antisipasi jika
pelanggan ingin melakukann kontrak. Persiapan ini juga dapat
meningkatkan kepercayaan diri kita.
Setelah
semua usaha tersebut dilakukan maka serahkanlah semua pada yang Kuasa.
Ora
et Labora !
Is Hard Work Related to Success
Apakah bekerja keras itu berarti langkah menuju sukses ? Itu
memang benar adanya. Hanya saja kita juga harus membarengi kerja keras
tersebut dengan kecerdikan. Mengingat kondisi ekonomi global sedang
memburuk, maka dibutuhkan kecerdikan tersendiri untuk menjadi pribadi
yang berbeda dari yang lain untuk mensiasati hidup ini untuk mencapai
kesuksesan.
Nah untuk bekerja keras tidak perlu
menunggu penghargaan dari kantor. Tetaplah berprestasi untuk diri
sendiri dan kemajuan diri sendiri. Karena mengharap perusahaan
memberikan penghargaan pada kita dalam kondisi seperti ini sangat sulit.
Bekerja
keras untuk sukses bisa juga berkumpul dengan orang – orang yang
sukses. Karena dengan demikian kita bisa mengontrol diri kita sendiri
dan beradaptasi dengan perubahan yang ada. Satu hal yang perlu diingat
adalah kita tidak bisa merubah hal di luar kontrol kita, karena itu
ubahlah cara berpikir kita untuk kesuksesan dalam hidup.
8 Ways to Maximize the Impact of Training II
Pelatihan yang berkualitas membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Pelatihan itu juga termasuk investasi bagi perusahaan. Lalu bagaimana
perusahaan mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan
tersebut ?
Sebelum pelatihan para kandidat
tersebut sebaiknya diberitahukan mengenai alasan mengapa dia terpilih.
Kemudian delegasikan pekerjaan kandidat tersebut kepada rekan lainnya.
Ini
dimaksudkan agar kandidat tersebut fokus ketika mengikuti pelatihan.
Sehingga kandidat tersebut bisa mentransfer ilmu yang didapatnya dari
pelatihan kepada rekan lainnya.
Nah sekarang
kita memasuki tahap ketika pelatihan sedang berlangsung. Bagi kandidat
yang dipercaya mengikuti pelatihan ini biasakan untuk melapor kepada
atasan yang mengirimkan kita mengenai perkembangan pelatihan. Ringkasan
perkembangan apa yang harus dilaporkan bisa dilakukan melalui SMS,
telepon atau email. Jangan sampai selama pelatihan atasan kita
kehilangan kontak dengan kita. Ini berkaitan dengan dampak dari
pelatihan yang kandidat ikuti ini apakah nantinya berdampak kepada
kandidat atau tidak.
Selain itu mintalah atasan
untuk membantu dan mengarahkan atas hal – hal yang membingungkan
kandidat. Siapa tahu kandidat ini diminta untuk mengikuti pelatihan yang
sedikit berbeda dan kebingungan dengan materi pelatihan.
Atasan
bisa memberikan petunjuk dan bantuan kepada kandidat tersebut. Sehingga
atasan bisa membantu mengarahkan tujuan pelatihan itu. Dengan demikian
maka kandidat tidak merasa sendiri dan selalu merasa dibimbing dan
diperhatikan. Nantinya kandidat itu akan dengan senang hati berbagi
dengan teman lainnya.
8 Ways to Maximize the Impact of Training
Saat ini kita berada dalam kondisi krisis dan global competition
maka itu kita harus memanfaatkan dana yang ada dengan sebaik mungkin.
Demikian juga dengan pelatihan atau training yang berkualitas. Ini
adalah investasi mahal bagi perusahaan, jadi sayang sekali jika tidak
efektif.
Karena itu sebelum mengirimkan
kandidat untuk mengikuti training, pilihlah kandidat yang bisa
memberikan dampak positif baik pada kandidat pribadi dan perusahaan
nantinya. Setelah mendapat kandidat yang sesuai dengan apa yang
diinginkan, maka jelaskan kepadanya mengapa kandidat tersebut terpilih.
Pemberian
training ini bisa dikaitkan dengan insentif bagi kandidat yang
berprestasi. Kemudian baru diskusikan dengannya apa kiranya yang akan
didapatkan setelah mengikuti training.
Training
terkadang diberikan lebih dari sehari, kadang seminggu sampai hitungan
bulan dan harus menginap. Lalu bagaimana dengan pekerjaan kantor yang
ditinggalkannya ? Atasan yang memberikan tugas training seharusnya sudah
memikirkan hal ini. Jangan sampai kandidat tidak konsentrasi mengikuti
pelatihan hanya karena memikirkan beban pekerjaan yang harus dihadapinya
sekembalinya dari training. Carilah pengganti sementara untuk kandidat
yang mengikuti training tersebut.
Sebelum
berangkat mengikuti training, kandidat tersebut harus diberitahukan juga
mengenai apa yang harus dilakukannya setelah mengikuti pelatihan.
Dimana kandidat harus membagikan ilmu yang didapatnya dalam training
kepada seluruh rekan kantornya tentang inti pelatihan yang diikutinya.
Balance Your Life and Work
Lihat sekeliling kita atau bahkan diri kita sendiri. Kita terlalu
sibuk dengan pekerjaan kita hingga melupakan waktu bersama dengan
keluarga. Seringnya bahkan kita takut untuk bersantai karena dikejar
pekerjaan.
Kalau sudah begitu kita juga bisa
lupa dengan kesehatan kita. Hidup ini harus seimbang antara keuangan,
kesehatan dan kesenangan. Untuk itu kita harus dapat mengatur pekerjaan
kita agar aspek lain dalam kehidupan kita bisa kita jalani dengan
seimbang.
Karena ini berdampak pada performa
kerja sehingga bisa menjadi lebih baik. Di lain kesempatan jika performa
kita baik maka nilai kehidupan kita juga menjadi lebih baik. Dengan
bisa mengatur keseimbangan kehidupan kita tidak akan kelelahan walaupun
bekerja keras.
Artinya kita punya better energy
tanpa fatigue (kelelahan). Yang akhirnya kita selalu mempunyai motivasi
yang berkualitas untuk menghasilkan kehidupan yang jauh lebih baik.
Cobalah
untuk implementasikan system Paretto. Dimana 20 persen pekerjaan kita
mewakili 80 persen kinerja kita. Dan kita harus menyadari ini. Karena
itu wakilkan pekerjaan yang bisa kita wakilkan pada mereka yang bisa
mengerjakannya.
Kemudian agar hidup kita lebih
menyenangkan dengan keseimbangan ini, pilihlah apapun yang kita inginkan
dengan sadar. Karena hidup kita adalah tanggungjawab kita.
Sales Cycle II
Memiliki kemampuan menjual (selling skill) adalah sesuatu yang
memang harus dimiliki sales person. Namun terkadang mereka lupa beberapa
tahapan yang harus dilewati agar dapat menjual dengan efektif dan
mencapai target seperti yang diinginkan.
Diantara
beberapa tahapan itu adalah mencari informasi, membina hubungan
personal, membangun nilai tambah, menggali masalah atas kebutuhan
prospek dan melakukan presentasi.
Selama ini
para sales person kurang menyadari bahwa tahapan-tahapan tersebut diatas
begitu penting. Satu hal yang juga harus disadari sejak awal bagi sales
person adalah bahwa pada dasarnya mereka bukanlah menjual produk tapi
menjual “diri mereka sendiri” dengan kemampuan dan kejelian melihat
peluang.
Selling skill tidak hanya diperlukan
saat presentasi saja, namun ini juga harus dilakukan ketika akan
menjual, memenuhi janji kepada pelanggan, membina hubungan berkelanjutan
dengan pelanggan, serta mencoba untuk melakukan penjualan yang lebih
besar dari sisi produk dan target.
Pada intinya
sales bukan hanya sekedar menjual, tapi lebih daripada itu, kekuatan
sales adalah membangun kepercayaan, nilai dan hubungan yang
berkepanjangan untuk target berikutnya. Membangun reputasi juga adalah
bagian dari kekuatan bagi penjualan dan sales person itu sendiri.
Sales Cycle
Melakukan penjualan atau sales tidak bisa langsung menjual.
Karena jika ini dilakukan maka hampir bisa dipastikan pelanggan membeli
produk dari kita karena alasan terpaksa.
Namun
jika kita menjual dengan melalui beberapa tahapan berikut ini, maka
produk yang ditawarkan pun akan terjual dengan mulus. Untuk itulah ada
istilah yang dinamakan Sales cycle (sales process) yang berarti selling
skill.
Lead : sebelum menjual produk kita hal
pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi mengenai calon
prospek kita. Calon prospek bisa kita temui dimana saja, karena itu
selalu bawa kartu nama. Jika kita ingin meningkatkan calon prospek maka
kita bisa bergabung dalam sebuah komunitas dan melakukan networking.
Membina
hubungan secara pribadi : kenali prospek kita terlebih dulu. Karena
setelah prospek kita itu merasa respek, suka dan percaya kepada kita,
kemungkinan dia akan membeli produk yang kita tawarkan. Untuk membuat
mereka respek dan percaya pada kita, berikanlah kesan positif terlebih
dulu dan cobalah fokus pada kehidupan prospek. Nah sangat dianjurkan
sekali untuk membina hubungan dengan pelanggan lama, karena pelanggan
lama ini besar kemungkinan dapat mendatangkan pelanggan baru bagi kita.
Membangun
nilai : produk utama yang ditawarkan oleh kita adalah diri kita
sendiri. Jika kita mampu membungkus diri kita sebaik mungkin maka
pelanggan akan suka dan terbentuklah nilai positif. Dengan terbentuknya
nilai positif maka produk kita pun akan dinilainya positif pula.
9 Masalah Utama Mengapa Sales Manager Gagal
Kegagalan akan selalu manusia hadapi di sepanjang perjalanan
hidupnya. Namun demikian kegagalan bukanlah akhir dunia, melainkan
sebuah proses baru menuju kehidupan yang lebih baik.
Di
dunia Sales, kegagalan di dominasi oleh kesalahan yang dialami oleh
individu itu sendiri yang berakibat pada kinerja tim. Berikut adalah
masalah - masalah yang sering dialami oleh para Sales Manager dalam
organisasinya.
Kurang Perhatian Pada Perekrutan
Calon Sales Person
Kebanyakan Sales Manager banyak yang tidak
mau terlibat dalam perekrutan calon sales person. Mereka biasanya
mempercayakan perekrutan ini pada pihak HRD. Padahal untuk mendapatkan
hasil terbaik di divisi sales dibutuhkan orang – orang yang punya
kriteria khusus. Dan yang seharusnya mengetahui bakat – bakat khusus
calon sales person ini adalah Sales Manager. Untuk itu sebenarnya
dibutuhkan keterlibatan Sales Manager dalam perekrutan.
Kurang
Perhatian Pada Sistem dan Proses Penjualan
Banyak Sales
Manager yang hanya fokus pada hasil, pendapatan dan target. Tapi apakah
mereka pernah mengajarkan pada sales personnya bagaimana cara untuk
mendapatkan itu semua ? Inilah juga yang menjadi masalah mereka.
Seharusnya saat menurunkan sales person ke pasar, para Sales Manager
telah membekali mereka dengan jurus – jurus bagaimana cara mengenalkan
diri, memberikan kesan positif dan cara membeli ( saya kenal, saya
percaya, saya respek).
Kurang Pengetahuan Mengenai Membimbing
dan Memonitor Sales Person Untuk Implementasi Proses & Sistem
Masalah
Sales Manager tidak berhenti hanya pada tidak perhatian pada sistem dan
proses penjualan tapi juga mereka tidak tahu bagaimana harus membimbing
dan memonitor anak buah mereka mengenai implementasi proses dan sistem
dalam dunia sales. Padahal membimbing dan memonitor adalah hal yang
mutlak dilakukan oleh seorang Sales Manager agar menghasilkan anak buah
yang cemerlang. Karena jika anak buah cemerlang maka managernya pun bisa
dipastikan jauh lebih cemerlang. Dan ini pun akan berdampak pada kerja
tim yang sukses dan pencapaian target yang sesuai seperti yang
diharapkan.
Kurangnya Ketrampilan Untuk Menghadapi Segmentasi
Pelanggan
Orang – orang yang terlibat dalam dunia penjualan
adalah mereka yang paling banyak bertemu dengan orang. Karena itu
dibutuhkan sebuah ketrampilan berkomunikasi yang baik. Nah karena sales
selalu dikaitkan dengan pencapaian target, para Sales Manager ini
terkadang lupa bahwa sales people harus mampu melakukan segmentasi (
status sosial, perilaku dan gaya bicara ). Ini ada kaitannya dengan
mirroring. Bahwa kita harus dapat menyesuaikan diri kita dengan orang
yang tengah kita prospek.
Kurangnya Perhatian Bagaimana
Membedakan Suspect dan Prospek
Para Sales Manager seharusnya
membekali para sales peoplenya dengan pengetahuan mengenai pembedaan
antara Suspect ( pelanggan yang kemungkinan membelinya tinggi ) dan
Prospek ( pelanggan yang baru saja ditawari ). Ini selayaknya
diberitahukan agar anak buah tidak membuang – buang waktu dengan
pelanggan yang tidak ada keinginan untuk membeli.
Masalah –
masalah diatas memang sering ditemui. Namun diharapkan dengan menyadari
kesalahan tersebut, belum terlambat untuk memperbaikinya menjadi lebih
kreatif, peka dan tanggap akan apa yang dibutuhkan pasar dan kemampuan
anak buah kita.
Will E-Distribution Be The BEST Distribution in Indonesia
Dari waktu ke waktu teknologi semakin berkembang, tidak hanya
dari segi telekomunikasi tapi juga dalam hal pemasaran. Di luar negeri
telah berkembang apa yang dikenal sebagai E-Distribution yaitu sebuah
proses pemasaran melalui internet.
E-Distribution
di Indonesia sendiri perkembangannya belum terlalu pesat. Namun jika
kita melihat kondisi di Jakarta yang semakin dipadati masyarakat dan
kendaraan, sistem E-Distribution kemungkinan bisa berjalan baik. Karena
ini menawarkan kemudahan berbelanja dan memasarkan dalam bisnis apapun.
Serta kita tidak harus mengantri dan terjebak dalam kemacetan. Dengan
berbelanja melalui media ini maka akan meminimalisir penipuan, tapi jika
ini diberlakukan di Indonesia alangkah lebih baik selain memasarkan
produk di dunia maya, juga harus dibarengi dengan pembukaan retail.
Selain
itu keadaan pasar saat ini semakin tersegmentasi dan harus membuka
begitu banyak retail untuk memenuhi segmentasi itu. Dan dengan
menerapkan sistem E-Distribution apapun segmentasi produk kita bisa
didistribusikan sekaligus disini.
Jika kita
ingin memasarkan produk kita di dunia maya seperti ini, maka kita harus
memperhatikan apa produk kita, siapakah kita (apakah masyarakat sudah
mengenal kita atau belum ?), dimana kita dan apa industri kita. Hal yang
selalu harus diingat adalah pelanggan akan membeli produk dari pihak
yang telah dipercaya. Dan jika kita mampu menggabungkan pemasaran di
dunia nyata dan maya maka akan terjadi sebuah sinergi yang hebat dalam
pemasaran.
How Should I Learn To Become an Expert in Selling
Kebanyakan orang masih berpikir bahwa seorang sales yang sukses
adalah dia yang mampu mencapai target. Sebenarnya jika ingin menjadi
salesperson yang sukses, target bukanlah ukuran. Yang harus diperhatikan
adalah membina hubungan dengan pelanggan seolah teman mereka. Karena
dengan berperan sebagai teman, maka pelanggan akan mudah percaya dan
penjualan pun akan lebih mudah untuk dilakukan.
Kemudian
adalah belajar dari kesalahan dan keberhasilan orang sukses. Dan untuk
mempelajari itu, tidak perlu ketemu orangnya langsung. Cukup dengan
membaca buku, mendengarkan radio atau menjadi anggota sebuah forum
dimana berkumpul orang – orang yang sukses.
Pasar
dan pelanggan juga bisa dijadikan media untuk belajar. Dengan dekat
dengan pelanggan (yang merupakan pembuat keputusan untuk membeli produk
kita atau tidak), mengetahui apa yang diinginkan dan tidak
diinginkannya, maka kita bisa membuat produk yang menjadi bakal ‘market
development’.
Jika kita menemui kegagalan atau
kesalahan, janganlah lupa untuk selalu bangkit dan bangkit lagi. Karena
kita bisa belajar dari kesalahan dan kegagalan yang kita lakukan, dengan
menganalisa kesalahan untuk perbaikan di masa datang. Hampir semua
orang sukses mengalami kegagalan pada awalnya. Sebut saja Thomas Alva
Edison, Wolfgang Amadeus Mozart dan banyak nama lainnya.
Kita
pasti banyak belajar untuk meningkatkan kemampuan kita menjual. Tapi
jangan hanya berhenti pada belajar saja. Cobalah implementasikan apa
yang telah kita pelajari dan jangan lupa untuk berbagi. Karena dengan
berbagi maka apa yang kita miliki sebenarnya akan bertambah.
Hal
terakhir yang penting dilakukan terkait dengan kesuksesan menjadi
seorang salesperson adalah berdoa kepada Tuhan. Kita sebagai manusia
hanyalah bisa merencanakan dan merencanakan, namun sebenarnya ada
kekuatan lain yang lebih berhak dalam menentukan keberhasilan kita.
Ideas For A Sales Leader
Siapapun kita, kelak kita akan menjadi pemimpin, baik di satu
institusi, divisi atau memimpin diri kita sendiri dalam lingkup yang
lebih kecil. Tak terkecuali juga insan sales, mereka perlu tahu cara
memimpin. Lantas apa saja yang perlu diketahui dalam memimpin bagi para
sales leader ?
Hal utama yang perlu dimiliki
oleh para calon pemimpin adalah “ Leadership “. Tidak mungkin seorang
sales atau marketing manager bisa sukses dan menjadi pemimpin, kalau
yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan leadership. Karena itu
seorang Sales Manager yang mempunyai tim harus menjaga keseimbangan
antara kehidupan pribadi dan kehidupan bekerja. Dimana di luar seorang
Manager bisa saja bergaul dengan bebasnya dengan anak buahnya yang
mungkin adalah teman mainnya, atau keluarganya. Namun ketika sudah
berurusan dengan dunia kerja, maka Manager ini harus mampu menempatkan
dirinya sebagai atasan. Dan lebih jauh lagi Manager ini harus mampu
bersikap tegas kala dibutuhkan.
Kemudian para
pemimpin ini juga harus mengetahui apa bedanya MANAGING dan LEADING.
Karena walaupun sama – sama berada di atas, tapi tanggungjawab keduanya
berbeda. Menjadi Manager diharuskan menguasai bidang industri dan tahu
persis apa yang dikerjakan oleh anak buahnya. Dan dalam hal tertentu
harus mau menjadi mentor untuk mengajar anak buahnya. Sementara Leader
adalah orang yang mampu mempimpin orang tanpa harus mengajarinya. Dan
lagi seorang pemimpin itu tidak harus pandai dalam bidang yang
dipimpinnya.
Untuk menjadi pemimpin harus mau
melakukan apa yang benar dan bukan yang menyenangkan. Lebih baik lagi
jika kedua hal ini dilakukan secara seimbang.
Banyak
pemimpin yang tidak mempercayai anak buahnya untuk mengerjakan hal –
hal yang sebenarnya bisa didelegasikan. Hal ini membuat pemimpin itu
menjadi kelelahan karena mengurusi ‘HAL KECIL’. Karena itu dibutuhkan
konsistensi untuk mendelegasikan pekerjaan rutin kepada anak buah.
Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu dan mau memberikan
kesenangannya dalam melakukan pekerjaan mudah kepada anak buahnya.
Sehingga pemimpin ini bisa melakukan pekerjaan lain yang jauh lebih
penting dan dapat memikirkan hal lain yang sifatnya lebih strategis.
Selanjutnya
apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, sering sekali dibahas
yaitu LEAD by EXAMPLES. Menjadi pemimpin itu tidak harus mengatur ini
dan itu. Anak buah akan jauh lebih menghormati pemimpinnya jika mereka
mau mengerti anak buahnya dan sedikit bicara banyak memberi contoh.
Dengan pemberian contoh maka anak buah akan merasa sungkan dan akhirnya
akan melakukan apa yang diminta tanpa paksaan.
Ketika
menjadi pemimpin kita harus bisa mempengaruhi anak buah untuk diikuti
dan dipatuhi. Proses pembelajaran tetap diperlukan, bahkan ketika ia
sudah menjadi pemimpin. Dan untuk belajar bisa dari siapa saja, termasuk
belajar dari bawahan . Hanya saja kita harus belajar dalam konteks
elegan dan terhormat.
Tips For Achieving The Best Compensation
Pada episode terdahulu telah diberikan lima poin bagaimana
caranya untuk mendapatkan tips yang terbaik, dimana yang terakhir adalah
bekerja bukanlah melulu untuk mendapatkan kompensasi tapi lebih pada
kepuasan dan aktualisasi diri untuk melangkah lebih jauh lagi.
Kemudian
berikutnya adalah Never Feel Complacent – Ambitious. Kegagalan bisa
terjadi karena seseorang merasa sudah ok dalam pekerjaannya hingga tidak
mau maju lagi. Atau dengan kata lain seseorang itu akan hebat kalau
kepepet. Karena itu janganlah mempunyai rasa puas sesaat. Jadilah orang
ambisius yang positif dan berguna bagi orang lain.
Selanjutnya
adalah Imagine the Best & the Worst Experiences. Jika ingin keluar
energi dari hati dan otak maka harus ada pemicu. Dan pemicu bagi orang
sales adalah self talk. Lakukanlah self talk mengenai apa yang kira –
kira bisa kita dapat jika kita telah melakukan hal terbaik.
Lalu
setelah itu apa yang akan kita berikan bagi orang disekeliling kita.
Kita juga bisa melakukan self talk mengenai kerugian yang akan menimpa
kita jika kita tidak melakukan hal terbaik. Dengan melakukan kedua jenis
self talk ini maka kita akan mempunyai energi yang cukup untuk
melangkah jauh lebih maju.
Jangan lupakan
beribadah, karena Best Performance is Devotion. Bekerjalah dengan sebaik
– baiknya, karena itu adalah bagian dari ibadah. Kalau kita tahu dan
yakin apa yang kita lakukan adalah ibadah, maka kita mempunyai energi
yang sangat kuat untuk melakukan yang terbaik karena kita juga yakin apa
yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain.
Kompensasi
akan mendatangi jika kita berambisi positif,bayangkan hal baik dan
buruk,dan beribadahlah dgn memberikan hal terbaik utk pekerjaan.
Tips For Achieving The Best Compensation II
Pemberian kompensasi adalah salah satu hal yang idealnya selalu
harus diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, sebagai penghargaan
atas hasil kerja mereka. Entah itu dalam bentuk finansial ataupun
pelatihan.
Namun kita pun harus memberikan
bantuan kepada perusahaan agar kita bisa mendapatkan kompensasi terbaik.
Selain tips terdahulu yang telah diberikan yaitu You Get What You Give
dan Increase Your Value, maka tips lain yang patut dicoba adalah You Are
What You Think. Contohnya adalah ketika harus mencapai hasil atau
target. Pikirkanlah kemampuan untuk bisa mencapai hasil seperti yang
ditargetkan. Karena semua mungkin terjadi di dunia ini (nothing is
impossible), apalagi jika kita meyakininya.
Kemudian
adalah Do More Than You’re Paid For. Lakukan lebih dari apa yang
seharusnya dilakukan. Dengan demikian maka insentif akan mengejar kita
dan otomatis kompensasi pun akan membarengi.
Kita
tidak memungkiri bahwa ketika bekerja, kita memang ingin mendapatkan
penghasilan. Namun hal yang sering terlupa adalah The Best What You Get
is Not Compensation Itself, But Pride, Self Satisfaction &
Motivation To Go Further. Yah…selain untuk mendapat penghasilan, kerja
juga sebenarnya adalah bagian untuk aktualisasi diri, kebanggaan,
kepuasan diri dan sebagai pemicu motivasi untuk melancung ke tempat yang
lebih tinggi. Karena itu, janganlah terlalu fokus pada kompensasi
melulu, tapi pikirkan juga aspek lain yang diperoleh dengan bekerja.
Tips For Achieving The Best Compensation II
Pemberian kompensasi adalah salah satu hal yang idealnya selalu
harus diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, sebagai penghargaan
atas hasil kerja mereka. Entah itu dalam bentuk finansial ataupun
pelatihan.
Namun kita pun harus memberikan
bantuan kepada perusahaan agar kita bisa mendapatkan kompensasi terbaik.
Selain tips terdahulu yang telah diberikan yaitu You Get What You Give
dan Increase Your Value, maka tips lain yang patut dicoba adalah You Are
What You Think. Contohnya adalah ketika harus mencapai hasil atau
target. Pikirkanlah kemampuan untuk bisa mencapai hasil seperti yang
ditargetkan. Karena semua mungkin terjadi di dunia ini (nothing is
impossible), apalagi jika kita meyakininya.
Kemudian
adalah Do More Than You’re Paid For. Lakukan lebih dari apa yang
seharusnya dilakukan. Dengan demikian maka insentif akan mengejar kita
dan otomatis kompensasi pun akan membarengi.
Kita
tidak memungkiri bahwa ketika bekerja, kita memang ingin mendapatkan
penghasilan. Namun hal yang sering terlupa adalah The Best What You Get
is Not Compensation Itself, But Pride, Self Satisfaction &
Motivation To Go Further. Yah…selain untuk mendapat penghasilan, kerja
juga sebenarnya adalah bagian untuk aktualisasi diri, kebanggaan,
kepuasan diri dan sebagai pemicu motivasi untuk melancung ke tempat yang
lebih tinggi. Karena itu, janganlah terlalu fokus pada kompensasi
melulu, tapi pikirkan juga aspek lain yang diperoleh dengan bekerja.
Tips For Achieving The Best Compensation I
Akhir – akhir ini banyak karyawan yang berdemo. Salah satu
penyulutnya adalah masalah kompensasi. Perusahaan sering dianggap tidak
adil dalam menerapkan manajemen kompensasi. Selain itu percepatan
besaran kompensasi lebih lambat dibanding percepatan peningkatan biaya
hidup
Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai
karyawan, agar kita bisa mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan
kinerja kita ?
Bekerjalah dengan sebaik
mungkin, karena You Get What You Give. Apapun yang kita lakukan di
kantor, entah itu bekerja lebih keras dan lebih cerdik, dapat mengubah
cara kerja kita menjadi lebih efektif dan efisien. Sehingga dapat
menghasilkan mutu kerja yang baik. Dengan demikian cepat atau lambat,
usaha kita itu akan berimbas pada kompensasi yang diberikan.
Hal
yang perlu diingat adalah, bahwa kompensasi tidak melulu diberikan
dalam bentuk finansial. Kompensasi bisa juga diberikan dalam bentuk
kenaikan jabatan, pelatihan atau mendapatkan tantangan kerja lebih.
Nah
untuk mendapatkan kompensasi seperti itu, selain dengan meningkatkan
mutu kerja, Increase Your Value Continuosly. Baik saja tidak cukup.
Untuk menjadi yang lebih baik, kita HARUS menjadi cerdik. Jadi
berambisilah untuk terus maju dengan meningkatkan kualitas diri.
Contohnya jika kita ingin menjadi manajer, cobalah untuk mulai belajar
mengenai kepimpinan dan bagaimana cara menyelesaikan masalah.
The Market are Down Sales are Down III
Ketika krisis melanda banyak sales people yang tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Kebanyakan dari mereka memilih untuk diam. Padahal
dalam keadaan seperti ini, kita harus melakukan sesuatu agar produk
kita tidak dilupakan pelanggan.
Krisis bisa
jadi tidak hanya melanda kita tapi juga pelanggan kita, karenanya ini
adalah saat yang tepat untuk berempati kepada pelanggan. Diharapkan
dengan semakin mempererat hubungan dengan pelanggan kunci yang biasanya
adalah pelanggan besar, maka sebenarnya kita juga mempertahankan
pelanggan kecil yang berada di jaringannya.
Kemudian
adalah tetap antusias dan selalu berpikir dan bermental positif. Karena
pola pikir dan sikap mental positif akan menular dan memberikan
pengaruh yang juga positif di saat kritis. Dalam keadaan seperti ini
kita bisa menambah ilmu dan wawasan kita dengan mengikuti pelatihan,
membaca buku yang bermanfaat dan berkumpul dengan komunitas dimana orang
– orang yang terdapat didalamnya adalah mereka yang berhasil melewati
masa krisis. Dengan demikian maka walaupun kita sedang mengalami masa
surut tapi kita dapat menemukan ide – ide kreatif yang dapat digunakan
untuk memajukan penjualan.
Lalu apa yang harus
dilakukan oleh Sales Manager saat pasaran lesu dan penjualan sulit
mencapai target ?
Berikan contoh pada bawahan
dengan lebih sering turun ke lapangan dan proaktif pada mereka. Dengan
melihat atasannya mau turun ke jalan, maka bawahan pun akan dengan
sendirinya mencontoh apa yang dilakukan atasannya. Karena mereka
berpikir, atasan saja mau melakukan itu kenapa kita sebagai bawahan
tidak ?
Kemudian berinvestasilah pada bawahan
kita dengan memberikan mereka buku motivasi misalnya, atau memberikan
paket pelatihan pada mereka untuk meningkatkan kualitas mereka.
Jangan
lupa juga untuk berinvestasi pada pelanggan yang sudah ada dalam
sistem. Dan tingkatkan pelayanan pelanggan dan Customer Relationship
Management (CRM).
Sebagai pimpinan kita adalah
orang yang bertanggung jawab pada kelangsungan bisnis. Karena itu jangan
beri kesempatan orang lain menentukan masa depan kita dan bisnis kita.
The Market are Down, Sales are Down. What Do You Do
Indonesia sudah merdeka selama 62 tahun. Namun selama sepuluh
tahun belakangan ini kondisi perekonomian Indonesia menurun. Kondisi ini
berakibat pada lesunya pasar. Banyak yang bertanya apa yang harus
dilakukan jika pasar sedang lesu dan pencapaian target tidak memuaskan.
Hal
yang wajib dilakukan pada saat kondisi pasar tidak menguntungkan adalah
tetap beraksi. Do Something ! Karena sesedikit apapun yang kita lakukan
pada saat kritis, pasti akan memperoleh sesuatu walaupun bukan
keuntungan besar. Tapi ini jauh lebih baik dibanding hanya diam dan
mengeluh.
Membantu pelanggan adalah salah satu
cara yang harus dilakukan saat kondisi pasar lemah. Namun dalam keadaan
seperti ini lupakan sejenak bantuan yang bersifat bisnis. Kembangkan
hubungan pertemanan dengan pelanggan.
Kita dapat membantu
mereka dengan hanya “meminjamkan” telinga.
Mendengarkan
kesulitan dan keluhan mereka adalah satu cara tersendiri meringankan
beban pelanggan. Pelanggan bisa lega dengan menceritakan masalah mereka,
kita juga bisa tahu apa yang menjadi kendala mereka. Dan dengan
mendengar cerita mereka kita bisa tahu solusi apa kiranya yang mungkin
diberikan pada pelanggan yang tengah bermasalah tersebut. Kita juga bisa
belajar dari masalah mereka. Dengan demikian hubungan ini dapat
memberikan suatu pengalaman yang positif baik bagi pelanggan maupun bagi
kita. Dan dengan melakukan ini diharapkan hubungan bisa bertahan lama
kedepannya. Karena mempertahankan pelanggan lama yang prospektif jauh
lebih baik daripada mencari pelanggan baru yang kita belum tahu catatan
kerjanya. Oleh karena itu bina terus hubungan baik dengan pelanggan lama
dengan mengembangkan friendship intimacy.
Dan
jangan lupa juga untuk tetap antusias dan selalu berpikir dan bermental
positif. Karena pola pikir dan sikap mental positif akan menular dan
memberikan pengaruh yang juga positif di saat kritis.
The Market are Down, Sales are Down. What Do You Do?
Seperti halnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang naik turun,
kondisi pasar pun demikian. Jika hal ini terjadi, maka target yang
dicapai pun kurang memuaskan. Motivasi menjual juga jadi mengkeret.
Padahal
pada kenyataannya konsumen masih membeli. Hanya saja yang menjadi
pertanyaan adalah dimana mereka membeli, berapa banyak dan bagaimana
mereka membeli ?
Untuk menjawab semua itu kita
harus melakukan sesuatu. Bukan hanya mengeluh kesana kemari tanpa aksi,
bahkan yang lebih parah berdiam diri menunggu keajaiban jatuh dari
langit.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah
dengan tetap melakukan kampanye atau beriklan dan mendorong salesman
untuk tetap menghasilkan. Cara mendorong mereka untuk tetap berkarya
adalah dengan menaikan gaji mereka, naikan juga variable cost, buat
program training bagi sales untuk merangsang kinerja mereka. Walaupun
semua itu membutuhkan biaya banyak tapi akan menghasilkan penjualan yang
banyak.
Bagi sales people buatlah persiapan
matang sebelum bertemu dengan Prospek atau Pelanggan. Cari tahu lebih
dulu latar belakang mereka (apalagi jika mereka adalah Prospek atau
Pelanggan baru ) seperti dimana mereka biasa membeli sampai penjelasan
seperti apa yang mereka sukai ( detil atau sekilas). Jika semua ini
sudah di tangan, maka kita sudah mempunyai bekal cukup ketika
berpresentasi. Dan ini juga menunjang penampilan kita saat berpresentasi
menjadi lebih percaya diri dan karismatik di depan klien.
Kemudian
adalah membuat perencanaan kuantitatif (contoh biasanya hanya
mengunjungi 10 pelanggan, cobalah setiap hari untuk menambah jumlah
pelanggan yang dikunjungi. Jika berhasil terus tingkatkan jumlah
kunjungan setiap hari) dalam rencana kerja dan laksanakan.
Lalu
saat kondisi pasar lemah, sales person harus mau turun langsung ke
pasar dan bicara langsung dengan pelanggan untuk belajar dari mereka.
Terus dan terus cari tahu apa yang menjadi kebutuhan pasar dan bagaimana
cara memenuhi kebutuhan itu. Karena dalam kondisi seperti ini sudah
bukan waktunya lagi buka buku, tapi langsung AKSI.
Lalu
aksi – aksi yang telah kita lakukan itu bisa kita analisa, dan kita
bisa belajar dari kesuksesan dan kegagalan aksi yang telah kita lakukan.
Sebenarnya alangkah lebih baik jika kita belajar dari kegagalan dan
kesuksesan orang lain. Sehingga kita bisa terhindar dari melakukan trial
error.
Selanjutnya adalah melakukan hal yang benar secara
Proaktif dan bukan Reaktif menunggu masa krisis selesai. Karena itu
selalu ingat jargon DO SOMETHING. Dengan begitu kita akan selalu
bersemangat untuk proaktif.
Deliver Your Commitment Soon After You Signed A Contract II
Melupakan kegiatan setelah melakukan penjualan kerap dilakukan
oleh para salesman. Hal ini harus mulai dihindari, karena memberikan
pelayanan purna jual perlu dilakukan untuk menjaga hubungan dengan
pelanggan.
Salesman haruslah memberikan segala informasi
mengenai produk yang telah berhasil dijualnya, karena ini terkait dengan
kualitas produk dan kelanjutan hubungan pelanggan.
Setelah
memberikan informasi mengenai segala sesuatu mengenai produk langkah
selanjutnya yang harus dilakukan salesman adalah memonitor pengiriman
atau “Delivery Monitoring”. Sebenarnya salesman tidak mutlak harus ikut
melakukan pengiriman, tapi paling tidak salesman ini meyakinkan bahwa
produk telah sampai di tangan pelanggan dengan baik. Kemudian adalah
“Perform as Promised” atau berikan pelayanan produk seperti apa yang
dijanjikan. Pelayanan ini dapat dilakukan jika sebelumnya salesman
memonitor proses pengiriman produk. Sehingga salesman tahu apa lagi yang
menjadi kebutuhan pelanggan terkait dengan produk yang telah dibelinya
itu.
Berikutnya adalah “Try to Serve
Personally”. Sebagai Sales Manager boleh – boleh saja mendelegasikan
tugas pada anak buahnya tapi dengan syarat harus mentraining lebh dahulu
anak buahnya itu. Selain itu monitor juga kegiatan anak buah ini dalam
melakukan sales, agar dapat “Perform as Promised”.
Biasanya
para salesman akan begitu saja meninggalkan pelanggannya setelah
berhasil melakukan penjualan. Padahal yang seharusnya dilakukan adalah
“Communicate Periodically”. Tetap menjaga hubungan dengan pelanggan,
walaupun sekedar menanyakan hal remeh seperti menanyakan kabar, atau
memberikan kartu ucapan selamat ulang tahun bahkan Happy Wedding
Anniversary. Walaupun remeh, tapi kegiatan ini akan membekas di benak
pelanggan dan membuat pelanggan akan kembali pada kita.
“If
Possible, Do Something Beyond Their Expectation”. Jangan pernah ragu
menanyakan apa yang diharapkan pelanggan terhadap produk yang telah
diinginkannya. Dan kalau bisa kita harus memberikan lebih dari yang
mereka butuhkan.
Nah jika produk sudah terjual
dan pelanggan nampak puas dengan produk dan pelayanan kita, janganlah
terburu – buru menanyakan referensi. “Ask Referrals after all Promised
Delivered (They Want to Help You Because You Help Them First). Karena
mereka dengan sendirinya mereka akan memberikan referensi jika apa yang
kita lakukan memuaskan mereka.
Deliver Your Commitment Soon After You Signed A Contract
Melakukan penjualan adalah hal yang mudah Bisa dibilang semua
bisa melakukan penjualan. Yang sulit dalam melakukan penjualan adalah
ketika salespeople mengeluarkan janji – janji tapi tidak bisa dipenuhi.
Ini adalah tanggungjawab yang berat.
Menjual
bukanlah melulu soal uang dan kemenangan tapi juga mengenai hubungan
dengan para pelanggan sesungguhnya.
Seringnya
salespeople melakukan “sell and run”, dimana selesai menjual salespeople
itu langsung meninggalkan pelanggan begitu saja. Padahal penjualan
adalah pintu gerbang pada pelanggan untuk langkah selanjutnya.
Untuk
itu ada tujuh hal yang harus dilakukan oleh salespeople setelah
berhasil melakukan penjualan. Yang pertama adalah “Inform What
Activities After Contract in Detail”. Setelah melakukan penjualan
berikanlah informasi seputar produk dan proses selanjutnya atas produk
yang telah dibeli. Ini dilakukan agar ada transparansi untuk menghindari
keluhan dibelakang hari. Dan ini terkait dengan kepuasan pelanggan.
Jangan pernah menjanjikan sesuatu yang tidak bisa dipenuhi. Lebih baik
berikan janji A-D tapi penuhi dengan dari A-E. Ini akan membuat
pelanggan senang dan puas.
Terkadang pemenuhan
janji tidak seperti yang diinginkan. Jika ada salespeople perusahaan
yang tidak memenuhi aturan main perusahaan dan merugikan pelanggan
sehingga membuat buruk reputasi brand, sebaiknya sediakan dana lebih
untuk mengganti kerugian pelanggan. Ubahlah keluhan pelanggan menjadi
pujian. Dan untuk salespeople sendiri bisa diberikan punishment untuk
kelancaran bisnis di masa depan.
Highlights
:
Jangan hanya memberikan janji kepada
pelanggan. Berikanlah pelayanan lebih dari yang dijanjikan untuk
kepuasan dan kelanggengan pelanggan.
Dilihat dari judulnya mungkin terlihat agak aneh, tapi inilah sebenarnya realita yang harus diterima. Pernahkah kita berpikir mengapa para entrepreneur lebih sukses daripada karyawan. padahal dilihat dari skill, mereka kalah dibandingkan dengan karyawan yang lulusan sarjana, doktor, bahkan sampai profesor. mungkin kita mengira bahwa mereka banyak uanglah, dapat warisanlah, atau ketiban rejekilah dan berbagai macam alasan lainnya. padahal kalau kita tilik ke belakang banyak para entrepreneur yang sukses berawal dari nol alias gak punya apa2.
contoh : om bob sadino, purdie E Candra (suhu saya), Aa Gym, Andri Wongso, dll
contoh luar : Bill gates, Michael dell, Kolonel sanders, soijiro honda dll.
satu pertanyaan kenapa mereka semua sukses?
jawabannya simple karena kepepet. he .. hee just kidding tapi 40% ada yang bener.
karena satu yang mereka yakini mereka punya impian. dan mereka tahu dengan impian dan keyakinan yang mereka miliki pasti suatu saat akan terwujud.
gak ada di dunia ini yang menyatakan orang terkaya di dunia adalah menjadi karyawan. itu adalah bullshit alias omong kosong eh ada kalo karyawannya korupsi semua he.. hee..
pernahkah kita berpikir mengapa para pejabat2 pemerintah banyak yang melakukan korupsi:
padahal kalo kita lihat gaji mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan lainnya. satu jawaban yang pasti karena mereka butuh uang lebih. karena jika melihat jaman sekarang gaya hidup yang semakin glamor, mengharuskan mereka mengikuti perubahan jaman yang makin hari kian menggila. mereka tidak lebih seorang karyawan yang hanya mendapat kesempatan menikmati jabatan yang lebih baik dan enak.
padahal secara prinsip jika kita menjadi karyawan ya intinya harus nerima (nerimo jare wong jowo). gak usah neko2 memang itulah kodrat jadi karyawan. betapapun tingginya gaji karyawan mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan gaji tersebut, selalu saja menginginkan lebih. padahal kebutuhan hidup kian meningkat dan gaji mereka tetap.
alasan lain mengapa entrepreneur lebih sukses, karena mereka lebih jeli dalam melihat peluang dan kesempatan. disamping itu banyak orang yang berebut menjadi karyawan daripada menjadi entrepreneur. lahan kerjaan semakin sedikit yang ngelamar ratusan bahkan ribuan. karena itulah mengapa banyak pengangguran di negeri ini. yah maklum itulah mental2 pecundang sejati (kaya lagunya dygta). yang selalu merasa takut akan kehilangan segalanya, gak punya uang dan lain sebagainya. akhir2nya jalan sesat dan hitam yang mereka tempuh karena jalan yang halal sudah kehabisan.
padahal kalo kita lihat, junjungan kita Nabi Muhammad SAW, merupakan seorang entrepreneur juga. mengapa beliau memilih menjadi seorang entrepreneur daripada karyawan. karena dengan menjadi entrepreneur ada suatu sifat2 yang tidak akan dapat dilihat dan dirasakan oleh orang2 yang berkeinginan menjadi karyawan. diantaranya :
1.Membantu orang dan banyak amal : dengan menjadi karyawan dia akan memikirkan dirinya sendiri, lain halnya jika menjadi entrepreneur dia akan dapat membantu orang lain disekitarnya dengan memberinya pekerjaan.
2.Menjalin habblumminannas : menjaga hubungan dengan sesama manusia. dan menjalin tali silaturahmi. hadist meriwayatkan apabila kita menjalin tali silaturahmi maka akan dipanjangkan umurnya dan dilancarkan rejekinya.
sebuah riwayat menyebutkan 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari perniagaan atau perdagangan. itulah mengapa para entrepreneur atau pengusaha lebih sukses dibandingkan dengan karyawan karena 1 pintu rejeki yang selama ini diperebutkan oleh orang2 seperti karyawan, PNS,dan lain sebagainya. sehingga banyak orang yang tidak melihat dari peluang yang berada pada 9 pintu rejeki yang lain. karena apa? mereka takut untuk mencoba dengan berbagai alasan gak punya modal-lah, takut bangkrut-lah, nanti gak untung-lah dan berbagai alasan lainnya yang menyebabkan dia tidak berani untuk mencoba. padahal modal utama untuk menjadi seorang entrepreneur adalah keberanian.
memang pada awalnya akan terasa berat tapi lama kelamaan akan terbiasa dan menjadikan mental kita menjadi lebih kuat.
pernahkah kita pernah memikirkan pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina” sebenarnya yang kita cari bukan ke negeri cinanya tapi cara berpikir orang cina tentang cara mereka berdagang. kita lihat saja adakah orang cina yang menjadi karyawan? gak ada (kecuali beberapa orang yang bekerja di negerinya sendiri). padahal kalo kita jalan2 ke pertokoan mataram (semarang) semua pemilik tokonya berasal dari keturunan tionghua (cina) dan yang menjadi karyawannya adalah orang jawa:) .
Entrepreneur VS Karyawan
"Entrepreneur VS Karyawan"Dilihat dari judulnya mungkin terlihat agak aneh, tapi inilah sebenarnya realita yang harus diterima. Pernahkah kita berpikir mengapa para entrepreneur lebih sukses daripada karyawan. padahal dilihat dari skill, mereka kalah dibandingkan dengan karyawan yang lulusan sarjana, doktor, bahkan sampai profesor. mungkin kita mengira bahwa mereka banyak uanglah, dapat warisanlah, atau ketiban rejekilah dan berbagai macam alasan lainnya. padahal kalau kita tilik ke belakang banyak para entrepreneur yang sukses berawal dari nol alias gak punya apa2.
contoh : om bob sadino, purdie E Candra (suhu saya), Aa Gym, Andri Wongso, dll
contoh luar : Bill gates, Michael dell, Kolonel sanders, soijiro honda dll.
satu pertanyaan kenapa mereka semua sukses?
jawabannya simple karena kepepet. he .. hee just kidding tapi 40% ada yang bener.
karena satu yang mereka yakini mereka punya impian. dan mereka tahu dengan impian dan keyakinan yang mereka miliki pasti suatu saat akan terwujud.
gak ada di dunia ini yang menyatakan orang terkaya di dunia adalah menjadi karyawan. itu adalah bullshit alias omong kosong eh ada kalo karyawannya korupsi semua he.. hee..
pernahkah kita berpikir mengapa para pejabat2 pemerintah banyak yang melakukan korupsi:
padahal kalo kita lihat gaji mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan lainnya. satu jawaban yang pasti karena mereka butuh uang lebih. karena jika melihat jaman sekarang gaya hidup yang semakin glamor, mengharuskan mereka mengikuti perubahan jaman yang makin hari kian menggila. mereka tidak lebih seorang karyawan yang hanya mendapat kesempatan menikmati jabatan yang lebih baik dan enak.
padahal secara prinsip jika kita menjadi karyawan ya intinya harus nerima (nerimo jare wong jowo). gak usah neko2 memang itulah kodrat jadi karyawan. betapapun tingginya gaji karyawan mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan gaji tersebut, selalu saja menginginkan lebih. padahal kebutuhan hidup kian meningkat dan gaji mereka tetap.
alasan lain mengapa entrepreneur lebih sukses, karena mereka lebih jeli dalam melihat peluang dan kesempatan. disamping itu banyak orang yang berebut menjadi karyawan daripada menjadi entrepreneur. lahan kerjaan semakin sedikit yang ngelamar ratusan bahkan ribuan. karena itulah mengapa banyak pengangguran di negeri ini. yah maklum itulah mental2 pecundang sejati (kaya lagunya dygta). yang selalu merasa takut akan kehilangan segalanya, gak punya uang dan lain sebagainya. akhir2nya jalan sesat dan hitam yang mereka tempuh karena jalan yang halal sudah kehabisan.
padahal kalo kita lihat, junjungan kita Nabi Muhammad SAW, merupakan seorang entrepreneur juga. mengapa beliau memilih menjadi seorang entrepreneur daripada karyawan. karena dengan menjadi entrepreneur ada suatu sifat2 yang tidak akan dapat dilihat dan dirasakan oleh orang2 yang berkeinginan menjadi karyawan. diantaranya :
1.Membantu orang dan banyak amal : dengan menjadi karyawan dia akan memikirkan dirinya sendiri, lain halnya jika menjadi entrepreneur dia akan dapat membantu orang lain disekitarnya dengan memberinya pekerjaan.
2.Menjalin habblumminannas : menjaga hubungan dengan sesama manusia. dan menjalin tali silaturahmi. hadist meriwayatkan apabila kita menjalin tali silaturahmi maka akan dipanjangkan umurnya dan dilancarkan rejekinya.
sebuah riwayat menyebutkan 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari perniagaan atau perdagangan. itulah mengapa para entrepreneur atau pengusaha lebih sukses dibandingkan dengan karyawan karena 1 pintu rejeki yang selama ini diperebutkan oleh orang2 seperti karyawan, PNS,dan lain sebagainya. sehingga banyak orang yang tidak melihat dari peluang yang berada pada 9 pintu rejeki yang lain. karena apa? mereka takut untuk mencoba dengan berbagai alasan gak punya modal-lah, takut bangkrut-lah, nanti gak untung-lah dan berbagai alasan lainnya yang menyebabkan dia tidak berani untuk mencoba. padahal modal utama untuk menjadi seorang entrepreneur adalah keberanian.
memang pada awalnya akan terasa berat tapi lama kelamaan akan terbiasa dan menjadikan mental kita menjadi lebih kuat.
pernahkah kita pernah memikirkan pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina” sebenarnya yang kita cari bukan ke negeri cinanya tapi cara berpikir orang cina tentang cara mereka berdagang. kita lihat saja adakah orang cina yang menjadi karyawan? gak ada (kecuali beberapa orang yang bekerja di negerinya sendiri). padahal kalo kita jalan2 ke pertokoan mataram (semarang) semua pemilik tokonya berasal dari keturunan tionghua (cina) dan yang menjadi karyawannya adalah orang jawa:) .