Realtime Live Streaming

Smart Programs

Managerial Couching IV

Karyawan dan manajer adalah satu kesatuan. Dimana kinerja manajer juga akan terbantu oleh kinerja karyawannya. Karena itu manajer harus memberikan bimbingan kepada karyawannya. Berikut adalah langkah – langkah bimbingan yang bisa dilakukan oleh manajer:

Bangun saling percaya dan keterbukaan : bimbingan yang tidak bertepuk sebelah tangan pastinya akan membawa keberhasilan pada proses bimbingan. Keberhasilan ini bisa dimulai dengan ketulusan manajer ketika memberikan bimbingan. Untuk memulai ketulusan maka manajer harus menanamkan rasa percaya, respek dan terbuka akan segala hal.

Tentukan apa dan bagaimana secara bersama : setiap karyawan mempunyai sifat yang berbeda – beda. Karena itu bimbingan yang harus diberikan lebih secara individual, namun sebelum masuk kearah itu ada baiknya manajer memberikan bimbingan umum pada seluruh tim.

Dapatkan komitmen dari klien Anda : manajer sebaiknya membimbing karyawan yang lemah terlebh dulu. Baik lemah dalam performa maupun peoduct knowledge. Mintalah dengan baik – baik pada karyawan untuk berubah. Jika masih sulit melakukan perubahan maka lakukan counseling. Cari dan komunikasikan masukan balik : manajer yang telah memberikan bimbingan harus memberikan pengawasan kepada karyawannya untuk hasil yang maksimal, seperti untuk mengetahui sejauh mana perkembangan karyawan itu, atau bisa juga mengikuti karyawan itu  ke lapangan dan melihat bagaimana materi yang dipelajarinya saat bimbingan dapat bekerja dengan baik. Nah pada saat periodik meeting maka sampaikanlah hasil kinerja dan bimbingan yang baik atau buruk.

Terjemahkan kata – kata menjadi pelaksanaan : ajak karyawan untuk to talk the walk and to walk the talk dengan memberikan teladan. Artinya manajer harus memberikan contoh dulu.

Dukunglah untuk langkah – langkah yang penting : waktu manajer untuk memberikan bimbingan sangatlah terbatas dikarenakan kesibukannya. Jadi proritaskan materi coaching yang paling penting misalnya 20 persen kegiatan yang paling penting dan dapat menghasilkan 80 persen bagi perusahaan. Ini bisa dilakukan dengan cara turun ke lapangan dan memberikan contoh.

Berikan refleksi tentang tindakan : selalu berikan contoh kepada karyawan tentang apa yang sudah kita berikan kepada karyawan. Misalnya ketika manajer meminta karyawan untuk membaca sebuah buku setiap hari 10 lembar, maka manajer juga harus melakukannya dan keesokan harinya bisa didiskusikan bersama mengenai apa yang telah sama – sama di baca. Evaluasi kemajuan klien : mengevaluasi apa yang telah dicapai oleh karyawan itu penting. Karena itu agar mudah mengevaluasi maka tuangkan bimbingan dengan bentuk kuantitatif. Seperti bagaimana meningkatkan closing atau bagaimana meningkatkan pertemuan dengan prospek menjadi kontrak. Jika itu telah tercapai maka mintalah karyawan untuk meningkatkan target dalam jangka waktu yang disepakati.

Implementasikan reward and penalty system : reward and penalty system harus dilakukan. Karena ini sebenarnya penolong bagi manajer juga untuk menjaga loyalitas mereka dan memacu produktifitas dan kinerja karyawan.

 

Managerial Couching III

Seperti diketahui bersama trainer terbaik adalah para manager sendiri. Karena dengan melatih karyawan atau melakukan coaching kepada karyawannya, maka tugas manager sebenarnya juga akan dipermudah. Dan manager bisa lebih fokus pada tugas yang lebih strategis dan besar.

Berikut adalah 9 langkah membimbing yang bisa dilakukan manager pada karyawannya.

1. Bangun saling percaya, respek dan keterbukaan.
2. Tentukan apa & bagaimana secara bersama.
3. Dapatkan komitmen dari ”klien”.
4. Cari dan komunikasikan masukan balik.
5. Terjemahkan kata – kata menjadi pelaksanaan.
6. Dukunglah untuk langkah – langkah yang penting.
7. Berikan refleksi tentang tindakan.
8. Evaluasi kemajuan klien.
9. Implementasikan reward and penalty system.

Managerial Couching II

Banyak manager yang tidak tahu untuk menjadi manager yang baik haruslah memberikan bimbingan kepada karyawannya. Karena dengan memberikan bimbingan berarti memberikan karyawan kepintaran, yang nantinya akan berpengaruh pada kinerja manager itu sendiri. Pembimbing terbaik adalah para atasan.

Pelatihan atau training sekilas memang tampak sama, namun sebenarnya berbeda. Training hanya dilakukan sesaat untuk kemudian dilepas. Sedangkan coaching dilakukan hampir setiap saat. Biasanya hubungannya antara pembimbing dan yang dibimbing lebih dekat, karena itu biasanya mereka yang membutuhkan bimbingan selalu didampingi pembimbingnya.

Untuk itu bimbingan dilakukan dengan melibatkan kedua pihak. Bukannya ‘ini yang harus kamu lakukan’ tapi lebih pada duduk bersama dan mendiskusikan apa hal terbaik yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja bersama atau ‘apa yang akan kita lakukan’.

Perusahaan yang kuat adalah perusahaan yang meminta para managernya melakukan coaching kepada anak buahnya. Karena jika manager itu pergi meninggalkan perusahaan regenerasi dan kinerja akan tetap terjaga.

The Power of Preparation III & Managerial Coaching

Banyak sales person gagal melakukan penjualan bukan karena kurang pengetahuan tapi karena kurangnya persiapan sebelum bertemu dengan prospek. Padahal persiapan itu penting sebelum melakukan presentasi untuk kelancaran proses penjualan selanjutnya.

Minggu lalu telah ada beberapa persiapan yang harus dilakukan dan kini lanjutan dari persiapan itu adalah :

Siapkan referensi yang mungkin mereka kenal dan respek. Jika mereka meragukan kita tapi tidak meragukan temannya yang pernah membeli produk dari kita, maka akan dengan mudah mereka percaya pada kita.

Siapkan bila tidak terjadi transaksi. Kita tidak mungkin melakukan penjualan sesuai target dan keinginan kita. Karena itu kita harus mempersiapkan diri dan mental kita untuk menghadapi kegagalan.

Dan keberhasilan dari tim sales person ternyata juga berkaitan erat dengan turun tangannya menejer dalam melakukan bimbingan. Dimana menejer yang memberikan bimbingan dengan baik akan menghasilkan kinerja dan motivasi sales person seperti yang diharapkan. Selain itu tantangan globalisasi dari hari ke hari membutuhkan menejer kelas dunia.

Dengan memberikan bimbingan maka wawasan menejer akan bertambah. Nah jika karyawan mendapat bimbingan yang baik dan mempunyai kinerja yang bagus maka kerja menejer pun akan lebih ringan dan bisa fokus pada hal – hal lain yang lebih penting.

What You Want To Do in 2008 II

Sudah sembilan hari kita memasuki tahun 2008. Tentunya kita juga harus memikirkan rencana – rencana yang harus kita lakukan untuk menjalani tahun ini agar selamat sampai hasil akhir yang ingin kita capai di tahun ini.

Minggu lalu kita telah membahas beberapa hal – hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi tahun ini. Yaitu diantaranya bersikap negatif akan tantangan yang dihadapi tahun ini. Agar kita bisa tetap waspada dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi tahun ini. Ini juga memacu kita untuk tetap kerja keras.

Kemudian adalah memulai dengan berpikir hasil akhir. Pikirkan hasil akhir positif dan negatif untuk memacu kinerja kita.

Lalu kita juga harus melakukan tindakan untuk mencapai hasil akhir dengan merencanakan aktifitas kita sedetail mungkin. Rencana aktifitas ini bisa didapat dengan membuat jadwal kegiatan (kapan, berapa lama, berapa biayanya).

Selanjutnya adalah kita juga harus memikirkan faktor penunjang lain untuk membantu pencapaian akhir. Faktor penunjang itu bisa dengan mengikuti seminar, sekolah malam, bergabung dengan executive club, belajar dari mentor, baca buku berkualitas bahkan browsing internet. Kita juga bisa belajar dari siapa saja dengan mengobrol bersama mereka yang sudah sangat berpengalaman dalam dunianya dan tentunya dengan mereka yang selalu suka aksi daripada hanya berencana. Karena bergaul dengan orang – orang yang positif pasti juga akan menularkan pengalaman yang positif kepada kita.

Yang terakhir tentunya adalah lakukan apa yang sudah kita rencanakan dan menikmati setiap proses yang harus kita jalani. Kemudian setelah semua usaha itu dilakukan maka kita harus tetap mengingat kepada Pemegang Kuasa di atas Segala Kuasa dan menyerahkan semua pada-Nya.

The Power of Change

Saat ini ketidakpastian melanda dunia. Karena itu diperlukan Kebangkitan atau perubahan. Perubahan tidak selalu bisa diterima oleh banyak orang. Namun demikian untuk sesuatu dengan hasil baik maka perubahan perlu dilakukan.

Perubahan di masa yang penuh ketidakpastian ini seharusnya dilakukan dengan aktif, kreatif dan terus menerus. Untuk itu harus juga ditanamkan keyakinan dan kembali lagi perubahan paradigma.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan perubahan adalah riset, survey dan sosialisasi yaitu meyakinkan orang lain bahwa perubahan ini diperuntukkan bagi hal yang lebih baik. Pemaksaan juga diperlukan dalam sebuah perubahan karena pada dasarnya perubahan bukanlah hal yang mudah. Ada baiknya pemimpin juga mempelopori perubahan dengan memberikan contoh. 
Perubahan mungkin tidak harus dilakukan seluruhnya hal ini pun bisa dilakukan secara sedikit demi sedikit.

Namun demikian kita harus memikirkan dampaknya secara jangka panjang, karena disadari atau tidak ini akan berdampak keseluruhan.

Filososi sate untuk sebuah perubahan : Ketika kita tengah membakar sate, daging itu akan mengalami penderitaan berupa pembakaran. Namun ketika sate itu telah matang dibakar, maka rasanya akan jauh lebih enak dibanding ketika sate itu masih berupa daging mentah.
 
Pembicara tamu : AGUNG ADI PRASETYO – CEO KOMPAS GRAMEDIA

The Power of Preparation in Selling

Topik ini diangkat mengingat seringnya salespeople melakukan persiapan. Kebanyakan dari mereka selalu nekad menyerang. Padahal jika persiapan dilakukan dengan baik maka produk yang terjual pun bisa mencapai target.

Hal pertama yang perlu dilakukan sebagai persiapan adalah diri sendiri. Selain mempersiapkan product knowledge, kita juga harus mempersiapkan diri. Contohnya seperti memberikan perhatian pada penampilan. Berikan kesan positif kepada calon prospek saat kita akan menemuinya. Namun demikian walau kita sudah mempersiapkan product knowledge dengan baik sering kali kita kecolongan dengan pertanyaan yang tidak terduga. Untuk itu kita harus rehat sejenak katakana pada calon prospek kita untuk minta waktu menjawab pertanyaan itu. Jika perlu minta untuk bertemu lagi di lain hari untuk memberikan menerangkan pertanyaan calon prospek yang tertunda.

Kemudian adalah mengenali prospek kita. Cara untuk mengenali prospek kita bisa melalui brosur, bulletin, buka situs perusahaannya atau pura – pura telpon dan mau beli produknya. Ini untuk memberikan informasi kepada kita tentang seperti apakah perusahaan calon prospek kita itu. Kalau perlu kita juga harus tahu lokasi perusahaannya dimana dan kondisinya seperti apa.

Persiapan berikutnya adalah menyiapkan pertanyaan dan bukan presentasi kita. Konsentrasilah pada nilai dan bukannya harga. Cobalah menggali mengenai prospek kita apa yang menjadi kebutuhannya, keinginannya agar jualan tepat sasaran. Lalu siapkan pertanyan seperti apa yang cocok untuk prospek. Setelah pertanyaan terjawab maka lakukanlah presentasi.

Tahap terakhir adalah menyiapkan pembicaraan yang membuat prospek senang dan percaya. Ngobrolah dengan topic yang disukainya seperti hobinya, keluarganya atau pekerjaannya.

Do Customer Buy Because of Price Only ? II

Anggapan bahwa pelanggan hanya membeli karena faktor harga harus segera dienyahkan. Walau anggapan itu tidak sepenuhnya salah, namun jika terus berpatok pada hal itu maka usaha kita tidak akan maju.

Banyak hal yang membuat pelanggan membeli produk dari kita. Hal yang harus diingat adalah pembeli akan mengeluarkan uang yang sesuai dengan produk yang dibelinya. Berikut adalah alasan mengapa pelanggan membeli sebuah produk :

Pelanggan akan membeli produk yang dibutuhkannya. Sebagai salesperson kita tidak bisa memaksa mereka untuk membeli barang yang lebih murah karena dalam hal ini pelanggan memang mau dan mampu membeli produk itu. Jadi apapun yang terjadi mereka tetap akan membelinya.
Pelanggan juga akan membeli produk karena nilai dari produk itu. Walau semahal apa, setidak masuk akal apa, pembeli yang memang membeli karena nilai tidak akan memikirkan hal itu. Baginya nilai sangatlah penting.
Pembeli kita sering sekali dengan produk yang bisa di kredit. Padahal jika dipikir membeli dengan cara mencicil jatuhnya lebih mahal. Namun hal ini akan jatuh lebih murah dibanding jika harus langsung sekaligus membeli.
Sering sekali ketika kita belanja produk sabun, mie instant atau susu diturutsertakan gelas, mangkok atau piring. Nah, terkadang pelanggan membeli suatu produk karena adanya daya tarik seperti ini. Ini berfungsi sebagai tester untuk cross selling.
Pelanggan pasti akan senang sekali jika membeli produk maka produknya dapat juga diantarkan ke alamat Ini akan memudahkan pelanggan untuk tidak keluar kantor.
Pelayanan itu penting. Banyak pelanggan yang membeli produk karena terkesan dengan pelayanannya.
Banyak juga yang membeli produk karena adanya ikatan pertemanan.
Bagi pelanggan yang brand-minded, merek menjadi hal penting bagi mereka. Kalau sudah begini tak peduli berapa harganya ‘aku akan beli’.
Nah hal – hal diatas membuktikan bahwa harga memang bukan hal utama bagi pelanggan untuk membeli suatu produk.

Lalu apa alasan Anda membeli suatu produk ?


8 Cara Menjual Pada Prospek II

Keinginan perusahaan pastilah cepat bekembang dan berhasil. Salah satu caranya adalah dengan mendapatkan pelanggan baru secepat dan sebanyak mungkin.

Karena itu terkadang para sales person dari perusahaan tersebut selalu berpikir bagaimana caranya agar dapat menjual dengan cepat. Berikut ini adalah lanjutan ragam cara menjual para sales person kepada prospeknya.

Agak bagus ? ketika sales person bertemu dengan calon prospek yang hanya bertanya – tanya saja tanpa membeli pada saat itu juga maka tetaplah berikan kesan positif. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bukan ? Kesan positif dapat kita berikan dengan tetap memberikan informasi yang ditanyakan oleh prospek. Jika kita telah memberikan kesan positif siapa tahu setelah pulang ke rumah dan ingat dengan pelayanan kita yang positif maka prospek itu akan kembali untuk membeli. Jangan terlalu berharap bahwa dalam setiap pertemuan maka akan terjadi closing. Ingat selalu bahwa menjual adalah proses. Selain itu kita juga harus ingat mengenai produk yang kita jual. Lebih baik berikan saja informasi yang membuat prospek terus memikirkan produk kita.

Bagus ? melibatkan pelanggan lama saat kita akan menjual produk baru sesopan mungkin. Mintalah referensi dari pelanggan lama yang pernah membeli produk kita dan merasa puas dengan produk kita. Jika kita sudah mendapatkannya mintalah tolong diketemukan oleh pelanggan lama yang memberikan referensi itu.

Hebat ? prospek datang sendiri untuk membeli produk kita atas inisiatif sendiri. Kesempatan yang bagus ini janganlah disia – siakan. Berikan pelayanan sebaik dan sesopan mungkin. Alangkah baiknya ketika prospek itu masuk ke tempat kita berikanlah salam kepadanya dan tanyakanlah apa yang dicarinya. Dengan begitu mereka akan senang karena merasa diperhatikan dan dibantu. Bisa dipastikan mereka akan kembali lagi. Terbaik ? ketika pelanggan lama ingin melakukan pembelian kembali. Pembeliannya kembali ini bisa diartikan bahwa dia puas dengan produk dan pelayanan kita. Karena itu ketika menjual, menjuallah dari hati. Jika kita bisa menyentuh hatinya maka kita telah berhasil menjual karena kita tidak hanya menjual produk tapi kita juga memenangkan hatinya.

Lalu seperti apakah cara menjual kita kepada prospek ?

8 Cara Menjual Pada Prospek

Sales person mencari pelanggan itu biasa. Untuk mendapatkan pelanggan mereka bisa melakukan dengan berbagai macam cara. Ada cara yang baik dan ada yang buruk.

Sebelum mencari pelanggan kita terlebih dahulu mencari prospek. Prospek ini adalah kandidat pelanggan yang sudah kita amati agar nantinya dia bisa menjadi pelanggan kita. Ada 8 cara yang biasa dilakukan sales person untuk mengubah prospek menjadi pelanggan.

Cara menjual pertama yang biasa dilakukan oleh sales person adalah Cold Call. Cold Call ini adalah suatu kunjungan yang dilakukan sales person secara biasa – biasa saja tanpa adanya suatu keuntungan yang ditawarkan pada prospek. Sales person ini akan bersikeras untuk meyakinkan prospek membeli produk kita tanpa menanyakan apakah kita membutuhkan produk itu atau tidak. Cold Call ini biasanya sering kita temui di sales door to door, atau sales yang menawarkan produk melalui telepon. Cara menjual seperti ini sangat tidak dianjurkan. Karena tidak akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Setelah melakukan Cold Call, cara lainnya yang sering dilakukan adalah mendesak mengadakan perjanjian untuk pertemuan berikutnya. Karena perjanjian pertemuan ini sifatnya mendesak maka akan terasa tidak tulus. Dikhawatirkan jika sesuatu dimulai dengan ketidaktulusan maka efek sampingnya akan negatif. Produk mungkin terjual, target mungkin tercapai, namun bagaimana dengan after sales dan referral ?

Jika kita ingin bertemu dengan prospek maka berikanlah solusi dan nilai tambah akan suatu produk. Dengan ini maka prospek akan mempertimbangkan untuk melangkah menjadi pelanggan. Selain itu cobalah untuk memakai sepatu pelanggan untuk mengetahui kebutuhan prospek kita.

Most Marketer Will Think Of II

Banyak keluhan yang disampaikan oleh para sales person mengenai sulitnya menjual produk mereka. Ini biasanya terjadi karena para sales person ini masih berpikir seperti puluhan tahun lalu. Padahal dunia berubah. Otomatis pasar pun ikut berubah. Dan kita pun harus berubah.

Faktor pengganjal yang sering dilakukan oleh para sales person sehingga sulit menjual adalah melakukan pendekatan yang sama seperti para leluhurnya dan terlalu menganggap ringan strategi baru dari pesaing.

Selain itu para sales person juga selalu ingin mendapatkan sesuatu secara cepat dan instant. Padahal hidup ini kan proses. Berada dalam dunia pemasaran berarti berada dalam dunia yang tidak pasti. Dimana kita harus mengikuti arus jaman. Karena itu diperlukan proses. Dan semua yang cepat dan instant maka akan berakhir cepat dan instant juga.

Berikutnya adalah rasa cepat puas. Untuk mendapatkan pelanggan yang serius dan berkualitas maka dibutuhkan ketidakpuasan. Jadi teruslah mencari celah untuk mendapatkan pasar dan mencapai target.

Para Sales Person terkadang lupa dan tidak menganggap bahwa pelanggan juga manusia yang punya emosi dan harga diri.

Gunakanlah empati ketika harus berhubungan dengan mereka dan berpikirlah serta melihat dari sudut pandang pelanggan.

Most Marketer Will Think Of

Terlalu lama berada di suatu tempat akan membuat kita enggan untuk beranjak dari tempat tersebut. Dengan kata lain kita terbiasa berada di comfort zone dan berpikir paradigma lama. Padahal sekarang kita berada di dunia yang jauh berbeda dibanding 5 atau 10 tahun lalu.

Nah bagaimana kita akan berhasil jika pola pikir dan perilaku kita masih sama dan dunia berubah ? Untuk itu kita harus mengubah keadaan. Lima atau sepuluh tahun lalu suatu cara mungkin saja untuk diterapkan tapi tidak sekarang. Semua berubah sekarang. Pelanggan berubah, strategi menjual berubah, kondisi pasar berubah. Karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda agar menghasilkan penjualan yang maksimal.

Hal lain yang sering dipikirkan oleh para sales people adalah terlalu menganggap ringan strategi baru dari competitor. Jika kita terlalu meremehkan strategi baru dari kompetitor maka kita akan tertinggal jauh. Produk kita bisa ketinggalan jaman. Pasar pun bisa saja meninggalkan kita. Pelanggan apalagi. Karena itu seringlah terjun ke pasar untuk mengetahui apa yang diinginkan pasar dan produk yang lebih up to date pun bisa dihasilkan.

Is Hard Work Related to Success II

Banyak pertanyaan muncul mengenai kerja keras. Apakah kerja keras berhubungan dengan kesuksesan ? Tentu saja. Bekerja keras untuk mendapatkan kesuksesan memang sudah seharusnya tapi alangkah baiknya jika semua itu dibarengi dengan kecerdikan dalam bertindak.

Namun ada juga yang bertanya jika kita terus bekerja keras bagaimana kita bisa menikmati hidup ?

Keseimbangan itu sangatlah diperlukan dalam hidup. Perhatikanlah para bos yang selalu pulang telat untuk melakukan pekerjaan mereka dengan maksimal. Kalaupun mereka pulang awal bukan berarti mereka langsung pulang ke rumah tapi mereka memperluas networking.

Perluasan networking yang mereka lakukan juga santai, hanya bermain golf misalnya. Tapi pembicaraan yang dilakukan kala bermain golf tidak jauh dari  bisnis. Nah jadi keseimbangan pun masih bisa dilakukan sambil bekerja keras bukan.

Karena itu tetaplah bekerjalah dengan keras namun cerdik.

9 Keys in Retail Business III

Melayani pelanggan adalah hal yang harus diperhatikan oleh pengusaha retail. Karena pelanggan sebenarnya tidak hanya membeli produk yang kita pajang namun mereka juga mencari kepuasan dan kenyamanan.

Dimana hal tersebut berkaitan erat dengan pelayanan business retail atau yang kita kenal sebagai customer service.  Selain itu costumer service juga merupakan bagian “moment of truth” dari kepercayaan pelanggan dalam bisnis retail.

Kunci selanjutnya dari berbisnis retail adalah sistem yang baik agar kelangsungan bisnis dapat berjalan lancer. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan mulai dari hal terkecil seperti inventory barang, reorder point dan sistem lainnya yang menunjang bisnis dan infrastruktur bisnis retail.

Bagian yang juga tak kalah penting dalam rangka menunjang bisnis retail adalah logistik. Penyedian stock barang ini berkaitan dengan inventory dan juga daya beli masyarakat. Penyedian barang tepat waktu dan ketersedian barang yang memadai akan memudahkan bisnis retail itu sendiri. Dan masih ada keterkaitannya dengan logistik ini adalah supplier. Supplier bagian yang juga menentukan keberadaan barang dalam bisnis retail. Dan terakhir adalah tahapan people sebagai pengelola sekaligus pelaku retail. Dari keseluruhan tahapan dan bagian terpenting dalam bisnis retail, people merupakan ujung tombak terlaksananya sistem dan keberlangsungan bisnis retail.

9 KEYS IN RETAIL BUSINESS II

Retail adalah salah satu tonggak perekonomian di Indonesia. Ketika bicara retail kita juga berarti membicarakan mengenai usaha kecil menengah dimana retail bisnis menyangkut semua aspek termasuk pebisnis asing dan lokal.

Untuk membuat retail hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari lokasi strategis dan merchandising (penempatan produk) yang tepat.

Selanjutnya adalah Value For Money. Ketika kita menjual produk di retail jangan hanya memikirkan keuntungan yang akan didapat, tapi juga perhatikan kualitas produk kita. Nilai bukan melulu masalah mahal harga dan kualitas tapi juga manfaat rasional dan irasional (kenyamanan dan gengsi). Karena pelanggan pastinya ingin mendapatkan barang yang sesuai dengan uang yang dibayarkannya. Namun demikian kita juga harus memperhatikan kenyamanan retail kita agar pengunjung betah berlama – lama ada di retail kita.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Communication Media. Kita membutuhkan sebuah media untuk memasarkan retail kita. Ada banyak pilihan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Bisa menggunakan SPG atau juga media seperti radio. Jika kita sering jalan – jalan ke mall pasti kita sudah tidak asing dengan pemberitaan mengenai program mall melalui radio intern yang dimiliki mall tersebut. Nah cara lain pasti masih banyak lagi. Tinggal bagaimana kita menggali media tersebut agar dapat membantu kita untuk kemajuan bisnis kita.

The Unprepared Sales Call II

Entah mengapa banyak sales yang kurang melakukan persiapan kala melakukan sales call. Padahal sukses tidaknya suatu sales call tergantung dari persiapan yang dilakukan oleh sales force. Semakin siap persiapan dilakukan maka semakin banyak keberhasilan yang didapat. Karena penjualan adalah sebuah proses.

Persiapan lain yang perlu dilakukan adalah dengan selalu menyiapkan benefit dan value dalam presentasi. Siapkan benefit yang berbeda untuk setiap prospek. Karena setiap pelanggan menginginkan benefit yang beda. Dan biasanya apa yang kita berikan, sudah merupakan solusi dan benefit yang pelanggan inginkan. Kita bisa memberikan manfaat baik apa yang dibicarakan dan yang bersifat emosional (brand).

Menyiapkan blanko kontrak kosongan juga perlu dilakukan sebagai antisipasi jika pelanggan ingin melakukann kontrak. Persiapan ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri kita.

Setelah semua usaha  tersebut dilakukan maka serahkanlah semua pada yang Kuasa.

Ora et Labora !

Is Hard Work Related to Success

Apakah bekerja keras itu berarti langkah menuju sukses ? Itu memang benar adanya. Hanya saja kita juga harus membarengi kerja keras tersebut dengan kecerdikan. Mengingat kondisi ekonomi global sedang memburuk, maka dibutuhkan kecerdikan tersendiri untuk menjadi pribadi yang berbeda dari yang lain untuk mensiasati hidup ini untuk mencapai kesuksesan.

Nah untuk bekerja keras tidak perlu menunggu penghargaan dari kantor. Tetaplah berprestasi untuk diri sendiri dan kemajuan diri sendiri. Karena mengharap perusahaan memberikan penghargaan pada kita dalam kondisi seperti ini sangat sulit.

Bekerja keras untuk sukses bisa juga berkumpul dengan orang – orang yang sukses. Karena dengan demikian kita bisa mengontrol diri kita sendiri dan beradaptasi dengan perubahan yang ada. Satu hal yang perlu diingat adalah kita tidak bisa merubah hal di luar kontrol kita, karena itu ubahlah cara berpikir kita untuk kesuksesan dalam hidup.

8 Ways to Maximize the Impact of Training II

Pelatihan yang berkualitas membutuhkan biaya yang cukup mahal. Pelatihan itu juga termasuk investasi bagi perusahaan. Lalu bagaimana perusahaan mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan tersebut ?

Sebelum pelatihan para kandidat tersebut sebaiknya diberitahukan mengenai alasan mengapa dia terpilih. Kemudian delegasikan pekerjaan kandidat tersebut kepada rekan lainnya.

Ini dimaksudkan agar kandidat tersebut fokus ketika mengikuti pelatihan. Sehingga kandidat tersebut bisa mentransfer ilmu yang didapatnya dari pelatihan kepada rekan lainnya.

Nah sekarang kita memasuki tahap ketika pelatihan sedang berlangsung. Bagi kandidat yang dipercaya mengikuti pelatihan ini biasakan  untuk melapor kepada atasan yang mengirimkan kita mengenai perkembangan pelatihan. Ringkasan perkembangan apa yang harus dilaporkan bisa dilakukan melalui SMS, telepon atau email. Jangan sampai selama pelatihan atasan kita kehilangan kontak dengan kita. Ini berkaitan dengan dampak dari pelatihan yang kandidat ikuti ini apakah nantinya berdampak kepada kandidat atau tidak.

Selain itu mintalah atasan untuk membantu dan mengarahkan atas hal – hal yang membingungkan kandidat. Siapa tahu kandidat ini diminta untuk mengikuti pelatihan yang sedikit berbeda dan kebingungan dengan materi pelatihan.

Atasan bisa memberikan petunjuk dan bantuan kepada kandidat tersebut. Sehingga atasan bisa membantu mengarahkan tujuan pelatihan itu. Dengan demikian maka kandidat tidak merasa sendiri dan selalu merasa dibimbing dan diperhatikan. Nantinya kandidat itu akan dengan senang hati berbagi dengan teman lainnya.

8 Ways to Maximize the Impact of Training

Saat ini kita berada dalam kondisi krisis dan global competition maka itu kita harus memanfaatkan dana yang ada dengan sebaik mungkin. Demikian juga dengan pelatihan atau training yang berkualitas. Ini adalah investasi mahal bagi perusahaan, jadi sayang sekali jika tidak efektif.

Karena itu sebelum mengirimkan kandidat untuk mengikuti training, pilihlah kandidat yang bisa memberikan dampak positif baik pada kandidat pribadi dan perusahaan nantinya. Setelah mendapat kandidat yang sesuai dengan apa yang diinginkan, maka jelaskan kepadanya mengapa kandidat tersebut terpilih.

Pemberian training ini bisa dikaitkan dengan insentif bagi kandidat yang berprestasi. Kemudian baru diskusikan dengannya apa kiranya yang akan didapatkan setelah mengikuti training.

Training terkadang diberikan lebih dari sehari, kadang seminggu sampai hitungan bulan dan harus menginap. Lalu bagaimana dengan pekerjaan kantor yang ditinggalkannya ? Atasan yang memberikan tugas training seharusnya sudah memikirkan hal ini. Jangan sampai kandidat tidak konsentrasi mengikuti pelatihan hanya karena memikirkan beban pekerjaan yang harus dihadapinya sekembalinya dari training. Carilah pengganti sementara untuk kandidat yang mengikuti training tersebut.

Sebelum berangkat mengikuti training, kandidat tersebut harus diberitahukan juga mengenai apa yang harus dilakukannya setelah mengikuti pelatihan. Dimana kandidat harus membagikan ilmu yang didapatnya dalam training kepada seluruh rekan kantornya tentang inti pelatihan yang diikutinya.

Balance Your Life and Work

Lihat sekeliling kita atau bahkan diri kita sendiri. Kita terlalu sibuk dengan pekerjaan kita hingga melupakan waktu bersama dengan keluarga. Seringnya bahkan kita takut untuk bersantai karena dikejar pekerjaan.

Kalau sudah begitu kita juga bisa lupa dengan kesehatan kita. Hidup ini harus seimbang antara keuangan, kesehatan dan kesenangan. Untuk itu kita harus dapat mengatur pekerjaan kita agar aspek lain dalam kehidupan kita bisa kita jalani dengan seimbang.

Karena ini berdampak pada performa kerja sehingga bisa menjadi lebih baik. Di lain kesempatan jika performa kita baik maka nilai kehidupan kita juga menjadi lebih baik. Dengan bisa mengatur keseimbangan kehidupan kita tidak akan kelelahan walaupun bekerja keras.

Artinya kita punya better energy tanpa fatigue (kelelahan). Yang akhirnya kita selalu mempunyai motivasi yang berkualitas  untuk menghasilkan kehidupan yang jauh lebih baik.

Cobalah untuk implementasikan system Paretto. Dimana 20 persen pekerjaan kita mewakili 80 persen kinerja kita. Dan kita harus menyadari ini. Karena itu wakilkan pekerjaan yang bisa kita wakilkan pada mereka yang bisa mengerjakannya.

Kemudian agar hidup kita lebih menyenangkan dengan keseimbangan ini, pilihlah apapun yang kita inginkan dengan sadar. Karena hidup kita adalah tanggungjawab kita.

Sales Cycle II

Memiliki kemampuan menjual (selling skill) adalah sesuatu yang memang harus dimiliki sales person. Namun terkadang mereka lupa beberapa tahapan yang harus dilewati agar dapat menjual dengan efektif dan mencapai target seperti yang diinginkan.

Diantara beberapa tahapan itu adalah mencari informasi, membina hubungan personal, membangun nilai tambah, menggali masalah atas kebutuhan prospek dan melakukan presentasi.

Selama ini para sales person kurang menyadari bahwa tahapan-tahapan tersebut diatas begitu penting. Satu hal yang juga harus disadari sejak awal bagi sales person adalah bahwa pada dasarnya mereka bukanlah menjual produk tapi menjual “diri mereka sendiri” dengan kemampuan dan kejelian melihat peluang.

Selling skill tidak hanya diperlukan saat presentasi saja, namun ini juga harus dilakukan ketika akan menjual, memenuhi janji kepada pelanggan, membina hubungan berkelanjutan dengan pelanggan, serta mencoba untuk melakukan penjualan yang lebih besar dari sisi produk dan target.

Pada intinya sales bukan hanya sekedar menjual, tapi lebih daripada itu, kekuatan sales adalah membangun kepercayaan, nilai dan hubungan yang berkepanjangan untuk target berikutnya. Membangun reputasi juga adalah bagian dari kekuatan bagi penjualan dan sales person itu sendiri.

Sales Cycle

Melakukan penjualan atau sales tidak bisa langsung menjual. Karena jika ini dilakukan maka hampir bisa dipastikan pelanggan membeli produk dari kita karena alasan terpaksa.

Namun jika kita menjual dengan melalui beberapa tahapan berikut ini, maka produk yang ditawarkan pun  akan terjual dengan mulus. Untuk itulah ada istilah yang dinamakan Sales cycle (sales process) yang berarti selling skill.

Lead : sebelum menjual produk kita hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi mengenai calon prospek kita. Calon prospek bisa kita temui dimana saja, karena itu selalu bawa kartu nama. Jika kita ingin meningkatkan calon prospek maka kita bisa bergabung dalam sebuah komunitas dan melakukan networking. 
Membina hubungan secara pribadi : kenali prospek kita terlebih dulu. Karena setelah prospek kita itu merasa respek, suka dan percaya kepada kita, kemungkinan dia akan membeli produk yang kita tawarkan. Untuk membuat mereka respek dan percaya pada kita, berikanlah kesan positif terlebih dulu dan cobalah fokus pada kehidupan prospek. Nah sangat dianjurkan sekali untuk membina hubungan dengan pelanggan lama, karena pelanggan lama ini besar kemungkinan dapat mendatangkan pelanggan baru bagi kita. 
Membangun nilai : produk utama yang ditawarkan oleh kita adalah diri kita sendiri. Jika kita mampu membungkus diri kita sebaik mungkin maka pelanggan akan suka dan terbentuklah nilai positif. Dengan terbentuknya nilai positif maka produk kita pun akan dinilainya positif pula.

9 Masalah Utama Mengapa Sales Manager Gagal

Kegagalan akan selalu manusia hadapi di sepanjang perjalanan hidupnya. Namun demikian kegagalan bukanlah akhir dunia, melainkan sebuah proses baru menuju kehidupan yang lebih baik.

Di dunia Sales, kegagalan di dominasi oleh kesalahan yang dialami oleh individu itu sendiri yang berakibat pada kinerja tim. Berikut adalah masalah - masalah yang sering dialami oleh para Sales Manager dalam organisasinya.

Kurang Perhatian Pada Perekrutan Calon Sales Person
Kebanyakan Sales Manager banyak yang tidak mau terlibat dalam perekrutan calon sales person. Mereka biasanya mempercayakan perekrutan ini pada pihak HRD. Padahal untuk mendapatkan hasil terbaik di divisi sales dibutuhkan orang – orang yang punya kriteria khusus. Dan yang seharusnya mengetahui bakat – bakat khusus calon sales person ini adalah Sales Manager. Untuk itu sebenarnya dibutuhkan keterlibatan Sales Manager dalam perekrutan.
Kurang Perhatian Pada Sistem dan Proses Penjualan
Banyak Sales Manager yang hanya fokus pada hasil, pendapatan dan target. Tapi apakah mereka pernah mengajarkan pada sales personnya bagaimana cara untuk mendapatkan itu semua ? Inilah juga yang menjadi masalah mereka. Seharusnya saat menurunkan sales person ke pasar, para Sales Manager telah membekali mereka dengan jurus – jurus bagaimana cara mengenalkan diri, memberikan kesan positif dan cara membeli ( saya kenal, saya percaya, saya respek).
Kurang Pengetahuan Mengenai Membimbing dan Memonitor Sales Person Untuk Implementasi Proses & Sistem
Masalah Sales Manager tidak berhenti hanya pada tidak perhatian pada sistem dan proses penjualan tapi juga mereka tidak tahu bagaimana harus membimbing dan memonitor anak buah mereka mengenai implementasi proses dan sistem dalam dunia sales. Padahal membimbing dan memonitor adalah hal yang mutlak dilakukan oleh seorang Sales Manager agar menghasilkan anak buah yang cemerlang. Karena jika anak buah cemerlang maka managernya pun bisa dipastikan jauh lebih cemerlang. Dan ini pun akan berdampak pada kerja tim yang sukses dan pencapaian target yang sesuai seperti yang diharapkan.
Kurangnya Ketrampilan Untuk Menghadapi Segmentasi Pelanggan 
Orang – orang yang terlibat dalam dunia penjualan adalah mereka yang paling banyak bertemu dengan orang. Karena itu dibutuhkan sebuah ketrampilan berkomunikasi yang baik. Nah karena sales selalu dikaitkan dengan pencapaian target, para Sales Manager ini terkadang lupa bahwa sales people harus mampu melakukan segmentasi ( status sosial, perilaku dan gaya bicara ). Ini ada kaitannya dengan mirroring. Bahwa kita harus dapat menyesuaikan diri kita dengan orang yang tengah kita prospek.
Kurangnya Perhatian Bagaimana Membedakan Suspect dan Prospek
Para Sales Manager seharusnya membekali para sales peoplenya dengan pengetahuan mengenai pembedaan antara Suspect ( pelanggan yang kemungkinan membelinya tinggi ) dan Prospek ( pelanggan yang baru saja ditawari ). Ini selayaknya diberitahukan agar anak buah tidak membuang – buang waktu dengan pelanggan yang tidak ada keinginan untuk membeli.
Masalah – masalah diatas memang sering ditemui. Namun diharapkan dengan menyadari kesalahan tersebut, belum terlambat untuk memperbaikinya menjadi lebih kreatif, peka dan tanggap akan apa yang dibutuhkan pasar dan kemampuan anak buah kita.

Will E-Distribution Be The BEST Distribution in Indonesia

Dari waktu ke waktu teknologi semakin berkembang, tidak hanya dari segi telekomunikasi tapi juga dalam hal pemasaran. Di luar negeri telah berkembang apa yang dikenal sebagai E-Distribution yaitu sebuah proses pemasaran melalui internet.

E-Distribution di Indonesia sendiri perkembangannya belum terlalu pesat. Namun jika kita melihat kondisi di Jakarta yang semakin dipadati masyarakat dan kendaraan, sistem E-Distribution kemungkinan bisa berjalan baik. Karena ini menawarkan kemudahan berbelanja dan memasarkan dalam bisnis apapun. Serta kita tidak harus mengantri dan terjebak dalam kemacetan. Dengan berbelanja melalui media ini maka akan meminimalisir penipuan, tapi jika ini diberlakukan di Indonesia alangkah lebih baik selain memasarkan produk di dunia maya, juga harus dibarengi dengan pembukaan retail.

Selain itu keadaan pasar saat ini semakin tersegmentasi dan harus membuka begitu banyak retail untuk memenuhi segmentasi itu. Dan dengan menerapkan sistem E-Distribution apapun segmentasi produk kita bisa didistribusikan sekaligus disini.

Jika kita ingin memasarkan produk kita di dunia maya seperti ini, maka kita harus memperhatikan apa produk kita, siapakah kita (apakah masyarakat sudah mengenal kita atau belum ?), dimana kita dan apa industri kita. Hal yang selalu harus diingat adalah pelanggan akan membeli produk dari pihak yang telah dipercaya. Dan jika kita mampu menggabungkan pemasaran di dunia nyata dan maya maka akan terjadi sebuah sinergi yang hebat dalam pemasaran.

How Should I Learn To Become an Expert in Selling

Kebanyakan orang masih berpikir bahwa seorang sales yang sukses adalah dia yang mampu mencapai target. Sebenarnya jika ingin menjadi salesperson yang sukses, target bukanlah ukuran. Yang harus diperhatikan adalah membina hubungan dengan pelanggan seolah teman mereka. Karena dengan berperan sebagai teman, maka pelanggan akan mudah percaya dan penjualan pun akan lebih mudah untuk dilakukan.

Kemudian adalah belajar dari kesalahan dan keberhasilan orang sukses. Dan untuk mempelajari itu, tidak perlu ketemu orangnya langsung. Cukup dengan membaca buku, mendengarkan radio atau menjadi anggota sebuah forum dimana berkumpul orang – orang yang sukses.

Pasar dan pelanggan juga bisa dijadikan media untuk belajar. Dengan dekat dengan pelanggan (yang merupakan pembuat keputusan untuk membeli produk kita atau tidak), mengetahui apa yang diinginkan dan tidak diinginkannya, maka kita bisa membuat produk yang menjadi bakal ‘market development’.

Jika kita menemui kegagalan atau kesalahan, janganlah lupa untuk selalu bangkit dan bangkit lagi. Karena kita bisa belajar dari kesalahan dan kegagalan yang kita lakukan, dengan menganalisa kesalahan untuk perbaikan di masa datang. Hampir semua orang sukses mengalami kegagalan pada awalnya. Sebut saja Thomas Alva Edison, Wolfgang Amadeus Mozart dan banyak nama lainnya.

Kita pasti banyak belajar untuk meningkatkan kemampuan kita menjual. Tapi jangan hanya berhenti pada belajar saja. Cobalah implementasikan apa yang telah kita pelajari dan jangan lupa untuk berbagi. Karena dengan berbagi maka apa yang kita miliki sebenarnya akan bertambah.

Hal terakhir yang penting dilakukan terkait dengan kesuksesan menjadi seorang salesperson adalah berdoa kepada Tuhan. Kita sebagai manusia hanyalah bisa merencanakan dan merencanakan, namun sebenarnya ada kekuatan lain yang lebih berhak dalam menentukan keberhasilan kita.

Ideas For A Sales Leader

Siapapun kita, kelak kita akan menjadi pemimpin, baik di satu institusi, divisi atau memimpin diri kita sendiri dalam lingkup yang lebih kecil. Tak terkecuali juga insan sales, mereka perlu tahu cara memimpin. Lantas apa saja yang perlu diketahui dalam memimpin bagi para sales leader ?

Hal utama yang perlu dimiliki oleh para calon pemimpin adalah “ Leadership “. Tidak mungkin seorang sales atau marketing manager bisa sukses dan menjadi pemimpin, kalau yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan leadership. Karena itu seorang Sales Manager yang mempunyai tim harus menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan bekerja. Dimana di luar seorang Manager bisa saja bergaul dengan bebasnya dengan anak buahnya yang mungkin adalah teman mainnya, atau keluarganya. Namun ketika sudah berurusan dengan dunia kerja, maka Manager ini harus mampu menempatkan dirinya sebagai atasan. Dan lebih jauh lagi Manager ini harus mampu bersikap tegas kala dibutuhkan.

Kemudian para pemimpin ini juga harus mengetahui apa bedanya MANAGING dan LEADING. Karena walaupun sama – sama berada di atas, tapi tanggungjawab keduanya berbeda. Menjadi Manager diharuskan menguasai bidang industri dan tahu persis apa yang dikerjakan oleh anak buahnya. Dan dalam hal tertentu harus mau menjadi mentor untuk mengajar anak buahnya. Sementara Leader adalah orang yang mampu mempimpin orang tanpa harus mengajarinya. Dan lagi seorang pemimpin itu tidak harus pandai dalam bidang yang dipimpinnya.

Untuk menjadi pemimpin harus mau melakukan apa yang benar dan bukan yang menyenangkan. Lebih baik lagi jika kedua hal ini dilakukan secara seimbang.

Banyak pemimpin yang tidak mempercayai anak buahnya untuk mengerjakan hal – hal yang sebenarnya bisa didelegasikan. Hal ini membuat pemimpin itu menjadi kelelahan karena mengurusi ‘HAL KECIL’. Karena itu dibutuhkan konsistensi untuk mendelegasikan pekerjaan rutin kepada anak buah. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu dan mau memberikan kesenangannya dalam melakukan pekerjaan mudah kepada anak buahnya. Sehingga pemimpin ini bisa melakukan pekerjaan lain yang jauh lebih penting dan dapat memikirkan hal lain yang sifatnya lebih strategis.

Selanjutnya apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, sering sekali dibahas yaitu LEAD  by EXAMPLES. Menjadi pemimpin itu tidak harus mengatur ini dan itu. Anak buah akan jauh lebih menghormati pemimpinnya jika mereka mau mengerti anak buahnya dan sedikit bicara banyak memberi contoh. Dengan pemberian contoh maka anak buah akan merasa sungkan dan akhirnya akan melakukan apa yang diminta tanpa paksaan.

Ketika menjadi pemimpin kita harus bisa mempengaruhi anak buah untuk diikuti dan dipatuhi. Proses pembelajaran tetap diperlukan, bahkan ketika ia sudah menjadi pemimpin. Dan untuk belajar bisa dari siapa saja, termasuk belajar dari bawahan . Hanya saja kita harus belajar dalam konteks elegan dan terhormat.

Tips For Achieving The Best Compensation

Pada episode terdahulu telah diberikan lima poin bagaimana caranya untuk mendapatkan tips yang terbaik, dimana yang terakhir adalah bekerja bukanlah melulu untuk mendapatkan kompensasi tapi lebih pada kepuasan dan aktualisasi diri untuk melangkah lebih jauh lagi.

Kemudian berikutnya adalah Never Feel Complacent – Ambitious. Kegagalan bisa terjadi karena seseorang merasa sudah ok dalam pekerjaannya hingga tidak mau maju lagi. Atau dengan kata lain seseorang itu akan hebat kalau kepepet. Karena itu janganlah mempunyai rasa puas sesaat. Jadilah orang ambisius yang positif dan berguna bagi orang lain.

Selanjutnya adalah Imagine the Best & the Worst Experiences. Jika ingin keluar energi dari hati dan otak maka harus ada pemicu. Dan pemicu bagi orang sales adalah self talk. Lakukanlah self talk mengenai apa yang kira – kira bisa kita dapat jika kita telah melakukan hal terbaik.

Lalu setelah itu apa yang akan kita berikan bagi orang disekeliling kita. Kita juga bisa melakukan self talk mengenai kerugian yang akan menimpa kita jika kita tidak melakukan hal terbaik. Dengan melakukan kedua jenis self talk ini maka kita akan mempunyai energi yang cukup untuk melangkah jauh lebih maju.

Jangan lupakan beribadah, karena Best Performance is Devotion. Bekerjalah dengan sebaik – baiknya, karena itu adalah bagian dari ibadah. Kalau kita tahu dan yakin apa yang kita lakukan adalah ibadah, maka kita mempunyai energi yang sangat kuat untuk melakukan yang terbaik karena kita juga yakin apa yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain.

Kompensasi akan mendatangi jika kita berambisi positif,bayangkan hal baik dan buruk,dan beribadahlah dgn memberikan hal terbaik utk pekerjaan.

Tips For Achieving The Best Compensation II

Pemberian kompensasi adalah salah satu hal yang idealnya selalu harus diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, sebagai penghargaan atas hasil kerja mereka. Entah itu dalam bentuk finansial ataupun pelatihan.

Namun kita pun harus memberikan bantuan kepada perusahaan agar kita bisa mendapatkan kompensasi terbaik. Selain tips terdahulu yang telah diberikan yaitu You Get What You Give dan Increase Your Value, maka tips lain yang patut dicoba adalah You Are What You Think. Contohnya adalah ketika harus mencapai hasil atau target. Pikirkanlah kemampuan untuk bisa mencapai hasil seperti yang ditargetkan. Karena semua mungkin terjadi di dunia ini (nothing is impossible), apalagi jika kita meyakininya. 

Kemudian adalah Do More Than You’re Paid For. Lakukan lebih dari apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian maka insentif akan mengejar kita dan otomatis kompensasi pun akan membarengi.

Kita tidak memungkiri bahwa ketika bekerja, kita memang ingin mendapatkan penghasilan. Namun hal yang sering terlupa adalah The Best What You Get is Not Compensation Itself, But Pride, Self Satisfaction & Motivation To Go Further. Yah…selain untuk mendapat penghasilan, kerja juga sebenarnya adalah bagian untuk aktualisasi diri, kebanggaan, kepuasan diri dan sebagai pemicu motivasi untuk melancung ke tempat yang lebih tinggi. Karena itu, janganlah terlalu fokus pada kompensasi melulu, tapi pikirkan juga aspek lain yang diperoleh dengan bekerja.

Tips For Achieving The Best Compensation II

Pemberian kompensasi adalah salah satu hal yang idealnya selalu harus diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, sebagai penghargaan atas hasil kerja mereka. Entah itu dalam bentuk finansial ataupun pelatihan.

Namun kita pun harus memberikan bantuan kepada perusahaan agar kita bisa mendapatkan kompensasi terbaik. Selain tips terdahulu yang telah diberikan yaitu You Get What You Give dan Increase Your Value, maka tips lain yang patut dicoba adalah You Are What You Think. Contohnya adalah ketika harus mencapai hasil atau target. Pikirkanlah kemampuan untuk bisa mencapai hasil seperti yang ditargetkan. Karena semua mungkin terjadi di dunia ini (nothing is impossible), apalagi jika kita meyakininya. 

Kemudian adalah Do More Than You’re Paid For. Lakukan lebih dari apa yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian maka insentif akan mengejar kita dan otomatis kompensasi pun akan membarengi.

Kita tidak memungkiri bahwa ketika bekerja, kita memang ingin mendapatkan penghasilan. Namun hal yang sering terlupa adalah The Best What You Get is Not Compensation Itself, But Pride, Self Satisfaction & Motivation To Go Further. Yah…selain untuk mendapat penghasilan, kerja juga sebenarnya adalah bagian untuk aktualisasi diri, kebanggaan, kepuasan diri dan sebagai pemicu motivasi untuk melancung ke tempat yang lebih tinggi. Karena itu, janganlah terlalu fokus pada kompensasi melulu, tapi pikirkan juga aspek lain yang diperoleh dengan bekerja.

Tips For Achieving The Best Compensation I

Akhir – akhir ini banyak karyawan yang berdemo. Salah satu penyulutnya adalah masalah kompensasi. Perusahaan sering dianggap tidak adil dalam menerapkan manajemen kompensasi. Selain itu percepatan besaran kompensasi lebih lambat dibanding percepatan peningkatan biaya hidup

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai karyawan, agar kita bisa mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan kinerja kita ?

Bekerjalah dengan sebaik mungkin, karena You Get What You Give. Apapun yang kita lakukan di kantor, entah itu bekerja lebih keras dan lebih cerdik, dapat mengubah cara kerja kita menjadi lebih efektif dan efisien. Sehingga dapat menghasilkan mutu kerja yang baik. Dengan demikian cepat atau lambat, usaha kita itu akan berimbas pada kompensasi yang diberikan.

Hal yang perlu diingat adalah, bahwa kompensasi tidak melulu diberikan dalam bentuk finansial. Kompensasi bisa juga diberikan dalam bentuk kenaikan jabatan, pelatihan atau mendapatkan tantangan kerja lebih.

Nah untuk mendapatkan kompensasi seperti itu, selain dengan meningkatkan mutu kerja, Increase Your Value Continuosly. Baik saja tidak cukup. Untuk menjadi yang lebih baik, kita HARUS menjadi cerdik. Jadi berambisilah untuk terus maju dengan meningkatkan kualitas diri. Contohnya jika kita ingin menjadi manajer, cobalah untuk mulai belajar mengenai kepimpinan dan bagaimana cara menyelesaikan masalah.

The Market are Down Sales are Down III

Ketika krisis melanda banyak sales people yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kebanyakan dari mereka memilih untuk diam. Padahal dalam keadaan seperti ini, kita harus melakukan sesuatu agar produk kita tidak dilupakan pelanggan.

Krisis bisa jadi tidak hanya melanda kita tapi juga pelanggan kita, karenanya ini adalah saat yang tepat untuk berempati kepada pelanggan. Diharapkan dengan semakin mempererat hubungan dengan pelanggan kunci yang biasanya adalah pelanggan besar, maka sebenarnya kita juga mempertahankan pelanggan kecil yang berada di jaringannya.

Kemudian adalah tetap antusias dan selalu berpikir dan bermental positif. Karena pola pikir dan sikap mental positif akan menular dan memberikan pengaruh yang juga positif di saat kritis. Dalam keadaan seperti ini kita bisa menambah ilmu dan wawasan kita dengan mengikuti pelatihan, membaca buku yang bermanfaat dan berkumpul dengan komunitas dimana orang – orang yang terdapat didalamnya adalah mereka yang berhasil melewati masa krisis. Dengan demikian maka walaupun kita sedang mengalami masa surut tapi kita dapat menemukan ide – ide kreatif yang dapat digunakan untuk memajukan penjualan.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh Sales Manager saat pasaran lesu dan penjualan sulit mencapai target ?

Berikan contoh pada bawahan dengan lebih sering turun ke lapangan dan proaktif pada mereka. Dengan melihat atasannya mau turun ke jalan, maka bawahan pun akan dengan sendirinya mencontoh apa yang dilakukan atasannya. Karena mereka berpikir, atasan saja mau melakukan itu kenapa kita sebagai bawahan tidak ?

Kemudian berinvestasilah pada bawahan kita dengan memberikan mereka buku motivasi misalnya, atau memberikan paket pelatihan pada mereka untuk meningkatkan kualitas mereka.

Jangan lupa juga untuk berinvestasi pada pelanggan yang sudah ada dalam sistem. Dan tingkatkan pelayanan pelanggan dan Customer Relationship Management (CRM).

Sebagai pimpinan kita adalah orang yang bertanggung jawab pada kelangsungan bisnis. Karena itu jangan beri kesempatan orang lain menentukan masa depan kita dan bisnis kita.

The Market are Down, Sales are Down. What Do You Do

Indonesia sudah merdeka selama 62 tahun. Namun selama sepuluh tahun belakangan ini kondisi perekonomian Indonesia menurun. Kondisi ini berakibat pada lesunya pasar. Banyak yang bertanya apa yang harus dilakukan jika pasar sedang lesu dan pencapaian target tidak memuaskan.

Hal yang wajib dilakukan pada saat kondisi pasar tidak menguntungkan adalah tetap beraksi. Do Something ! Karena sesedikit apapun yang kita lakukan pada saat kritis, pasti akan memperoleh sesuatu walaupun bukan keuntungan besar. Tapi ini jauh lebih baik dibanding hanya diam dan mengeluh.

Membantu pelanggan adalah salah satu cara  yang harus dilakukan saat kondisi pasar lemah. Namun dalam keadaan seperti ini lupakan sejenak bantuan yang bersifat bisnis. Kembangkan hubungan pertemanan dengan pelanggan. 
Kita dapat membantu mereka dengan hanya “meminjamkan” telinga.

Mendengarkan kesulitan dan keluhan mereka adalah satu cara tersendiri meringankan beban pelanggan. Pelanggan bisa lega dengan menceritakan masalah mereka, kita juga bisa tahu apa yang menjadi kendala mereka. Dan dengan mendengar cerita mereka kita bisa tahu solusi apa kiranya yang mungkin diberikan pada pelanggan yang tengah bermasalah tersebut. Kita juga bisa belajar dari masalah mereka. Dengan demikian hubungan ini dapat memberikan suatu pengalaman yang positif baik bagi pelanggan maupun bagi kita. Dan dengan melakukan ini diharapkan hubungan bisa bertahan lama kedepannya. Karena mempertahankan pelanggan lama yang prospektif jauh lebih baik daripada mencari pelanggan baru yang kita belum tahu catatan kerjanya. Oleh karena itu bina terus hubungan baik dengan pelanggan lama dengan mengembangkan friendship intimacy.

Dan jangan lupa juga untuk tetap antusias dan selalu berpikir dan bermental positif. Karena pola pikir dan sikap mental positif akan menular dan memberikan pengaruh yang juga positif di saat kritis.

The Market are Down, Sales are Down. What Do You Do?

Seperti halnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang naik turun, kondisi pasar pun demikian. Jika hal ini terjadi, maka target yang dicapai pun kurang memuaskan. Motivasi menjual juga jadi mengkeret.

Padahal pada kenyataannya konsumen masih membeli. Hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah dimana mereka membeli, berapa banyak dan bagaimana mereka membeli ?

Untuk menjawab semua itu kita harus melakukan sesuatu. Bukan hanya mengeluh kesana kemari tanpa aksi, bahkan yang lebih parah berdiam diri menunggu keajaiban jatuh dari langit.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan tetap melakukan kampanye atau beriklan dan mendorong salesman untuk tetap menghasilkan. Cara mendorong mereka untuk tetap berkarya adalah dengan menaikan gaji mereka, naikan juga variable cost, buat program training bagi sales untuk  merangsang kinerja mereka. Walaupun semua itu membutuhkan biaya banyak tapi akan menghasilkan penjualan yang banyak.

Bagi sales people buatlah persiapan matang sebelum bertemu dengan Prospek atau Pelanggan. Cari tahu lebih dulu latar belakang mereka (apalagi jika mereka adalah Prospek atau Pelanggan baru ) seperti dimana mereka biasa membeli sampai penjelasan seperti apa yang mereka sukai ( detil atau sekilas). Jika semua ini sudah di tangan, maka kita sudah mempunyai bekal cukup ketika berpresentasi. Dan ini juga menunjang penampilan kita saat berpresentasi menjadi lebih percaya diri dan karismatik di depan klien.

Kemudian adalah membuat perencanaan kuantitatif (contoh biasanya hanya mengunjungi 10 pelanggan, cobalah setiap hari untuk menambah jumlah pelanggan yang dikunjungi. Jika berhasil terus tingkatkan jumlah kunjungan setiap hari) dalam rencana kerja dan laksanakan.

Lalu saat kondisi pasar lemah, sales person harus mau turun langsung ke pasar dan bicara langsung dengan pelanggan untuk belajar dari mereka. Terus dan terus cari tahu apa yang menjadi kebutuhan pasar dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan itu. Karena dalam kondisi seperti ini sudah bukan waktunya lagi buka buku, tapi langsung AKSI.

Lalu aksi – aksi yang telah kita lakukan itu bisa kita analisa, dan kita bisa belajar dari kesuksesan dan kegagalan aksi yang telah kita lakukan. Sebenarnya alangkah lebih baik jika kita belajar dari kegagalan dan kesuksesan orang lain. Sehingga kita bisa terhindar dari melakukan trial error. 
Selanjutnya adalah melakukan hal yang benar secara Proaktif dan bukan Reaktif menunggu masa krisis selesai. Karena itu selalu ingat jargon DO SOMETHING. Dengan begitu kita akan selalu bersemangat untuk proaktif.

Deliver Your Commitment Soon After You Signed A Contract II

Melupakan kegiatan setelah melakukan penjualan kerap dilakukan oleh para salesman. Hal ini harus mulai dihindari, karena memberikan pelayanan purna jual perlu dilakukan untuk menjaga hubungan dengan pelanggan.
Salesman haruslah memberikan segala informasi mengenai produk yang telah berhasil dijualnya, karena ini terkait dengan kualitas produk dan kelanjutan hubungan pelanggan.

Setelah memberikan informasi mengenai segala sesuatu mengenai produk langkah selanjutnya yang harus dilakukan salesman adalah memonitor pengiriman atau “Delivery Monitoring”. Sebenarnya salesman tidak mutlak harus ikut melakukan pengiriman, tapi paling tidak salesman ini meyakinkan bahwa produk telah sampai di tangan pelanggan dengan baik. Kemudian adalah “Perform as Promised” atau berikan pelayanan produk seperti apa yang dijanjikan. Pelayanan ini dapat dilakukan jika sebelumnya salesman memonitor proses pengiriman produk. Sehingga salesman tahu apa lagi yang menjadi kebutuhan pelanggan terkait dengan produk yang telah dibelinya itu.

Berikutnya adalah “Try to Serve Personally”. Sebagai Sales Manager boleh – boleh saja mendelegasikan tugas pada anak buahnya tapi dengan syarat harus mentraining lebh dahulu anak buahnya itu. Selain itu monitor juga kegiatan anak buah ini dalam melakukan sales, agar dapat “Perform as Promised”.

Biasanya para salesman akan begitu saja meninggalkan pelanggannya setelah berhasil melakukan penjualan. Padahal yang seharusnya dilakukan adalah “Communicate Periodically”. Tetap menjaga hubungan dengan pelanggan, walaupun sekedar menanyakan hal remeh seperti menanyakan kabar, atau memberikan kartu ucapan selamat ulang tahun bahkan Happy Wedding Anniversary. Walaupun remeh, tapi kegiatan ini akan membekas di benak pelanggan dan membuat pelanggan akan kembali pada kita.

“If Possible, Do Something Beyond Their Expectation”. Jangan pernah ragu menanyakan apa yang diharapkan pelanggan terhadap produk yang telah diinginkannya. Dan kalau bisa kita harus memberikan lebih dari yang mereka butuhkan.

Nah jika produk sudah terjual dan pelanggan nampak puas dengan produk dan pelayanan kita, janganlah terburu – buru menanyakan referensi. “Ask Referrals after all Promised Delivered (They Want to Help You Because You Help Them First). Karena mereka dengan sendirinya mereka akan memberikan referensi jika apa yang kita lakukan memuaskan mereka.

Deliver Your Commitment Soon After You Signed A Contract

Melakukan penjualan adalah hal yang mudah Bisa dibilang semua bisa melakukan penjualan. Yang sulit dalam melakukan penjualan adalah ketika salespeople mengeluarkan janji – janji tapi tidak bisa dipenuhi. Ini adalah tanggungjawab yang berat.

Menjual bukanlah melulu soal uang dan kemenangan tapi juga mengenai hubungan dengan para pelanggan sesungguhnya.

Seringnya salespeople melakukan “sell and run”, dimana selesai menjual salespeople itu langsung meninggalkan pelanggan begitu saja. Padahal penjualan adalah pintu gerbang pada pelanggan untuk langkah selanjutnya.

Untuk itu ada tujuh hal yang harus dilakukan oleh salespeople setelah berhasil melakukan penjualan. Yang pertama adalah “Inform What Activities After Contract in Detail”. Setelah melakukan penjualan berikanlah informasi seputar produk dan proses selanjutnya atas produk yang telah dibeli. Ini dilakukan agar ada transparansi untuk menghindari keluhan dibelakang hari. Dan ini terkait dengan kepuasan pelanggan. Jangan pernah menjanjikan sesuatu yang tidak bisa dipenuhi. Lebih baik berikan janji A-D tapi penuhi dengan dari A-E. Ini akan membuat pelanggan senang dan puas.

Terkadang pemenuhan janji tidak seperti yang diinginkan. Jika ada salespeople perusahaan yang tidak memenuhi aturan main perusahaan dan merugikan pelanggan sehingga membuat buruk reputasi brand, sebaiknya sediakan dana lebih untuk mengganti kerugian pelanggan. Ubahlah keluhan pelanggan menjadi pujian. Dan untuk salespeople sendiri bisa diberikan punishment untuk kelancaran bisnis di masa depan.

 

Highlights :

Jangan hanya memberikan janji kepada pelanggan. Berikanlah pelayanan lebih dari yang dijanjikan untuk kepuasan dan kelanggengan pelanggan.

Entrepreneur VS Karyawan

"Entrepreneur VS Karyawan"
Dilihat dari judulnya mungkin terlihat agak aneh, tapi inilah sebenarnya realita yang harus diterima. Pernahkah kita berpikir mengapa para entrepreneur lebih sukses daripada karyawan. padahal dilihat dari skill, mereka kalah dibandingkan dengan karyawan yang lulusan sarjana, doktor, bahkan sampai profesor. mungkin kita mengira bahwa mereka banyak uanglah, dapat warisanlah, atau ketiban rejekilah dan berbagai macam alasan lainnya. padahal kalau kita tilik ke belakang banyak para entrepreneur yang sukses berawal dari nol alias gak punya apa2.
contoh : om bob sadino, purdie E Candra (suhu saya), Aa Gym, Andri Wongso, dll
contoh luar : Bill gates, Michael dell, Kolonel sanders, soijiro honda dll.
satu pertanyaan kenapa mereka semua sukses?
jawabannya simple karena kepepet. he .. hee just kidding tapi 40% ada yang bener.
karena satu yang mereka yakini mereka punya impian. dan mereka tahu dengan impian dan keyakinan yang mereka miliki pasti suatu saat akan terwujud.

gak ada di dunia ini yang menyatakan orang terkaya di dunia adalah menjadi karyawan. itu adalah bullshit alias omong kosong eh ada kalo karyawannya korupsi semua he.. hee..
pernahkah kita berpikir mengapa para pejabat2 pemerintah banyak yang melakukan korupsi:
padahal kalo kita lihat gaji mereka jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan lainnya. satu jawaban yang pasti karena mereka butuh uang lebih. karena jika melihat jaman sekarang gaya hidup yang semakin glamor, mengharuskan mereka mengikuti perubahan jaman yang makin hari kian menggila. mereka tidak lebih seorang karyawan yang hanya mendapat kesempatan menikmati jabatan yang lebih baik dan enak.

padahal secara prinsip jika kita menjadi karyawan ya intinya harus nerima (nerimo jare wong jowo). gak usah neko2 memang itulah kodrat jadi karyawan. betapapun tingginya gaji karyawan mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan gaji tersebut, selalu saja menginginkan lebih. padahal kebutuhan hidup kian meningkat dan gaji mereka tetap.

alasan lain mengapa entrepreneur lebih sukses, karena mereka lebih jeli dalam melihat peluang dan kesempatan. disamping itu banyak orang yang berebut menjadi karyawan daripada menjadi entrepreneur. lahan kerjaan semakin sedikit yang ngelamar ratusan bahkan ribuan. karena itulah mengapa banyak pengangguran di negeri ini. yah maklum itulah mental2 pecundang sejati (kaya lagunya dygta). yang selalu merasa takut akan kehilangan segalanya, gak punya uang dan lain sebagainya. akhir2nya jalan sesat dan hitam yang mereka tempuh karena jalan yang halal sudah kehabisan.

padahal kalo kita lihat, junjungan kita Nabi Muhammad SAW, merupakan seorang entrepreneur juga. mengapa beliau memilih menjadi seorang entrepreneur daripada karyawan. karena dengan menjadi entrepreneur ada suatu sifat2 yang tidak akan dapat dilihat dan dirasakan oleh orang2 yang berkeinginan menjadi karyawan. diantaranya :
1.Membantu orang dan banyak amal : dengan menjadi karyawan dia akan memikirkan dirinya sendiri, lain halnya jika menjadi entrepreneur dia akan dapat membantu orang lain disekitarnya dengan memberinya pekerjaan.
2.Menjalin habblumminannas : menjaga hubungan dengan sesama manusia. dan menjalin tali silaturahmi. hadist meriwayatkan apabila kita menjalin tali silaturahmi maka akan dipanjangkan umurnya dan dilancarkan rejekinya.

sebuah riwayat menyebutkan 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari perniagaan atau perdagangan. itulah mengapa para entrepreneur atau pengusaha lebih sukses dibandingkan dengan karyawan karena 1 pintu rejeki yang selama ini diperebutkan oleh orang2 seperti karyawan, PNS,dan lain sebagainya. sehingga banyak orang yang tidak melihat dari peluang yang berada pada 9 pintu rejeki yang lain. karena apa? mereka takut untuk mencoba dengan berbagai alasan gak punya modal-lah, takut bangkrut-lah, nanti gak untung-lah dan berbagai alasan lainnya yang menyebabkan dia tidak berani untuk mencoba. padahal modal utama untuk menjadi seorang entrepreneur adalah keberanian.

memang pada awalnya akan terasa berat tapi lama kelamaan akan terbiasa dan menjadikan mental kita menjadi lebih kuat.

pernahkah kita pernah memikirkan pepatah “tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina” sebenarnya yang kita cari bukan ke negeri cinanya tapi cara berpikir orang cina tentang cara mereka berdagang. kita lihat saja adakah orang cina yang menjadi karyawan? gak ada (kecuali beberapa orang yang bekerja di negerinya sendiri). padahal kalo kita jalan2 ke pertokoan mataram (semarang) semua pemilik tokonya berasal dari keturunan tionghua (cina) dan yang menjadi karyawannya adalah orang jawa:) .
Make a Free Website with Yola.