Realtime Live Streaming

Smart Programs


Inspirasi dari Entrepreneur

Walau banyak kasus korupsi dan persoalan lainnya, ekonomi negara kita bisa tetap berjalan. Ini tentu saja berkat ada penggerak-penggerak di masyarakat yang tidak tergantung pada peraturan dan pemerintah. Mereka yang jarang diketahui orang ini disebut entrepreneur. Ini beberapa dari mereka dan upaya yang telah dilakukan untuk menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita.

Wimar’s World Rabu malam (28/3) menghadirkan tiga orang entrepreneur yaitu Bob Sadino (pemilik supermarket Kem Chicks), Hadrijanto Satyanegara (PR Manager Patrakom), dan Fred Hehuwat (salah satu pendiri Yayasan ASHOKA Indonesia). Mereka adalah orang-orang yang tidak putus asa bahkan bersemangat dan memberi contoh kepada kita. Berikut potongan percakapan mereka dengan Wimar Witoelar.

Empat Modal Entrepreneur

Wimar: Katanya, Anda dulu pelaut, lalu bagaimana Anda bisa sampai menjadi entrepreneur dengan membuka supermarket?

Bob: Sederhana saja. Saya dulu bekerja di negeri Belanda dan berkeliling Eropa. Ketika kembali ke Indonesia, saya melihat telor di sini berbeda dengan telor yang saya lihat di Eropa.

Wimar: Apa bedanya?

Bob: Beda bentuknya. Jadi, saya meminta orang mencari ayam yang bisa bertelor.

Wimar: Apakah saat itu Anda sudah ahli ayam atau telor?

Bob: Salah satu faktor saya menjadi seperti saat ini karena saya beruntung tidak mengetahui apa-apa.

Wimar: Apakah Anda mempunyai banyak teman di bank yang bisa menyediakan modal?

Bob: Bank hanya untuk menabung saja

Wimar: Jadi tidak betul orang membutuhkan modal untuk membangun usaha baru.

Bob: Apa pengertian modal itu? Banyak orang hanya menterjemahkan modal itu hanya benda yang bisa dilihat dan dihitung saja, pokoknya uang. Sebetulnya ada modal yang tidak bisa dilihat. Ini modal pegangan bagi seseorang untuk menjadi entrepreneur yaitu,

  1. Harus mempunyai kemauan
  2. Tekad yang bulat
  3. Keberanian mengambil peluang. Ada sejuta peluang di luar sana termasuk di dalam badan kita sendiri

Wimar: Bob, saya bertemu banyak sekali orang yang ingin menjadi enterpreuner. Katanya, itu susah sekali karena iklim tidak kondusif, peraturan tidak berpihak pada pengusaha. Bagaimana ini Bob?

Bob: Ketiga faktor tadi belum membuat seseorang untuk masuk menjadi enterpreuner. Faktor keempat adalah Anda jangan cengeng dan tahan banting.

Manfaatkan Teknologi

Wimar: Kita beralih ke Hadrijanto. Perusahaan Anda menyediakan sarana telekomunikasi di perusahaan terpencil. Bagaimana perusahaan Anda bisa berbisnis di daerah terpencil?

Hadrijanto: Kita melihat ada peluang usaha dan keterbatasan saran telekomunikasi terutama di luar Pulau Jawa. Mereka mempunyai kebutuhan dan terkadang mereka memiliki uang. Telekomunikasi itu bukan lagi kebutuhan sekunder tapi sudah primer. Karena itu kita berupaya membantu menyediakan sarana telekomunikasi di daerah terpencil.

Wimar: Berapa banyak dan dimana contohnya?

Hadrijanto: Di Kalimantan Timur seperti di daerah pedalaman Samarinda, Tabang. Kalau sekarang jumlahnya sekitar 150 unit

Wimar: Jadi karena daerah terpencil maka mereka mesti wireless. Jadi dipergunakan satelit.

Hadrijanto: Iya, kita mengadakan warung telekomunikasi satelit (Wartelsat).

Wimar: Kuncinya di sini mahal tapi kok bisa dikerjakan dan orang tidak membayar mahal. Jadi, siapa yang memberikan dukungan sehingga ini tersedia?

Hadrijanto: Sebenarnya yang mendukung itu teknologi. Kita memanfaatkan teknologi yang ada. Kita melakukan rekayasa teknologi di dalamnya sehingga kita bisa. Secara kualitas memang tidak bisa mencapai seperti cyber atau berlangganan, tapi untuk daerah terpencil cukup memadai agar ada sarana telekomunikasi.

Wimar: Apakah investasi itu akan kembali dari sisi uang?

Hadrijanto: Mungkin bukan kembali tapi kita berusaha mencapai break event point saja. Itu sudah bagus.

Wimar: Itu mungkin perbedaannya antara perusahaan tempat Anda bekerja dengan Bob Sadino. Kalau Bob, pure entrepreneur yaitu investasi dan uang kembali. Sedangkan Anda, ada yang investasi dan kembali dalam bentuk menyenangkan masyarakat.

Social Entrepreneur ASHOKA

Wimar: Ini yang ketiga Fred Hehuwat. Dia pada 1983 mendirikan Yayasan ASHOKA Indonesia. Saya tahu karena turut mendirikannya, tapi saya tidak tahu kelanjutannya. ASHOKA memakai konsep social entrepreneur. Apa konsep itu dan apa yang dikerjakan Ashoka saat ini?

Fred: Kalau kita biasanya mengaitkan dengan kegiatan ekonomi. Memang lahirnya istilah social entrepreneur ini dari Ashoka. Kalau kita membandingkan sektor ekonomi dan industri yang perkembangannya sangat maju maka bidang sosial seperti pendidikan dan kesehatan tertinggal. Kalau kita melihat kondisi di Indonesia, kondisi sosial merupakan yang sangat parah. Siapa yang menangani ini? Biasanya kita menggantungkan harapan pada pemerintah. Kita semua tahu pemerintah banyak keterbatasannya. Kalau ini tidak ada jalan pintas yang diciptakan maka keadaannya makin lama makin ketinggalan.

Wimar: Apa orang yang dibina ASHOKA?

Fred: Kita membina orang-orang yang memiliki program-program entrepreneur. Awalnya, seseorang melihat keadaan, mengenal lapangan, mempunyai ide cemerlang, mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, tidak tergantung fasilitas, dan sebagainya, maka ide cemerlang itu akan kita bantu. Kita mencari orang-orang seperti itu.

Wimar: Berapa orang yang sudah dibina sejak 1989?

Fred: Sekarang ada sekitar 140 orang di Indonesia.

Wimar: Ini konsepnya internasional. Kalau dengan contoh konsep internasional, kita mungkin lebih mengerti social entrepreneur itu?

Fred: Kalau kita melihat social entrepreneur yang top adalah Muhammad Yunus dari Banglades dengan program di Grameen Banknya sehingga meraih hadiah Nobel. Idenya itu yang paling unik dan bagus.

Wimar: Kalau saya membaca di brosur Anda, ASHOKA banyak juga bergerak di daerah-daerah. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi di sana?

Fred: Saya kira mereka tidak akan menunggu sesuatu tapi melihat keadaan. Kemungkinan-kemungkinannya berbeda. Kendalanya juga berbeda. Jadi mereka sama sekali tidak menunggu sesuatu dari luar. Dari mereka sendiri tumbuh ide, "Oh, keadaannya begini. Ini yang bisa saya lakukan."

Wimar: Bagaimana Anda memilih orang yang akan dibina itu?

Fred: Saya kira kita memang memilah-milah orang terutama berdasarkan penilaian,

  1. Apakah idenya itu baru?
  2. Apakah orang yang melakukan itu, menurut penilaian kami, mempunyai kemampuan?
  3. Bagaimana dampaknya ide tersebut? Kalau dampaknya kecil maka kita tidak tertarik.

Wimar: Kalau Bob Sadino 50 tahun lalu yaitu saat masih remaja, apakah bisa menjadi pilihan ASHOKA? Apakah syarat-syarat yang ada pada diri Bob itu yang dicari ASHOKA?

Fred: Mungkin sifat-sifatnya iya, tapi bidangnya mungkin tidak. Bob tentu ingin berhasil secara komersial, sedangkan yang kita nilai adalah bagaimana dampaknya pada kehidupan sosial.

Alfi (penelpon dari Bekasi): Saya sangat tertarik dengan Yayasan ASHOKA Indonesia. Bagaimana mekanisme kontrol terhadap orang yang didukung sebagai entrepreneur di ASHOKA?

Wimar: Jadi pertanyaannya bagaimana niat baik orang tersebut bisa dikontrol?

Fred: Pertama, kita memiliki jaringan yang cukup banyak sehingga dapat memberi informasi ke kita. Kedua, kita tentu memonitor bagaimana perkembangan selanjutnya dari orang yang didukung. Sesungguhnya ASHOKA sendiri tidak mau banyak mengontrol. Kalau entrepreneur mau berkembang jangan terlalu banyak dikontrol, jadi kita hanya memonitor saja.

Dampak Perubahan Pemerintah

Wimar: Kita telah mengalami perubahan drastis pemerintahan sejak 1998 hingga sekarang. Jika dibandingkan dengan situasi sebelumnya, apakah ada perbedaan perubahan tersebut untuk masing-masing bidang entrepreneur?

Fred: Sangat berbeda. Dulu kita untuk mendirikan ASHOKA harus mengumpet-umpet. Sekarang sangat leluasa

Bob: Iya ada perbedaan. Tapi Saya dari dulu tidak tertarik dengan pemerintah. Saya hanya ingin kami jangan terlalu banyak diatur-atur karena yang tahu mengenai usaha saya adalah saya.

Hadrijanto: Kalau kita melihat lebih baik sekarang karena peraturan pendukungnya jauh lebih baik dan sikap dari teman-teman daerah juga sudah lebih terbuka.

10 Kiat Menjadi Entrepreneur untuk Mahasiswa Lugu

by Romi Satria Wahono

entrepreneurship.gifMas Romi, selama kuliah kan kita sebagai mahasiswa nggak sempat latihan berbisnis. Padahal aku tuh pinginnya begitu lulus langsung bisa mandiri alias bikin perusahaan sendiri. Gimana ya caranya. (Maria, Samarinda)

Aku ini kutu kupret mas, mahasiswa teknik informatika tapi kemampuan coding lemah. Kalau buat-buat desain sih lumayan mas, photoshop dan coreldraw itu peganganku tiap hari. Aku mimpi pingin berbisnis sendiri, cuman nggak ngerti gimana dan apa yang harus aku pelajari sekarang. Bantu aku dong mas. (Irwan, Bandung)

Dua pertanyaan yang sering muncul ketika saya mengisi seminar dan workshop di kampus-kampus tentang entrepreneurship. Pertanyaan yang harus kita hargai karena generasi muda kita punya semangat untuk hidup mandiri dan tidak tergantung kepada belas kasihan orang lain. Banyak cara saya menjawab, hanya mungkin untuk mahasiswa yang masih polos dan lugu, saya beri 10 kiat mudah seperti berikut ini.

  1. Pelajari latar belakang teman satu angkatan. Bapak dan ibunya kerja sebagai apa misalnya. Apakah ada yang menjadi dokter, mengelola klinik, rumah sakit atau apotik? Atau mungkin ada yang punya toko buku atau pengelola perpustakaan? Oh mungkin ada yang bekerja di bengkel? Pelajari semua dan cari informasi sebanyak mungkin? Lha untuk apa? Hush diam dulu, ikuti kiat kedua ;)

  2. Ok sekarang pilih, cari teman yang bisa diajak kompromi, yang cukup dekat atau bahkan sahabat, dan punya semangat sama untuk terjun bebas memulai berbisnis. Anggap kita pilih yang kebetulan bapaknya punya atau mengelola apotik. Lho terus mau digimanain tuh?

  3. Cari buku di toko buku, ada nggak buku tentang belajar bahasa pemrograman yang menggunakan contoh membangun aplikasi atau sistem informasi manajemen (SIM) untuk apotik? Cari buku sampai yang terselip di rak-rak toko buku. Kadang ada buku yang meskipun desain covernya jelek, tapi studi kasusnya lengkap, bahkan source codenya dibagi. Nggak dapat juga? Ok ayo cari yang open source saja, coba cek dari sf.net, saya yakin bisa ditemukan. Lha kalau belum nemu juga? Coba Googling deh :)

  4. Sekarang mulai oprek SIM untuk apotik tadi. Mulai pelajari kodenya, oprek dan tambahkan fungsi-fungsi yang diperlukan. Masih sederhana dulu nggak papa. Buka semua file image, baik gif, jpg, dan png. Lakukan editing atau buat image baru yang unik dan khas. Intinya percantik desainnya, ini enteng kan, apalagi anda jagoan manipulasi image dan foto (asal jangan porno) :) Jangan lupa cek lisensinya supaya tidak melanggat, dan juga beri credit ke pengembang asal kalau itu opensource. Nggak perlu risih untuk memasukkan satu kalimat “Powered by …. ” atau “Engine by …” pada SIM Apotik yang kita oprek tadi.

  5. Eng-ing-eng … kita sudah punya produk berupa software yang siap ditawarkan nih, meskipun sederhana dan engine-nya ngambil dari contoh di buku atau opensource. Nah obrolkan dengan teman yang kita pilih tadi, minta dia “merayu” bapaknya supaya mau pakai software SIM itu di apotik milik beliau. Nggak perlu bayar kok, gratis, tinggal nyediakan PC atau laptopnya saja, itupun nggak perlu canggih-canggih. Komputer tua saja toh SIM kita juga belum banyak fiturnya.

  6. Hore berhasil diimplementasikan! Berdua dengan sahabat kita tadi, bantu pegawai apotik untuk entri data yaitu data daftar obat yang disediakan oleh apotik. Jangan lupa buat spanduk kecil dan brosur diatas komputer tadi, beri tulisan:”Apotik ini Dikelola dengan Sistem Informasi Manajemen Apotik (SIMAPO) ver 1.0;)

  7. Jangan puas sampai disitu, buat situs untuk promosi, kalau nggak ada modal pakai saja blog gratisan dengan Wordpress.Com atau Blogspot.Com. Ngeblog deh, ceritakan bagaimana SIMAPO itu dikembangkan. Tulis juga pengantar tentang sistem informasi manajemen, tentang obat-obatan, tentang apotik, tentang kenapa apotik harus memanfaatkan IT. Kalau perlu manjakan pengunjung dengan daftar apotik seluruh Indonesia, data dari mana? Ya cari dari YellowPage atau Googling yo :) Ops jadi kelupaan, jangan lupa beri tulisan yang agak gede: “SIMAPO ver 1.0 Telah diimplementasikan di Salah Satu Apotik di Kota Besar di Indonesia“.

  8. Masih belum boleh puas :)  Rayu teman lain yang punya tetangga, kakek, nenek, bapak, ibu, paman atau saudaranya baik jauh maupun dekat yang mengelola apotik. Minta supaya mau install, gratis, tapi kalau mau bayar juga nggak nolak, Rp 500.000 deh, kalau ditawar Rp 50.000 ya nggak masalah. Anggap saja ada ongkos naik angkot untuk install SIM-nya :) . Jangan lupa update spanduk dan brosur, “Apotik Ini Dikelola dengan SIMAPO ver 1.0, Sistem Informasi Manajemen untuk Apotik yang telah Diimplementasikan di Beberapa Kota Besar di Indonesia“.

  9. Alhamdulillah sudah dapat dua customer coi! Meskipun masih gratisan, tapi lumayan untuk nambahi Portfolio :) Mulai oprek-oprek lagi aplikasi Apotik kita, tambahkan fitur berdasarkan feedback dari Apotik yang sudah menggunakan. Benahi lagi user interface, percantik lagi, buat yang lebih segar dan unik, beri versi baru 1.1. Mulai tawarkan lagi, hanya jangan lagi gratis, Rp 300.000 atau Rp 700.000 gitu deh, tapi kalau teman sendiri yang minta asal ada ongkos jalan juga OK :) Mudah-mudahan bisa terus berkembang, atau dalam 1-2 tahun jangan-jangan sudah mulai bisa ikutan tender Departemen Kesehatan dengan pagu Rp 100 juta tuh untuk SIM Apotik … hehehe

  10. Kalau sudah matang dengan satu produk, terus perbaiki produk itu sampai lengkap fiturnya. Dan kalau tertarik untuk mengembangkan produk lain, mulai lagi dari tahap pertama, cari teman lagi yang bapaknya punya bengkel, pengelola perpustakaan, punya toko buku, dsb. Lha siapa tahu bisa bikinkan aplikasi untuk bengkel, perpustakaan atau toko buku. :)

Nggak terasa, setelah melewati tahapan ke 10, dua mahasiswa lugu kita telah menjelma menjadi dua orang entrepreneur :) Di saat teman-teman yang lain masih pontang-panting membawa surat lamaran pekerjaan, kedua mahasiswa ini ketika lulus sudah bisa mandiri, punya produk yang mapan, yang siap dijual dan ditawarkan ke berbagai institusi atau perusahaan. Ternyata masuk universitas tidak sia-sia lho, ilmu yang dipelajari di kampus alhamdulilah bisa digunakan untuk kehidupan kita, bahkan bisa membuka lapangan kerja baru :)

Tetap dalam perdjoeangan!

ttd-small.jpg

Entrepreneurship, Inspiring Person

Menjadi Entrepreneur Bukan Sekadar Memperkaya Diri Sendiri

Pekan lalu, dua andalan Virtual Consulting — yakni Iim Fahima dan Tuhu Nugraha — terpilih sebagai finalis IYCEY 2008, yaitu sebuah ajang pemilihan Young  Creative Entrepreneur  yang diadakan setiap tahun oleh British Council. Sepuluh finalis kebanyakan berlatarbelakang CEO, Founder, GM  maupun Director dengan usia dibawah 35 tahun ini. Iim Fahima sendiri adalah founder, direktur, dan online marketing communications strategist Virus Communications, sayap usaha Virtual Consulting di bidang online marketing communications yang ia lahirkan bersama suaminya, Adhitia Sofyan, dua tahun lalu. Sedangan Tuhu Nugraha adalah senior web consultant Virtual Consulting yang banyak memberi terobosan baru Web 2.0 marketing pada klien-klien Virtual Consulting, termasuk Toyota Astra Motor.

Meski tidak menang, keduanya sangat terkesan dengan ajang tahunan tersebut dan bertekad akan mengikuti lagi tahun dengan dengan semangat yang tak kalah menggebu dibanding tahun ini.

Bagaimana kesan Iim? Di bawah ini penuturannya:

Para finalis, buat saya, adalah sekumpulan anak muda brilian yang membuat saya begitu  bangga dan bersyukur bertemu dengan mereka. Kreatifitasnya, pemikiran-pemikirannya yang tajam, semangat untuk menerobos  kemapanan adalah segelintir attitude yang membuat saya thrilled. Jangan menduga dengan attitude seperti itu, mereka adalah  orang-orang yang ’serius’. No. Mereka sangat jauh dari sifat serius atau pun kaku. Mereka ‘bocor’ dan ‘gila’ =).

Oleh-oleh yang paling berbekas di benak saya dari event ini ada 2:

Pertama: Saya semakin disadarkan dan diingatkan bahwa menjadi entrepreneur bukan hanya untuk memperkaya diri.

Triawan Munaf, salah satu Juri IYCEY sempat ngobrol selintas dengan saya tentang perlu ditonjolkannya pemikiran dan action terkait aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR).

Irfan Amalee, Founder dan CEO Mizan Publisher yang menjadi pemenang di sektor komunikasi, mengangkat sebuah success story Mizan Publisher dalam membuat ‘Peace Generation Program’ yang eksekusinya berupa buku-buku interaktif untuk anak-anak yang isinya  sarat dengan pesan moral perdamaian. Lewat promosi door to door yang zero funding, saat ini sudah lebih dari 10.000 pelajar  dari Jawa, Kalimantan dan Aceh terlibat di program ini, juga 100 peace agent yang terdiri dari guru, trainer dan donatur menyebar di seluruh Indonesia. Irfan bercita cita suatu saat program Peace Generation ini bisa mendunia.

Dua hal diatas, somehow kembali mengingatkan saya perlunya sebuah perusahaan memiliki sebuah VISION, yang buat saya adalah sebuah spiritual objective yang diturunkan dalam spriritual statement, spiritual action. Vision ini yang akan  menjadi tujuan akhir perusahaan, memberi hati pada setiap aktifitas dan pada akhirnya membuat perusahaan memiliki dampak  positif terhadap lingkungan. Bukan sekedar memperkaya diri.

CSR ‘hanya’ sebuah eksekusi amal baik. Di balik CSR, harus ada sebuah dorongan yang lebih besar. Vision. Hal ini lah yang akan membuat CSR betul-betul dilakukan dengan hati, bukan topeng untuk menarik simpati publik.

Memiliki visi yang jelas dan bulat, bukanlah hal mudah. Membuatnya mendarah daging dalam diri kita is another hard work,  apalagi membuatnya mendarah daging di para pegawai. Tapi itulah tantangan entrepreneur, karena menjadi entrepreneur bukan  hanya untuk memperkaya diri sendiri, tapi lebih besar dari itu, membuat bisnis kita memberi dampak positif  terhadap lingkungan, negara, kemanusiaan.

Kedua: Luangkan waktu untuk berpikir hal-hal strategic.

Salah satu acara selama masa karantina IYCEY adalah diskusi tentang business strategic yang dipandu oleh Wayah PhD dari  Universitas Bina Nusantara. Dalam diskusi tersebut, pak Wayah menyebutkan bahwa hal yang biasa terjadi pada pengusaha yang  baru membuka bisnisnya adalah tuntutan untuk memantau bahkan ikut terlibat secara detail setiap aktifitas bisnis.  Akibatnya, setiap hari kita sibuk tenggelam dalam hal-hal yang sifatnya eksekusi dan lupa meluangkan waktu untuk berpikir  strategic untuk mengembangkan bisnis. Ketika kita sadar, pasar sudah berubah, kompetisi sudah bergeser, dan kita gelagapan  mengantisipasi perubahan itu.

Sebuah paparan yang insightful.

Kata salah seorang finalis, berikan waktu untuk bengong, alias keluar dari rutinitas dan berpikir kreatif. Ipod adalah hasil bengong Steve Jobs. Bengong tidak akan membuat produktifitas menurun. Sebaliknya, justru akan membantu kita stay alert dengan perubahan-perubahan yang terjadi dan bukan tidak mungkin, ditengah bengong kita malah mendapatkan ide kreatif  untuk mengembangkan bisnis.

foto: Tuhu Nugraha, Iim Fahima, Citra Yuliasari

Itulah sudut pandang Iim, yang memutuskan pindah kuadran dari profesional iklan menjadi entrepreneur dua tahun lalu. “Being an entrepreneur is not only about making yourself rich“, katanya. Menjadi entrepreneur bukan sekadar memperkaya diri sendiri.

Sayangnya, saya masih sering mendengar, motivasi mereka yang ingin pindah kuadran ke pengusaha adalah uang, harta, kekayaan dan sejenisnya. Memang, jenis-jenis kekayaan kasat mata ini merupakan motivasi paling manjur. Itu sebabnya banyak motivator yang laris manis karena menawarkan jurus-jurus dan motivasi kaya mendadak — kalau perlu, tanpa modal.

Di tengah arus yang seperti itu, saya senang mendengar sudut pandang Iim. Saya bahagia ada ajang seperti IYCEY yang membekali pengusaha mudah belia dengan semangat untuk menjadi lebih dari sekadar kaya, untuk lebih banyak memberi manfaat kepada yang lain. Semangat ini yang terus digembar-gemborkan oleh segelinir pengusaha atau kelompok pengusaha seperti Roni Yuzirman dan kawan-kawan melalui Tangan Di Atas, dengan tagline-nya “Bersama Menebar Rahmat”, serta Jamil Azzaini dengan visi “Sukses Mulia” nya.

 

Tips menjadi Entrepreneur Sukses.

Sebuah tips bagi And yang akan memulai sebuah usaha sendiri,

  1. Bangunlah usaha Anda berdasarkan apa yang paling Anda sukai dan cintai. Hal ini akan membuat Anda tidak mudah merasa bosan dan tidak mudah menyerah karena pekerjaan ini sangat menyenangkan bagi Anda.
  2. Mulailah usaha Anda dengan hal yang sederhana dan mendasar, hal-hal yang dibutuhkan orang-orang. Baru kemudian mencari cara yang kreatif untuk mengembangkannya. Jangan memulai usaha Anda dengan ide yang terlalu muluk sehingga orang-orang tidak bisa menerimanya.
  3. Tekan bisya promosi dengan cara yang kreatif dan menyentuh hati calon pelanggan. Dengan demikian keunikan usaha Anda bisa memancing perhatian mereka
  4. Pertahankan kualitas produk atau jasa Anda meski saat usaha Anda sudah semakin besar. Jadikan kualitas sebagai prioritas utama, yang meminta perhatian Anda setiap hari.
  5. Ciptakan tim yang solid yang mampu menerima dan menterjemahkan ide Anda dengan baik. Tim yang baik bagikan asupan oksigen bagi usaha Anda.
  6. Saat menemukan masalah, jangan langsung menyerah, tetapi berusahalah mencari jalan keluar yang terbaik. Lakukan evaluasi, cari sisi positif, jernihkan pikiran dan tetap fokus. Beranikan diri untuk mrngambil risiko bukan mengambil kesempata.

Setelah membaca tips ini, apakah Anda tertarik untuk menjadi entrepreneur sukses.
Semoga berhasil.

Menjadi Entrepreneur: Antara Tanggung Jawab, Kerja Keras & Kesuksesan (1)

Apa sih enaknya menjadi entrepreneur? Banyak yang bilang itu jalur cepat kaya, yang lain lagi bilang itulah ’jalan kebebasan’. Wah, kalau untuk yang kedua, saya pikir akan lebih cocok kalau yang berpendapat begitu membaca dulu ”Teologi Pembebasan”-nya Paulo Freire. Sementara untuk pemikiran pertama, saya pikir justru lebih enak dapat warisan atau menikah dengan anak orang kaya saja. Hahaha.

Keinginan manusia untuk mencapai kondisi paripurna dalam hidupnya memang membuatnya rela berbuat apa saja. Secara gampangan, keinginan hidup enak ini tercermin dari slogan ”Muda Hura-hura, Tua Kaya-Raya, Mati Masuk Surga” yang banyak disablon di kaos yang dipakai anak-anak muda. Menjadi entrepreneur seolah merupakan jaminan slogan itu tercapai.

Dalam kaitan mengenai entrepreneurship ini, tulisan Eileen Rachman dan Sylvina Savitri dari EXPERD di rubrik ”Karier” harian Kompas edisi Sabtu (11/4) lalu menarik untuk dicermati. Dalam tulisan berjudul ”Juragan Bagi Diri Sendiri” itu, ia menuliskan sejumlah value yang harus dimiliki seorang entrepreneur. Dengan sendirinya, menjadi seorang entrepeneur, pengusaha, wirausahawan atau wiraswastawan justru tidak sama dengan bayangan orang awam seperti sering diutarakan di kelas-kelas motivator.

Apa yang tidak diungkapkan oleh para motivator itu adalah selalu ada –seperti juga ditulis Eileen dan Sylvina- ”a price to pay”. Ini serupa dengan ungkapan lain ”no free lunch”. Tidak ada yang gratis, semua ada bayarannya. Kesuksesan seseorang harus dilalui dengan kerja keras. Dalam tulisan Eileen dan Sylvina diungkapkan betapa berat tanggung-jawab seorang entrepreneur. ”Bila menjadi karyawan membuat orang merasa aman, misalnya bisa 100 % yakin akan menerima gaji bulanan pada tanggal tertentu, seorang wirausaha justru harus menyiapkan gaji, THR, persediaan barang untuk melanggengkan usahanya,” demikian kutipannya. Jadi entrepreneur itu harus punya kemampuan dan kapabilitas lebih segalanya dari karyawan. Karena ia tidak cuma menggaji orang lain, tapi juga menyediakan segala infra-struktur plus menggerakkan roda usahanya agar terus berputar. Disinilah faktor kepribadian yang kuat bermain.

Sebelum menjadi entrepreneur, seseorang harus mengenali kepribadian dirinya sendiri dulu. Beberapa kali saya bertemu orang yang lebih muda daripada saya dan menganggap saya sudah sukses –padahal belum- dan meminta diajari jadi entrepreneur. Saya sudah mencoba memberi bantuan nasehat, tapi ia tidak mau mengerjakan pe-ernya. Apa itu? Kerja keras. Ia mau orang lain membangunkan kerajaan bisnis untuknya. Ya tidak bisa dong. Ia sendiri yang harus membangun kerajaan bisnis impiannya. Logika sederhananya, apa mimpi saya dan mimpi Anda sama? Hayo, tadi malam mimpi apa? (Kalau saya mimpiin cewek cantik, hehehe). Jadi, kalau saya membuat kerajaan bisnis, tentu itu adalah visi saya, bukan visinya. Dan tentu saya tidak mau dong menyerahkan bisnis yang sudah dibangun pada orang lain dengan gratis. Ya toh?

Satu yang selalu saya tekankan pada tiap orang yang bertemu dan ingin jadi entrepreneur adalah kemampuan mengenali diri, terutama kepribadiannya. Seorang entrepreneur harus punya kepribadian koleris atau sedikit sanguin. Ia juga harus seorang star atau achiever. Tidak bisa ia melankolis apalagi phlegmatis, apalagi camper. Yang tidak disadari orang, kepribadian itu bisa dirubah. Tapi usahanya sungguh sangat sulit, tapi bukan mustahil. Saya sudah melakukannya dan berhasil!

Inspirasi dari Entrepreneur Inspirasi dari Entrepreneur
 
Walau banyak kasus korupsi dan persoalan lainnya, ekonomi negara kita bisa tetap berjalan. Ini tentu saja berkat ada penggerak-penggerak di masyarakat yang tidak tergantung pada peraturan dan pemerintah. Mereka yang jarang diketahui orang ini disebut entrepreneur. Ini beberapa dari mereka dan upaya yang telah dilakukan untuk menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita. Wimar’s World Rabu malam (28/3) menghadirkan tiga orang entrepreneur yaitu Bob Sadino (pemilik supermarket Kem Chicks), Hadrijanto Satyanegara (PR Manager Patrakom), dan Fred Hehuwat (salah satu pendiri Yayasan ASHOKA Indonesia). Mereka adalah orang-orang yang tidak putus asa bahkan bersemangat dan memberi contoh kepada kita. Berikut potongan percakapan mereka dengan Wimar Witoelar. Empat Modal Entrepreneur Wimar: Katanya, Anda dulu pelaut, lalu bagaimana Anda bisa sampai menjadi entrepreneur dengan membuka supermarket? Bob: Sederhana saja. Saya dulu bekerja di negeri Belanda dan berkeliling Eropa. Ketika kembali ke Indonesia, saya melihat telor di sini berbeda dengan telor yang saya lihat di Eropa. Wimar: Apa bedanya? Bob: Beda bentuknya. Jadi, saya meminta orang mencari ayam yang bisa bertelor. Wimar: Apakah saat itu Anda sudah ahli ayam atau telor?Laporan oleh Hayat Mansur Walau banyak kasus korupsi dan persoalan lainnya, ekonomi negara kita bisa tetap berjalan. Ini tentu saja berkat ada penggerak-penggerak di masyarakat yang tidak tergantung pada peraturan dan pemerintah. Mereka yang jarang diketahui orang ini disebut entrepreneur. Ini beberapa dari mereka dan upaya yang telah dilakukan untuk menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita. Wimar’s World Rabu malam (28/3) menghadirkan tiga orang entrepreneur yaitu Bob Sadino (pemilik supermarket Kem Chicks), Hadrijanto Satyanegara (PR Manager Patrakom), dan Fred Hehuwat (salah satu pendiri Yayasan ASHOKA Indonesia). Mereka adalah orang-orang yang tidak putus asa bahkan bersemangat dan memberi contoh kepada kita. Berikut potongan percakapan mereka dengan Wimar Witoelar. Empat Modal Entrepreneur Wimar: Katanya, Anda dulu pelaut, lalu bagaimana Anda bisa sampai menjadi entrepreneur dengan membuka supermarket? Bob: Sederhana saja. Saya dulu bekerja di negeri Belanda dan berkeliling Eropa. Ketika kembali ke Indonesia, saya melihat telor di sini berbeda dengan telor yang saya lihat di Eropa. Wimar: Apa bedanya? Bob: Beda bentuknya. Jadi, saya meminta orang mencari ayam yang bisa bertelor. Wimar: Apakah saat itu Anda sudah ahli ayam atau telor? Bob: Salah satu faktor saya menjadi seperti saat ini karena saya beruntung tidak mengetahui apa-apa. Wimar: Apakah Anda mempunyai banyak teman di bank yang bisa menyediakan modal? Bob: Bank hanya untuk menabung saja Wimar: Jadi tidak betul orang membutuhkan modal untuk membangun usaha baru. Bob: Apa pengertian modal itu? Banyak orang hanya menterjemahkan modal itu hanya benda yang bisa dilihat dan dihitung saja, pokoknya uang. Sebetulnya ada modal yang tidak bisa dilihat. Ini modal pegangan bagi seseorang untuk menjadi entrepreneur yaitu, Harus mempunyai kemauan Tekad yang bulat Keberanian mengambil peluang. Ada sejuta peluang di luar sana termasuk di dalam badan kita sendiri Wimar: Bob, saya bertemu banyak sekali orang yang ingin menjadi enterpreuner. Katanya, itu susah sekali karena iklim tidak kondusif, peraturan tidak berpihak pada pengusaha. Bagaimana ini Bob? Bob: Ketiga faktor tadi belum membuat seseorang untuk masuk menjadi enterpreuner. Faktor keempat adalah Anda jangan cengeng dan tahan banting. Manfaatkan Teknologi Wimar: Kita beralih ke Hadrijanto. Perusahaan Anda menyediakan sarana telekomunikasi di perusahaan terpencil. Bagaimana perusahaan Anda bisa berbisnis di daerah terpencil? Hadrijanto: Kita melihat ada peluang usaha dan keterbatasan saran telekomunikasi terutama di luar Pulau Jawa. Mereka mempunyai kebutuhan dan terkadang mereka memiliki uang. Telekomunikasi itu bukan lagi kebutuhan sekunder tapi sudah primer. Karena itu kita berupaya membantu menyediakan sarana telekomunikasi di daerah terpencil. Wimar: Berapa banyak dan dimana contohnya? Hadrijanto: Di Kalimantan Timur seperti di daerah pedalaman Samarinda, Tabang. Kalau sekarang jumlahnya sekitar 150 unit Wimar: Jadi karena daerah terpencil maka mereka mesti wireless. Jadi dipergunakan satelit. Hadrijanto: Iya, kita mengadakan warung telekomunikasi satelit (Wartelsat). Wimar: Kuncinya di sini mahal tapi kok bisa dikerjakan dan orang tidak membayar mahal. Jadi, siapa yang memberikan dukungan sehingga ini tersedia? Hadrijanto: Sebenarnya yang mendukung itu teknologi. Kita memanfaatkan teknologi yang ada. Kita melakukan rekayasa teknologi di dalamnya sehingga kita bisa. Secara kualitas memang tidak bisa mencapai seperti cyber atau berlangganan, tapi untuk daerah terpencil cukup memadai agar ada sarana telekomunikasi. Wimar: Apakah investasi itu akan kembali dari sisi uang? Hadrijanto: Mungkin bukan kembali tapi kita berusaha mencapai break event point saja. Itu sudah bagus. Wimar: Itu mungkin perbedaannya antara perusahaan tempat Anda bekerja dengan Bob Sadino. Kalau Bob, pure entrepreneur yaitu investasi dan uang kembali. Sedangkan Anda, ada yang investasi dan kembali dalam bentuk menyenangkan masyarakat. Social Entrepreneur ASHOKA Wimar: Ini yang ketiga Fred Hehuwat. Dia pada 1983 mendirikan Yayasan ASHOKA Indonesia. Saya tahu karena turut mendirikannya, tapi saya tidak tahu kelanjutannya. ASHOKA memakai konsep social entrepreneur. Apa konsep itu dan apa yang dikerjakan Ashoka saat ini? Fred: Kalau kita biasanya mengaitkan dengan kegiatan ekonomi. Memang lahirnya istilah social entrepreneur ini dari Ashoka. Kalau kita membandingkan sektor ekonomi dan industri yang perkembangannya sangat maju maka bidang sosial seperti pendidikan dan kesehatan tertinggal. Kalau kita melihat kondisi di Indonesia, kondisi sosial merupakan yang sangat parah. Siapa yang menangani ini? Biasanya kita menggantungkan harapan pada pemerintah. Kita semua tahu pemerintah banyak keterbatasannya. Kalau ini tidak ada jalan pintas yang diciptakan maka keadaannya makin lama makin ketinggalan. Wimar: Apa orang yang dibina ASHOKA? Fred: Kita membina orang-orang yang memiliki program-program entrepreneur. Awalnya, seseorang melihat keadaan, mengenal lapangan, mempunyai ide cemerlang, mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, tidak tergantung fasilitas, dan sebagainya, maka ide cemerlang itu akan kita bantu. Kita mencari orang-orang seperti itu. Wimar: Berapa orang yang sudah dibina sejak 1989? Fred: Sekarang ada sekitar 140 orang di Indonesia. Wimar: Ini konsepnya internasional. Kalau dengan contoh konsep internasional, kita mungkin lebih mengerti social entrepreneur itu? Fred: Kalau kita melihat social entrepreneur yang top adalah Muhammad Yunus dari Banglades dengan program di Grameen Banknya sehingga meraih hadiah Nobel. Idenya itu yang paling unik dan bagus. Wimar: Kalau saya membaca di brosur Anda, ASHOKA banyak juga bergerak di daerah-daerah. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi di sana? Fred: Saya kira mereka tidak akan menunggu sesuatu tapi melihat keadaan. Kemungkinan-kemungkinannya berbeda. Kendalanya juga berbeda. Jadi mereka sama sekali tidak menunggu sesuatu dari luar. Dari mereka sendiri tumbuh ide, "Oh, keadaannya begini. Ini yang bisa saya lakukan." Wimar: Bagaimana Anda memilih orang yang akan dibina itu? Fred: Saya kira kita memang memilah-milah orang terutama berdasarkan penilaian, Apakah idenya itu baru? Apakah orang yang melakukan itu, menurut penilaian kami, mempunyai kemampuan? Bagaimana dampaknya ide tersebut? Kalau dampaknya kecil maka kita tidak tertarik. Wimar: Kalau Bob Sadino 50 tahun lalu yaitu saat masih remaja, apakah bisa menjadi pilihan ASHOKA? Apakah syarat-syarat yang ada pada diri Bob itu yang dicari ASHOKA? Fred: Mungkin sifat-sifatnya iya, tapi bidangnya mungkin tidak. Bob tentu ingin berhasil secara komersial, sedangkan yang kita nilai adalah bagaimana dampaknya pada kehidupan sosial. Alfi (penelpon dari Bekasi): Saya sangat tertarik dengan Yayasan ASHOKA Indonesia. Bagaimana mekanisme kontrol terhadap orang yang didukung sebagai entrepreneur di ASHOKA? Wimar: Jadi pertanyaannya bagaimana niat baik orang tersebut bisa dikontrol? Fred: Pertama, kita memiliki jaringan yang cukup banyak sehingga dapat memberi informasi ke kita. Kedua, kita tentu memonitor bagaimana perkembangan selanjutnya dari orang yang didukung. Sesungguhnya ASHOKA sendiri tidak mau banyak mengontrol. Kalau entrepreneur mau berkembang jangan terlalu banyak dikontrol, jadi kita hanya memonitor saja. Dampak Perubahan Pemerintah Wimar: Kita telah mengalami perubahan drastis pemerintahan sejak 1998 hingga sekarang. Jika dibandingkan dengan situasi sebelumnya, apakah ada perbedaan perubahan tersebut untuk masing-masing bidang entrepreneur? Fred: Sangat berbeda. Dulu kita untuk mendirikan ASHOKA harus mengumpet-umpet. Sekarang sangat leluasa Bob: Iya ada perbedaan. Tapi Saya dari dulu tidak tertarik dengan pemerintah. Saya hanya ingin kami jangan terlalu banyak diatur-atur karena yang tahu mengenai usaha saya adalah saya. Hadrijanto: Kalau kita melihat lebih baik sekarang karena peraturan pendukungnya jauh lebih baik dan sikap dari teman-teman daerah juga sudah lebih terbuka.
Sumber : http://www.perspektif.net/

Kiat Sukses Menjadi Entrepreneur Bagi Orang Biasa (1)

By M. Suyanto

Semua orang dapat menjadi entrepreneur, tanpa kecuali. Berdasarkan pengalaman saya, untuk menjadi entrepreneur yang sukses dapat menggunakan pedoman SMART IN ENTREPRENEUR. S merupakan singkatan dari Sikap metal positif sebagai landasan untuk menjadi entrepreneur. M adalah Menciptakan mimpi dan berusaha mengejarnya. A adalah Ambil langkah sekarang juga, meskipun tidak punya uang. R kepanjangan dari Rahasia melambungkan bisnis dan T simbol dari Terimalah kegagalan yang merupakan bagian dari pelajaran untuk meraih kesuksesan. IN adalah Insya Allah, hanya Allah-lah yang mengijinkan kita sukses menjadi entrepreneur.
Menurut Profesor Edwood Chapman, sikap mental adalah cara mengkomunikasikan atau mengekspresikan suasana hati atau watak kepada orang lain. Jika ekpresi kita kepada orang lain positif, maka kita disebut sebagai orang yang bersikap mental positif. Sebaliknya jika ekpresi kita kepada orang lain negatif, maka kita disebut sebagai orang yang bersikap mental negatif. Sikap mental positif merupakan salah satu dari jiwa entrepreneur yang menonjol.
Mimpi adalah bayangan peristiwa atau apa saja yang tampak dalam tidur. Bermimpi adalah melihat sesuatu dalam tidur atau menghayal sesuatu yang tak mungkin tercapai. Tetapi sekarang dapat kita definisikan bermimpi adalah menghayal sesuatu yang masih mungkin tercapai meskipun belum ada gambaran bagaimana cara mencapainya atau sangat sulit mencapainya. Dalam bahasa manajemen mimpi adalah visi, yaitu sesuatu yang dinginkan entrepreneur yang besifat ideal.
Rahasia untuk melambungkan bisnis dapat menggunakan berbagai macam strategi, mulai dari strategi generic dari Michael E. Porter, strategi positioning dari Jack Trout , strategic intent dari Gary Hamel dan Prahalat, strategi samudra biru dari Kim dan Renee serta strategi bisnis dari Nabi Muhammad s.a.w.
Kegagalan merupakan label yang seringkali kita hubungkan dengan suatu tindakan yang tidak berhasil dan begitu diterapkan, label ini membuat kita dikatakan orang yang tidak mampu. Hal ini menurunkan semangat kita untuk menjadi orang yang sukses. Pada saat kita masih kecil, kegagalan tidak mempunyai makna, karena kita tidak mempunyai konsep “kegagalan”. Jika kita memiliki konsep kegagalan, maka kita tidak akan dapat berbicara, tidak akan dapat menulis dan tidak akan dapat berjalan. Karena untuk berbicara, menulis dan berjalan harus melalui kegagalan yang tak terhitung jumlahnya. Demikian juga dalam dunia bisnis juga dapat meniru kegagalan kita di masa kecil dan kita dapat belajar dari kegagalan tersebut.
Insya Allah, hanya Allah-lah yang mengijinkan kita sukses menjadi entrepreneur.   Sukses merupakan sebuah proses yang terus bergulir. Meskipun demikian, Allah juga tidak akan mengubah nasib suatu kaum atau kelompok atau individu, kecuali kaum atau kelompok atau individu itu yang mengubahnya. Kita berusaha yang terbaik, sabar dan mengikuti jalan yang benar yang dilandasi iman kepada Allah. Insya Allah kita akan menjadi entrepreneur yang berhasil, baik di dunia mapun di akhirat. Amien………..


Nikmatnya Jadi Pengangguran [Entrepreneur]

Oleh: Victor Asih

Di pagi hari yang sejuk, seperti biasanya saya bersama istri mengantarkan ke dua putri kecil kami yang cantik dan lucu ke sekolah mereka. Putri yang bungsu baru saja masuk ke TK A dan putri yang sulung baru saja naik kelas 5 SD.

Setelah mengantarkan mereka sampai di sekolah, maka bebas tugaslah kami sampai pukul 9.30. Yaitu saat kami harus kembali menjemput sang putri bungsu di sekolahnya.

”Kita mau pergi ke mana sekarang, Yang?”, tanya istri saya dengan lembut dan suara manja sesaat setelah kami masuk ke dalam mobil.

”Seperti biasa, sarapan pagi yuk. Mau sarapan dimana, Yang?”, jawab saya dengan tersenyum sementara mobil kami meninggalkan tempat parkir.

”Yang, saya sedang ingin makan yamcha…”, jawabnya.

”Oke, Yang”, sahut saya sambil tersenyum.

Maka meluncurlah mobil kami melintasi jalan layang ke arah utara kota Bandung. Kami menuju jalan Setiabudi atas, sebuah wilayah di kota Bandung bagian utara yang berhawa sejuk pegunungan dekat Lembang.

Akhirnya saya membelokkan mobil kami memasuki komplek sebuah hotel yang asri di jalan Setiabudi. Saya memarkirkan mobil kami di depan pintu sebuah restoran yang terkenal dengan Yamcha-nya yang lezat.

Yamcha adalah makanan favorit kami berdua untuk sarapan pagi. Sambil mendengarkan alunan lagu-lagu mandarin yang merdu, kami pun bersantap pagi di teras restoran yang memiliki pemandangan indah.

Hisit kau goreng, ca sau pau, kay cak, bacang ketan, ubur-ubur telur item, chao ceu fen kwo, ham soy kok, dan coctail tahu yang terhidang di meja kami begitu menggugah selera makan. Apalagi ditemani chinesse tea sebagai minumannya.

Menggunakan sepasang sumpit bambu kami menyantap makanan sepotong demi sepotong dengan nikmat. Udara pagi pengunungan yang sejuk, pemandangan yang indah, makanan yang lezat, alunan lagu yang merdu, dan seorang istri yang cantik menemani sarapan pagi. Lengkap sudah, kenikmatan yang dianugerahkan Tuhan pagi ini.

”Terima kasih Tuhan…”, kata saya dalam hati, mengawali doa sebelum kami mulai menyantap hidangan.

Sesekali diselingi dengan menghirup seteguk chinesse tea yang hangat dan beraroma harum. Kami menikmati sarapan pagi sambil berbincang dari hati ke hati. Terasa begitu nyaman sambil diiringi semilir angin sejuk hawa pegunungan Bandung Utara.

Sudah sebelas tahun usia pernikahan kami, tidak membuat kemesraan diantara kami berkurang. Sampai sekarang secara tidak disadari kami masih saling memanggil dengan sebutan ”Sayang” atau ”Yang”, di mana pun kami berada. Sama seperti saat kami baru bertemu dan masih dalam status pacaran hampir dua puluh tahun yang lalu.

Tujuh tahun masa pacaran, lalu tunangan, ditambah sebelas tahun masa pernikahan tidak membuat kemesraan kami berubah walau pun usia terus bertambah. Hal yang cukup langka, kata banyak orang di sekitar kami. Kami sendiri tidak menyadarinya sampai beberapa orang di sekitar kami berkomentar demikian.

Setelah saya renungkan, ”Mengapa hal ini dapat terjadi pada kami?”.

Ternyata, salah satunya adalah karena kami memiliki cukup banyak waktu untuk dinikmati bersama. Kami juga memiliki banyak waktu untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Kami memiliki banyak waktu untuk menikmati kehidupan, mengantar-jemput anak kami ke sekolah, melakukan hobby kami, dan berbagai kegiatan lainnya yang menyenangkan.

Sementara banyak pasangan suami istri yang kehilangan begitu banyak waktu untuk bersama karena berbagai kesibukan kerja yang harus dilakukan. Kami dapat menikmati kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kami. Mungkin hal itu juga yang merupakan salah satu faktor yang membuat kami selalu tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya.

Mengapa kami memiliki banyak waktu?

Karena kami bukanlah pekerja, tetapi kami adalah pengangguran! Tetapi bukan pengangguran biasa, karena kami adalah pengangguran entrepreneur!

Kami memiliki beberapa usaha kecil yang telah dapat memberikan passive income. Kami tidak harus turun tangan sendiri untuk mengerjakan usaha tersebut saat ini. Tetapi beberapa usaha yang kami rintis beberapa tahun yang lalu tersebut telah berjalan dengan sendirinya dan dapat menghasilkan income secara terus menerus untuk kami. Inilah yang disebut dengan passive income.

Walau pun passive income itu belum bisa membuat kami kaya raya secara financial saat ini, tetapi telah dapat mencukupi semua kebutuhan kami walau pun kami tidak bekerja. Sehingga kami tidak harus berjerih-payah lagi mengejar materi untuk kehidupan kami sehari-hari.

Kebetulan, kami juga tidak pernah bercita-cita menjadi orang yang kaya secara financial. Kami lebih memilih menjadi orang yang dapat menikmati kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan dan menjadi ”kaya” secara non financial, seperti kaya akan kebaikan, kaya akan sahabat, kaya akan waktu bebas, kaya akan kebahagiaan, kaya akan keharmonisan, dan kaya akan berbagai hal lainnya yang bersifat non materi. Karena bagi kami, kekayaan materi hanyalah salah satu dari puluhan kekayaan yang harus dimiliki setiap orang untuk dapat hidup berbahagia.

Coba anda bayangkan…

Jika saja lebih dari satu juta pengangguran di Indonesia dapat diubah menjadi lebih dari satu juta pengangguran entrepreneur? Walau pun entrepreneur skala usaha kecil, dampaknya bagi perekonomian Indonesia akan luar biasa!

Jika banyak keluarga menjadi entrepreneur, maka akan muncul keluarga-keluarga yang lebih sejahtera dan relatif lebih berbahagia dalam kehidupannya. Mereka akan menghasilkan keturunan generasi penerus yang lebih tangguh karena orang tua akan memiliki banyak waktu untuk membimbing anak-anaknya.

Ingat, pilar sebuah bangsa adalah keluarga! Keluarga-keluarga yang kokoh akan menghasilkan masyarakat yang luar biasa. Masyarakat yang luar biasa akan membentuk bangsa yang hebat luar biasa!

Indonesia di masa mendatang memiliki harapan untuk menjadi bangsa yang hebat luar biasa! Jika saja keluarga-keluarga kecil yang merupakan elemen terkecil di masyarakat dapat menjadi keluarga-keluarga yang kokoh. Dan hal itu bisa diwujudkan mulai dari keluarga anda!

Hidup hanya Sekali!

Masa kecil, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua hanya dialami sekali. Tidak dapat diulang dan tidak dapat dibeli. Oleh karena itu, jangan sia-siakan waktu hidup anda hanya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja, seumur hidup mencari uang, uang, dan uang! Banyak hal yang lebih berharga daripada uang, salah satu diantaranya adalah waktu. Uang dapat dicari tetapi waktu tidak dapat dibeli.

Raihlah passive income! Itulah yang selalu saya ajarkan di Sekolah Bisnis Gratis USB. Sekolah gratis kewirausahaan yang saya dirikan di Bandung untuk membantu banyak generasi muda untuk belajar mendapatkan passive income melalui entrepreneurship.

Jadilah entrepreneur! Bukannya pekerja! Itu kalau anda ingin mendapatkan kualitas hidup anda lebih baik dan menikmati kehidupan ini dengan lebih menyenangkan…

Saya dan istri saya bercita-cita untuk menciptakan lebih banyak lagi generasi muda entrepreneur dalam waktu dekat ini sebagai solusi krisis ekonomi global dan tingginya tingkat pengangguran sarjana. Oleh karena itu kami bersepakat untuk menggunakan waktu kami yang banyak saat ini untuk bekerja keras mewujudkan cita-cita kami. Kami akan membimbing sebanyak mungkin generasi muda intelektual untuk menjadi entrepreneur usaha kecil dan menengah.

Lebih dari dua ratus mahasiswa ITB, UNPAD, UPI, UNPAR, UNPAS, UIN, Maranatha, dan berbagai universitas lainnya di Bandung yang saat ini sedang kami bimbing menjadi entrepreneur secara gratis di Sekolah Bisnis Gratis USB terasa masih belum mencukupi mengingat tingginya tingkat penggangguran sarjana saat ini. Kami ingin membantu lebih banyak lagi.

Maka pagi ini kami memutuskan akan menerima permintaan-permintaan membuka kelas kewirausahaan USB secara gratis di kampus-kampus beberapa universitas di Bandung yang ingin bekerjasama dengan Sekolah Bisnis Gratis USB. Walau pun untuk itu waktu kami akan tersita banyak, kami ikhlas berkorban agar lebih banyak lagi tercipta generasi muda entrepreneur. Mereka yang akan membentuk keluarga-keluarga yang kokoh di masa mendatang dan menjadi generasi penerus bangsa ini. Kami berharap agar mereka dapat menjadi generasi pemimpin dan pengelola negeri ini menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Demikianlah saya menyelesaikan sarapan pagi yang romantis bersama istri tercinta karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat delapan menit. Sekarang saatnya untuk kami pergi kembali ke sekolah menjemput putri bungsu tercinta. Dan berarti selesai pula lah saya mengetik artikel ini di komputer note book untuk langsung saya kirimkan via mobile modem ke website populer yang akan menayangkannya.

Jari telunjuk saya menekan tombol ”send” bersamaan dengan satu tegukan terakhir chinesse tea yang nikmat.

*( Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor Entrepreneur, Inspirator & Motivator, Software Engineer & Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”] Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id atau kunjungi websitenya www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com

Untuk Menjadi Entrepreneur Perlu Dilatih

Di masa tuanya, Ciputra, pelopor industri properti Indonesia, hendak mengabdikan waktu dan pikirannya untuk menumbuhkan jiwa-jiwa entrepreneur di kalangan muda. Sekolah yang didirikannya, dari sekolah dasar hingga menengah atas, kini mulai menekankan pendekatan kewirausahaan kepada para anak didik sejak dini.
Pada Universitas Ciputra di Surabaya bahkan dilekatkan moto "The School for Entrepreneurs". Pak Ci juga tengah bersiap mendirikan Ciputra Institute Entrepreneurship yang diharapkan menjadi resource center untuk pembelajaran kewirausahaan. Selain itu, ia telah menelurkan beberapa buku kecil untuk menyebarkan semangat berwiraswasta.
Lelaki yang memasuki usia 76 tahun ini mencemaskan kurangnya jumlah wirausahawan di Tanah Air. Ia meyakini paling tidak 10% orang Indonesia sebetulnya berbakat menjadi pengusaha dan mampu menciptakan lapangan kerja. Tetapi, karena mereka tidak tumbuh dalam iklim yang kondusif (pegawai atau profesional dianggap memiliki masa depan yang lebih aman, misalnya), hanya sedikit yang benar-benar menjadi pengusaha. Mengutip ahli pendidikan kewirausahaan David McClelland, dalam salah satu bukunya Ciputra mengungkap setidaknya 2% dari rakyat sebuah negara harus menjadi entrepreneur agar bangsa tersebut dapat menikmati kemakmuran.
Belum lama ini, Andrianto Soekarnen dan Parlindungan Sibuea dari Business-Week Indonesia mewawancarai Ciputra di kantornya di bilangan Kuningan, Jakarta. Sebagaimana biasa, Pa Ci sangat antusias dan bersemangat berdiskusi soal kewirausahaan. Lelaki dengan sembilan cucu itu masih juga energik dan berpikiran tajam, buah dari terus bekerja hingga tua. Berikut ini petikan interviu tersebut.

Apa yang melandasi niat Pak Ci mendorong pengembangan kewirausahaan?
Untuk kemajuan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang, kita sangat membutuhkan penambahan jumlah entrepreneur. Berbagai riset dan studi telah membuktikan bahwa pertumbuhan jumlah wirausahawan memiliki kaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi.

Apa saja kegiatan konkret yang Pak Ci lakukan untuk itu?
Pertama, saya mendirikan Universitas Ciputra yang memiliki tema utama entrepreneurship. Tujuan kami sangat jelas, yaitu creating world-class entrepreneurs melalui jalur pendidikan. Setiap mahasiswa dari jurusan apapun mendapat pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan. Kami mengutamakan praktik lapangan. Yang kedua, kami sedang menyusun dan menguji coba sebuah pembelajaran entrepreneurship yang dapat dilaksanakan dari jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah menengah umum pada sekolah-sekolah di lingkungan Grup Ciputra. Ketiga, kami tengah mempersiapkan dan mengkaji pendirian Ciputra Institute Entrepreneurship atau CIE. Ini adalah sebuah resource center untuk pembelajaran entrepreneurship bagi dunia pendidikan.

Yang kerap menjadi pertanyaan, apakah kewirausahaan bisa diajarkan? Atau, ia sebetulnya bakat bawaan?
Entrepreneurship bisa diajarkan bagi mereka yang mempunyai bakat. Kalau mereka lahir tanpa bakat, memang susah. Ini seperti menjadi penyanyi, perlu punya bakat. Masalahnya, di Indonesia, begitu banyak orang mempunyai bakat terbuang sia-sia karena tidak dididik dengan baik. Saya kira paling tidak ada 10% orang Indonesia yang berbakat menjadi entrepreneur. Tetapi, karena tak pernah dididik, dilatih, dan diberi kesempatan; mereka tidak berhasil menjadi entrepreneur.

Dapatkah kita mengenali orang berjiwa entrepreneur sejak kecil?
Ada kalanya sejak kecil sudah terlihat. Ada kalanya ketika dewasa baru terlihat. Bisa saja ketika sekolah di tingkat dasar ia seperti biasa-biasa saja. Tetapi, saat dirinya sekolah menengah, kemampuan entrepreneurship-nya muncul.

Menjadi pengusaha di Indonesia tidaklah mudah. Iklim bisnis tak banyak mendukung. Mendirikan perusahaan baru saja sulitnya bukan main.
Hambatan dalam pendirian perusahaan baru memang harus dihilangkan. Apabila hambatan-hambatan itu hilang, entrepreneur pemula akan lebih banyak yang mencoba masuk. Ini pasti akan meningkatkan jumlah entrepreneur Indonesia. Memang, sekarang ini sangat banyak hambatan. Tetapi, kita jangan putus asa. Kita harus terus berjuang untuk memajukan bangsa.

Apa saja problem utama kewirausahaan di Tanah Air?
Sedikitnya terdapat empat masalah. Pertama, informasi tentang profesi entrepreneur belum tersebar merata di tengah-tengah masyarakat. Kedua, wirausaha belum mendapat penghargaan yang layak sebagai sebuah profesi yang penting dan membanggakan. Ketiga, tidak banyak orangtua yang memperkenalkan, mempromosikan, dan melatih entrepreneurship kepada anak-anak mereka. Keempat, masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam sistem perundangan dan peraturan sehingga menghambat proses entrepreneurship. Lalu, ada pula sederet hambatan lain; yakni hambatan mental, moral, karakter, fisik, tradisi, dan hambatan yang kita ciptakan sendiri seperti birokrasi.

Apa contoh hambatan mental yang Anda maksud?
Sederhana saja. Kalau sejak kecil tidak ditanamkan bahwa menjadi entrepreneur adalah hebat, itu sudah jadi mental block tersendiri. Apalagi kalau dikatakan bahwa entrepreneur itu sama dengan penipu, mental block-nyaakan semakin berat. Kalau orangtua atau guru mengatakan jangan jadi pedagang, itu berbahaya. Kita tabu bahwa ungkapan seperti itu sangat umum di Indonesia. Lalu, seorang entrepreneur juga merupakan risk taker. Kalau sejak kecil tidak dibiasakan untuk mengambil risiko, seseorang akan susah pada masa berikutnya. Contoh sederhana risk taking adalah berani berkomunikasi di depan orang. Ia mesti dilatih memecahkan masalah sendiri. Ia harus berani menjual. Di sekolah-sekolah kami, keberanian semacam itu dilatih. Untuk menjadi entrepreneur yang hebat perlu sebuah proses pembelajaran. Harus pula diingat bahwa seorang entrepreneur pada dasarnya adalah opportunity seeker. Dalam setiap masalah, ia selalu punya ide.

Inti entrepreneurship adalah ide. Anda kerap mengulang ungkapan ini.
Ya. Untuk menjadi entrepreneur, yang utama adalah ide dan inovasi. Uang akan menyusul. Saya selalu mengatakan, kalau kita punya ide brilian, uang akan datang. Saya membangun Jaya Group selama 45 tahun bermula dari tanpa uang. Dengan Metropolitan Group, selama 35 tahun, juga awalnya tanpa uang. Dengan Ciputra Group, kini sudah berjalan 25 tahun, juga semula tanpa uang.

Bagaimana kemudian caranya memperoleh kepercayaan orang-orang untuk membiayai ide Anda?
Anda tentu harus mempersiapkan diri dengan ide-ide cemerlang. Saya datang kepada Pak Marno (Soemarno Sosroatmodjo, ketika itu Gubernur DKI Jakarta). Saya katakan saya ingin membangun Kota Jakarta. Waktu itu saya baru tamat kuliah dari ITB. Saya mulai dengan proyek Senen. Saya langsung membuat studi. Untuk mengatasi kebutuhan uang, kami mengajak berbagai pihak, seperti Hasyim Ning, untuk berpartner.
Begitu pula dengan proyek Ancol. Saya datang ke Bang Ali (Ali Sadikin, Gubernur DKI waktu itu) untuk meyakinkan dia. Ia katakan, "Ayo, join dengan saya." Padahal, waktu itu saya tak punya uang. Tetapi, saya melihat opportunity. Mulanya kami membuka tempat rekreasi sederhana. Namanya Binaria. Dari income di situ, kami mulai membangun sarana rekreasi, industri, dan perumahan. Begitu pula ketika saya membangun Metropolitan Group. Saya datang ke Om Liem (konglomerat Liem Sioe Liong). Saya ajak dia membangun Pondok Indah. Mulanya ia tak mau. Saya minta ia meminjamkan uang dan menawarkan join fifty-fifty. Dari hasil usaha, saya bayar utang itu.
Jadi, kalau Anda punya ide cemerlang, banyak investor akan datang. Awalnya Anda mampu membuat dua ekor kambing kecil menjadi lima ekor. Dengan modal kemampuan itu, Anda bisa datang ke bank untuk meminjam uang. Anda yakinkan mereka bahwa Anda bisa menjadikannya puluhan ekor. Setelah diberi pinjaman bank, Anda akhirnya bisa menernakkan kambing menjadi ribuan ekor.

Apakah semua orang punya akses seperti Anda, misalnya untuk bertemu Bang Ali atau Om Liem?
Semua orang bisa diakses. Tergantung kemampuan Anda. Yang menentukan berhasil atau tidaknya adalah Anda sendiri. Kalau Anda sendiri takut, tak percaya diri, tidak bersemangat, dan tak mau ambil risiko, ya susah. Hal ini berulang kali saya katakan kepada para mahasiswa.

Dikutip dari BusinessWeek Indonesia, Januari 2007

Entrepreneur

Banyak sekali dari teman saya yang ketika saya tanya, “Setelah lulus kuliah ini mau ngapain?” menjawab bahwa mereka ingin mempunyai perusahaan sendiri. Entrepreneur gitu. Mereka bisa sukses meniti karir dimana kendali ada di tangannya. Mereka kaya berlumuran harta. Pada akhirnya mereka mencapai apa yang disebut financial freedom. Yup! Uang tidak mengejar-ngejar kita. Bahkan uang itu sendiri yang ngintil kemana kaki kita melangkah. Dimana bumi dipijak, disitu uang dijunjung. Atau ”ada gula ada semut”, ada kita ada harta yang ngikut. Hweee...

Perkuliahan (wah...) kita kali ini bukan bermaksud matree ya. Mempelajari cara memeluk harta melimpah tidak serta merta menjadikan kita haus berat akan harta. Justru dengan mempelajari teknik tersebut, harta duniawi akan relatif lebih mudah untuk ditaklukan yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk kebaikan yang lain.

Menjadi koruptor milyaran adalah pilihan. Menjadi donatur milyaran adalah pilihan. Menjadi presiden adalah pilihan. Menjadi JAMES BON pun juga pilihan. Jagain Mesjid dan Tukang Kebon! ( Wew, ini julukan dari temenku yang rada usil. Menjuluki temen-temen yang aktif di kegiatan Masjid kampus dengan sebutan nyentrik ini). Banyak sekali pilihan dalam hidup ini. Sementara, menjadi pengusaha milyaran adalah impian. Entah dengan usaha rumah makan atau bisnis rumahan. Yang penting bukan bisnis haram nan menyeramkan!

Dalam kancah dunia pasca kampus, ranah persilatan ini bisa dibagi menjadi tiga yaitu Private Sector, Public Sector, dan Third Sector. (sebenernya ada satu lagi, yaitu Marriage Sector. Hwaaa..) Nah, terminologi entrepreneur ini masuk ke private sector.

Memulai bidang entrepreneur tidaklah mengharuskan kita melepaskan potensi-potensi kita yang menunjang sektor lain. Misalnya, kita pintar dalam bidang matematika rekayasa dan terapan. Salah satu mata kuliah yang bikin mahasiswa ITS kadang mencak-mencak kalo mau ujian. Sementara dalam dunia bisnis, kepakaran ini tidak semenarik ketika kita bisa menyelesaikan satu soal Matematika terapan yang sedikit lagi membuat puyeng kepala. Nah, kita tidak boleh memandang remeh kemampuan dalam hal yang tidak terkait langsung dengan entrepreneur tersebut. Tapi marilah kita mengambil kebaikan dari hal itu yang tidak terukur nilainya. Dengan bersungguh-sungguh menguasai mata kuliah itu, maka sebenarnya kita terlatih untuk bersikap pantang menyerah – salah satu skill wajib entrepreneur. Mungkin dengan kepakaran dalam matematika itu, kita bisa dijadikan asisten dosen. Kemudian disuruh gantikan dia untuk mengajar para junior. Dapet tambalan uang saku. Itung-itung dapet kenalan mahasiswa yang bokapnya pengusaha batu bara. Wah, semangat belajar matematika jadi menyala-nyala. Setaon dua taon jadi menantunya...weleh...lebay!!!

Entrepreneur itu sendiri merupakan keahlian yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Namun jika dipelajari dan dicoba diterapkan maka siapa saja bisa menjadi. Lapangan kerja yang sudah establish di setiap negara mempunyai limit sementara bidang wirausaha sangat terbentang luas.

Masih inget kan krisis moneter 1998? Perusahaan-perusahaan besar penuh dengan polesan utang akhirnya ambrol juga pertahanannya. Sementara usaha mikro terus bergeliat. Memutar uang yang terbatas untuk bertahan. Bertahan hingga perekonomian nasional kita tak luluh sehancur-hancurnya. Usaha mikro inilah merupakan representasi awal dari semangat entrepreneur yang nantinya bisa menjadi usaha makro. Sehingga, pemikiran kita harusnya berusaha bagaimana menjadi seorang entrepreneur.

Tips sederhana (saya peroleh dari al-akh yang hobi entrepreneur) yang bisa digunakan untuk menjadi seorang entrepreneur adalah prinsip ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Pun hal ini bukan harga mutlak. Namun selalu ada benang merah dari aneka teori memulai entrepreneur.

  1. Amati

Dalam memulai sebuah bisnis, pengamatan terhadap berbagai hal terkait dengan bisnis yang akan digeluti harus cukup. Sehingga perlu berbagai disiplin ilmu untuk mendukung akurasi dan analisa dalam proses “Amati”. Kita perlu sering-sering cuci mata dalam pengertian positif. Bukan yang bermakna melototin cewe2 ataw brondong2 di mall. Apalagi cuci mata pake sabun! Bersih, bersinar…. Sunlight!!!

Mata kita harus awas. Melirik, mendelik, melotot juga ga papah. Mata elang sepertinya cocok untuk mewakili kecermatan dalam mengamati peluang bisnis. Setelah itu dianalisa tentang kemungkinan prospek dan profit di masa depan. Selanjutnya...

  1. Tiru

Bisnis yang sudah diamati dengan seksama sebisa mungkin ditiru. Dengan meniru maka kita (hampir) sama saja dengan menjalankan bisnis yang kita tiru tersebut. Meniru bisnis orang lain, haruslah dipikir secara tepat. Jangan sampai mengambil hak cipta orang lain. Oleh karena itu diperlukan tips selanjutnya yaitu...

  1. Modifikasi

Dalam tahapan ini kita melakukan pengembangan bisnis yang sudah kita jalankan, agar kita setingkat lebih maju dari bisnis yang kita tiru. Dengan ini diharapkan kita memiliki diferensiasi dalam produk maupun pemasarannya, Dan tentu harapannya adalah kita bisa meningkatkan pendapatan bisnis yang kita jalankan.

Tips lain yang ga kalah serunya adalah BODOL (Berani Optimis Duit Orang Lain. Bukan borong dodol! Kekeke..). Sikap untuk menjadi entrepreneur harus didahului dengan sikap berani dalam mengambil suatu resiko dan tanggung jawab. Untuk mendapatkan modal kerja tidak selamanya harus menggunakan dana pribadi, namun bisa dilakukan dengan cara joint venture, atau prinsip kerjasama antara pelaku bisnis dengan investor. Dengan kata lain kita harus berani menggunakan uang orang lain untuk bisnis kita yang nantinya bisa profit sharing dengan para pemodal jika bisnis kita berhasil.

Adapun optimisme sangatlah perlu untuk ditanamkan dalam setiap benak mereka yang mau berwirausaha karena hal tersebut akan menumbuhkan semangat dan jiwa pantang menyerah.

Alhamdulillah…akhirnya kelar juga bahas tentang entrepreneur ini. Meski saya belum menjadi entrepreneur, namun saya terus memupuk dan menyalakan api optimisme itu. Suatu saat saya pasti bisa. Insya Allah…

Apalagi saya sudah bertekad untuk berusaha membantu masyarakat di sekitar hidup saya dengan memberdayakan mereka. Sudah beberapa kali para tetangga, teman, dan kenalan menaruh harapan lebih pada pundak saya. Suatu saat agar mereka bisa hidup lebih adil dan sejahtera. Keadilan Sejahtera dong! Jadi kampanye, brooo! Kekeke…

Tidak Sekedar Teori Untuk Menjadi Entrepreneur

Kalau hanya berfikir untuk menjadi pegawai saja setelah lulus kuliah, maka akan sangat sulit. Sebab tiap tahunnya setiap universitas menghasilkan kompetitor-kompetitor yang jumlahnya tidak sedikit.

Seperti diungkapkan oleh Saptarini, SH, MM dalam pemaparan materinya di kegiatan Seminar Bisnis yang diadakan di aula auditorium gedung D FISIP, Kamis (15/05). Ia juga menjelaskan bahwa menjadi seorang enterpreneur menjadi pilihan alternatif yang sangat bagus sekarang ini.

”Mau kemana kita setelah kuliah? Biasanya ini pertanyaan yang sering ditujukan mahasiswa di setiap kesempatan pada seminar semacam ini.” tutur Saptarini yang juga merupakan pemilik dari SaptaConsultant yang bergerak di bidang konsultasi bisnis tersebut menjelaskan.

Ditambahkan oleh Saptarini bahwa ide untuk mendapatkan peluang bisa didapat dimana saja dan kapan saja. Yang diperlukan ialah kemampuan untuk mengasah kepekaan dalam mellihat peluang-peluang tersebut. Serta kalau sudah didapat segera diskusikan dengan ahlinya supaya bisa segera dilakukan realisasi.

Seminar Bisnis yang bertema “Membangun Jiwa Intelektualitas Bisnis Masyarakat Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi” ini selain menghadirkan Saptarini, SH, MM juga menghadirkan Bambang Adhyaksa (entrepreneur) dan Drs. Aries Wijayanto, HS (Direktur Utama SIGER TV).

Kegiatan yang termasuk dalam rangkaian kegiatan Bussiness Expo 2008 ini juga akan mengadakan kegiatan penyuluhan narkoba, donor darah, lomba model bisnis cilik, festival musik serta Young Enterpreneur Competition.

Bicara tentang entrepreneur tentunya sangat menyenangkan apalagi kalau menyangkut Success Story dari orang-orang besar yang meraup sukses besar dari dunia wirausaha. Diantara deretan orang sukses tersebut adalah Ir. Ciputra yang saya sebut sebagai Master Entrepreneur Indonesia, yang hari-hari ini sangat intensif usahanya untuk membangkitkan jiwa entrepreneurship di negeri tercinta ini. Diantara ulasan-ulasan cerdasnya bisa kita lihat di harian Jawa Pos setiap hari rabu kalau tidak salah.

Beliau pernah menyampaikan bahwa menjadi entrepreneur itu sangat mudah. Karena tugas entrepreneur itu diantaranya adalah meningkatkan nilai atau value dari suatu produk ataupun potensi yang menyangkut barang dan jasa. Dan itu semua sudah barang tentu potensinya sudah kita miliki ataupun ada di sekitar kita. Bahkan saking dekatnya potensi itu, kita sedikit lupa untuk meliriknya sehingga seperti ungkapan : ”gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak”.

Ada tiga modal dasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar menjadi entrepreneur sukses, yaitu : memiliki keinginan besar, selalu bekerja keras dan memiliki keyakinan kuat. Kalau seseorang sudah memiliki tiga modal dasar ini maka niscaya dia akan selalu menemui kesempatan yang akan mengantarkannya ke gerbang kesuksesan. Siapkah Kita menyambut kesuksesan Kita hari ini dan di masa mendatang ?

KEINGINAN BESAR

”Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia, sampai lelah sampai engkau meraihnya.” (petikan bait lagu Laskar Pelangi – Nidji)

Kalaulah dulu Bill Gates tidak memiliki mimpi besar bahwa ”dia akan melihat setiap PC ada disetiap rumah dan memakai program windows”, tentunya dia tidak akan pernah mencium suksesnya saat ini yang mengantarkannya menjadi orang terkaya dunia. Maka saat ini bisa kita lihat bagaimana Bill Gates dengan Microsoftnya telah berhasil mengembangkan program perangkat lunaknya di negara manapun.

Kalaulah Richard Branson tidak memiliki ”keinginan untuk selalu menjadi yang paling unggul”, maka dia tidak akan pernah bisa mengembangkan bendera ”Virgin Group” yang merupakan salah satu merek gaya hidup ternama, terpercaya, dan paling dinikmati oleh jutaan orang di dunia. Dan dengan mimpinya itulah yang mengantarkannya menjadi salah satu orang terkaya dunia versi majalah Forbes tahun 2008, dengan perkiraan kekayaan sekitar US$ 2.4 trilyun dan juga menjadi satu-satunya orang di dunia yang telah berhasil membangun perusahaan senilai tujuh milyar dolar di tujuh sektor yang berbeda.

”Orang yang sukses adalah orang yang memiliki mimpi dan keyakinan bahwa mimpi itu akan dapat terjadi berapapun harga yang harus ia bayar”

Dan kita juga bisa melihat bagaimana impian besar seorang tukang sapu yang punya keinginan naik haji akhirnya menjadi kenyataan, meskipun dengan penghasilan yang tidak begitu besar.

Jadi, mumpung belum terlambat segera bertanyalah kepada diri kita, apa mimpi besar kita hari ini ?

KERJA KERAS

Orang sukses, selain memiliki impian atau keinginan besar, dia juga fokus untuk selalu mengejar mimpinya, apapun itu. Dia selalu bertanggung jawab untuk mewujudkan mimpinya dengan selalu mencari cara dan peluang untuk meraihnya.

Kalaulah Thomas Alfa Edison berhenti melakukan percobaan, maka dia pasti tidak akan menjadi penemu lampu pijar. Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9,998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang.

Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya : Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab : “SAYA SUKSES, KARENA SAYA TELAH KEHABISAN APA YANG DISEBUT KEGAGALAN”. Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang dan itu tidak membuatnya putus asa.

Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab : “DENGAN KEGAGALAN TERSEBUT, SAYA MALAH MENGETAHUI RIBUAN CARA AGAR LAMPU TIDAK MENYALA”.

Nah, siapkah kita berkorban untuk bekerja keras mengejar mimpi kita hari ini juga ?

KEYAKINAN KUAT

Punya mimpi atau keinginan besar dan kerja keras tidaklah cukup untuk mengantarkan kita menjadi entrepreneur sukses seperti Ir. Ciputra. Kita harus mempunyai keyakinan kuat terhadap apa yang kita inginkan dan potensi yang kita miliki. Mari kita tengok sejenak bagaimana Adam KhooJeff Bezos dan menggapai sukses dengan keyakinan yang kuat.

Adam Khoo sukses salah satunya karena ia merubah keyakinannya. Ketika ia dicap bodoh, ia yakin bahwa ia bodoh. Ia pun melakukan hal-hal bodoh. Terlalu banyak nonton TV dan main games.

Tapi hasil pelatihannya menunjukkan bahwa keyakinan itu salah besar. Ia pun mulai membangun keyakinan yang benar. Keyakinan yang benar itu adalah bahwa ia justru orang yang sangat cerdas. Ia pun meninggalkan tindakan bodohnya. Ia melakukan hal yang benar. Hasilnya luar biasa, Adam bisa merubah peringkatnya, dari peringkat 10 terburuk jadi terbaik.

Apa impian Jeff Bezos sampai berani meninggalkan karir cemerlangnya di DE Shaw & Co ? Bisnis online ! Ia tertarik mencoba membangun sebuah bisnis berbasis internet yang diyakininya sebagai bisnis menjanjikan. Keyakinan tersebut timbul saat ia mengetahui satu data statistik mengenai pertumbuhan internet yang mencapai angka 2.300 % per tahun. Dari situ ia percaya bahwa internet adalah ladang bisnis masa depan.

Bersama istrinya yang berprofesi sebagai penulis novel, Bezos mengkonsep sebuah toko buku online yang akan melayani pembeli dari seluruh penjuru dunia. Sehingga tahun 1995 Jeff Bezos resmi meluncurkan Amazon.com. Saat itu usianya baru menginjak 30-an tahun. Ternyata perkembangan Amazon di luar dugaan. Toko buku virtual itu menjadi situs yang paling banyak dikunjungi dan buku-buku yang dijual selalu laris-manis. Kini Amazon tak hanya menjual buku, tapi juga DVD, jam tangan, sepatu, sampai pakaian dan beragam aksesoris lainnya.

Nah, kini Anda sudah tahu siapa Jeff Bezos, bukan ? Berangkat dari satu keyakinan bahwa internet adalah ladang bisnis prospektif ia berhasil mengubah ide sederhananya menjadi bisnis bertaraf internasional. Amazon.com telah mengubah taraf hidupnya menjadi jauh lebih baik lagi. Boleh dibilang Amazon adalah mesin uang tangguh yang terus-menerus memberikan pemasukan tanpa henti selama 24 jam sehari 7 hari seminggu. Tak peduli Bezos sedang makan atau tidur, Amazon terus beroperasi menggemukkan pundi-pundi uangnya.

Itulah hebatnya keyakinan.  Itu pula sebabnya mengapa semua orang sukses mempunyai keyakinan seperti Adam Khoo dan Jeff Bezos.  Keyakinan yang benar dan kuat. Karena itu, mulai sekarang, bangunlah keyakinan yang benar. Apa pun, siapa pun, bagaimana pun situasi dan kondisi anda. Anda bisa sukses.  Saya malah yakin, setiap kita ditakdirkan untuk sukses.

Keyakinan juga harus kuat. Keyakinan salah tapi kuat akan mengalahkan keyakinan benar tapi lemah. Misalnya kita yakin bahwa kita bisa sukses. Tapi orang-orang sekeliling kita mengatakan sebaliknya. Nah, mana yang lebih kuat pengaruhnya?  Keyakinan benar kita atau keyakinan salah orang-orang di sekeliling kita ?  Bila kita tetap bertahan pada keyakinan kita, berarti keyakinan kita kuat.  Bila kita mengikuti orang-orang di sekeliling kita, berarti keyakinan kita yang benar itu ternyata lemah.


Bagi sebagian orang, entrepreneurship adalah sebuah hal baru. Banyak orang yang membutuhkan bimbingan dan iluminasi lebih mengenai entrepreneurship. DR (HC). Ir. Ciputra, sebagai founder Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC)  membuka kesempatan emas bagi anda untuk mengajukan pertanyaan seputar entrepreneurship kepada beliau. Dengan pengalaman entrepreneurial yang telah teruji lintas generasi, Ciputra akan berbagi pemikiran, semangat serta strategi jitu dalam penerapan entrepreneurship.

 

Bagi anda yang berminat untuk mengajukan, silahkan mengisi form Contact Us dengan subject "Pertanyaan untuk Ciputra". Tim kami akan melakukan seleksi dan pertanyaan yang terpilih akan dijawab langsung oleh Ciputra dan ditampilkan di website ini.

Sugiyanto - STPMD Yogya

Pertanyaan: 
Bagaimana mengubah mental seorang pelayan menjadi boss?

 

Ciputra menjawab :

Saya teringat beberapa contoh pelayan yang menjadi CEO. Kuncinya dia punya semangat. Harus punya semangat dan keinginan mental sebagai boss. Kalo anda punya mental, maka harus anda tanamkan ahar semangat tetap ada. Banyak juga seorang bos yang bermental pelayan, tetapi ada juga seorang pelayan bermental boss. Jadi sebagai dosen Anda harus bisa menumbuhkan semangat tersebut dari murid-murid.

Patemah S.Sit - STIKES Widyagama Husada Malang

Pertanyaan: 
Mulai usia berapa jiwa entrepreneurship ditanamkan pada seseorang agar punya jiwa wirausaha dalam hidupnya?

Apakah kalau dimulai di usia dini akan mempengaruhi tumbuh kembang seseorang di masa datang?

 

Ciputra menjawab :

Sedini mungkin, kalau bisa dari TK. Saya mempunyai anak-anak, sejak kecil saya mengajak mereka melihat usaha saya. Saya harapkan pemerintah membuka TK untuk memulai program entrepreneurship. Kalau hanya dengan belajar menghafal saja bagaiman Anda mau kreatif? Pemerintah harus membantu sejak dini, mulai dari usia 4 th menggunakan sistem kreatif, agar dapat terjun menjadi entrepreneur sehingga mandiri.

Dosen Universitas Islam Makassar

Pertanyaan: 
Dorongan seperti apa yang harus diberikan kepada mahasiswa agar mereka berminat untuk mengelola hasil-hasil pertanian dan bukan hanya mengejar lowongan unutuk menjadi pegawai negeri sipil semata?

 

Ciputra menjawab ;

Kami anjurkan semua perguruan tinggi untuk membangun Entrepreneurship Center seperti Universitas Ciputra membangun Entrepreneurship Center yang diketuai oleh Sdr. Antonius Tanan (Presiden UCEC). Karena disitulah menjadi otak dan jatung dari Universitas. Dari situlah Anda menciptakan semua rencana Anda. Kurikulum, sistem-sistem Anda sebarkan bukan hanya di universitas Anda tapi Anda datang ke instansi garmen, pelaku bisnis, pemerintah kalau tidak Anda datang pada rektor Anda.

 

Anda harus berjuang terus seperti kami menyakinkan para menteri, dirjen-dirjen bagaimana dan apa yg kami lakukan. Karena itu ciptakan entrepreneurship, bukan hanya untuk mahasiswa tapi untuk masyarakat. Tidak ada tempat lain universitas atau sekolah untuk menjadi tempat episentrum. Karena itu kami berharap tiap universitas mempunyai entrepreneurship center. Dan sekarang Anda ambil kesempatan untuk menjadi berani, jangan takut datang pada rektor, seperti kami datang pada menteri-menteri untuk meyakinkan.

Kustiadi Basuki – Univ. 17 Agustus 1945 Jakarta

Pertanyaan: 
Bagaimana mengembangkan mata kuliah di institusi saya, kalau mereka kurang mendukung?

 

Ciputra menjawab :

Mulailah dengan menjadi dosen entrepreneurship yang menarik, buat agar mahasiswa merasa rugi apabila tidak masuk kuliah anda. Dengan audio visual anda dapat membuat perkuliahan menjadi sebuah game yang menarik. Atau dengan mendatangkan testimoni dari entrepreneur, atau undanglah sosok yang tidak jauh dengan mahasiswa. Dengan yang adanya panutan yang lebih muda dan seumuran, maka mahasiswa tidak akan merasa jauh berbeda dan lebih percaya diri.

Enik L - STIKET Bethesda

Pertanyaan: 
Pak Ci, Entrepreneurship model seperti apa yang pas di bidang keperawatan?

 

Ciputra menjawab :

Bu Enik, dirikan klinik perawatan lalu Anda buat franchise maka anda akan menjadi pencipta franchise pusat-pusat keperawatan. Anda bangun suatu model dan suatu sistem yang baik. Anda bisa menyebarkannya ke seluruh Indonesia. Anda tahu, Singapore punya ratusan sistem franchise, Indonesia punya 230 franchise tetapi tidak ada satupun yang menjangkau keluar negeri.

D. Made Dhasmawati – UHAMKA

Pertanyaan: 
Bagaimanakah memfokuskan dan membawa siswa kita kepada budaya entrepreneurship?

 

Ciputra menjawab :

Untuk merubah mind set menjadi budaya, sulit karena dosen sudah mempunyai mind set sendiri, maka Anda jangan jemu harus terus menerus merubah mind set Anda menjadi entrepreneurship. Jangan jemu-jemu menularkan entrepreneurship, seperti yang telah dilakukan kami pada Universitas Prasetiya Mulya dan Universitas Tarumanagara, sampai akhirnya para pengelola & rektor Univ. Tarumanagara setuju untuk memasukkan entrepreneurship jadi subject dalam program S1 & S2 (MM).
Obama akan mengadakan summit tentang entrepreneurship. Grup Ciputra mengusulkan kepada pemerintah Indonesia agar summitnya diadakan di Indonesia. Usul ke-dua adalah kalau Amerika menjadi Centre of Entrepreneurship untuk negara maju, maka Indonesia akan ajdi Centre of Entrepreneurship bagi negara berkembang. 

Dwi Wahyu S. (Univ. Soerjo Ngawi)

Pertanyaan: 
Bagaimana pendapat Bapak tentang kondisi dimana produk-produk China membanjiri pasar di Indonesia menggeser pasar produk-produk Indonesia?

Dan apa saran bapak untuk para pengusaha kecil dalam menghadapi persaingan pasar dengan produk-produk China?

 

Ciputra menjawab :

China adalah negara entrepreneurship dan tidak pernah dijajah, selalu bermental kreatif atau entrepreneurship. Produknya sejak 200 tahun yang lalu sudah menguasai Indonesia. Saran yang bisa saya berikan adalah kita dapat mulai melatih bangsa Indonesia untuk bisa bersaing dengan China. Mental bangsa kita perlu dijadikan mental entrepreneurship. Ciptakan sarjana pencipta lapangan kerja dengan mengubah sistem Indonesia. Pemerintah juga harus berjiwa entrepreneurship, seperti Ali Sadikin (mantan Gubernur Jakarta). Pengajar harus bisa mengubah anak-anak menjadi entrepreneur. Entrepreneurship dapat mengubah bangsa menjadi lebih maju.

Dewi AS – Univ. Dian Nuswantoro

Pertanyaan: 
Bagaimana bentuk konkret membangun jiwa entrepreneurship yang mampu mengentaskan kemiskinan?

 

Ciputra menjawab :

Pertama mulai dengan bercita-cita bahwa Anda perlu membantu orang-orang yang susah, sekaligus meningkatkan makna hidup sendiri. Dari mimpi membantu orang lain maka jika Anda kembangkan terus maka hidup Anda akan menjadi arti. Lakukan perencanaan strategis, Anda kembangkan percaya diri dan semangat untuk kemudian berusaha mengentaskan kemiskinan. Seperti yang baru saja terjadi adalah bom di Ritz carlton dan Marriot, itu karena faktor kemiskinan maka teroris pun muncul.

Retno Hartati (STIM YKPN)

Pertanyaan: 
Bagaimana Bapak mengatasi rasa takut kalau bisnis yang sekarang ada atau sedang dibangun akan bangkrut atau gagal?

 

Ciputra menjawab :

Tiap hari saya memikirikan, perasaan takut itu akan selalu ada. Saya membina 3 usaha: Jaya Group, Ciputra Group, Metropolitan Group. Saya memikirkan semuanya untuk mengatasi itu pada waktu kita sukses pada saat itu juga kita harus mempersiapkan diri utk rugi, saat Anda sukses maka ada saatnya ada berpikir bagaimana merugi karena entrepreneurship saat jatuh harus bangkit kembli. Sewalah penasehat keuangan agar tahu resiko-resiko yang ada.

YB Suwardi – ABFII Perbanas

Pertanyaan: 
Bagaimana mengembangkan kewirausahaan dalam kerangka sistem ekonomi Pancasila (ekonomi campuran)?

 

Ciputra menjawab :

Semua aliran ekonomi harus sangat berguna bagi masyarakat dan demokrasi. Lakukan dengan cara yang bebas tapi penuh kontrol. Seperti di Ciputra Group, kami bebaskan manager project berkreasi tapi tetap kami kontrol dan kami kirimkan auditor. Disertai kontrol tapi kepuasan pribadi diberikan. Semua hal ini didapatkan dari Tuhan Yang Maha Esa, selalu berdoa agar Tuhan berikan hikmat untuk selalu mampu mengerjakan bagiannya dengan baik.


Pertanyaan: 
Bagaimana cara memotivasi diri terus menerus, walaupun telah banyak mengalami kegagalan?

 

Ciputra menjawab :

Dalam buku 'Quantum Leap' disebutkan 10 kali gagal 11 kali bangkit. Waktu saya gagal pada tahun 1998, saya bersyukur karena sekarang saya punya ilmu pengalaman. Saat gagal adalah kebanggaan dari entrepeneur. Karena entrepreneur harus berani mengambil resiko. Jadi kalau gagal, tidak apa-apa. Tetap harus bangkit. Jangan takut gagal dan bangkit kembali.

Dedy (UNIBA Solo)

Pertanyaan: 
Bagaimana solusi bapak agar jiwa entrepreneur bisa dilaksanakan dengan terpadu dan tersenergi menyeluruh pada semua komponen bangsa?

 

Ciputra menjawab :

Kami mengusulkan pada pemerintah, untuk membangun dewan pengembangan entrepreneurship se-Indonesia. Hal ini penting sekali supaya dengan demikian seluruh komponen bangsa menjadi seorang entrepreneur. Secara terpadu seluruh komponen government, bisnis, membangun entrepreneurship. Mari kita ciptakan entrepreneurship putih bukan yang hitam, yang tidak bayar pajak, tipu kiri dan kanan.

Pertanyaan: 
Budaya instan, hidup enak tanpa kerja keras sudah mulai merasuki kalangan mahasiswa, bagaimana cara memperbaiki keadaan ini?

 

Ciputra menjawab :

Banyak cara dari mulai TK ajarkan entrepreneurship, Sekolah Dasar sampai Universitas. Pembelajaran itu bukan menghapal tapi kreatif untuk kesejahteraan bangsa dan keluarga. Di rumah entrepreneurship susah dijalankan karena bukan tempat yang mudah untuk mengubah mind set. Karena kita punya mind set sudah berubah. Untuk menjadi mind set bangsa entrepreneur kita harus merubah menjadi entrepreneur. Budayakan entrepreneurship dan semangat entrepreneurship. Sejak dari sekolah budaya entrepreneurship dimasukkan maka ankan dapat merubah mind set seseorang. Oleh karena itu kita sama-sama Anda punya tanggung jawab dan saya punya tanggung jawab untuk merubah mind set entrepreneurship.

Menjadi  Intrapreneur Dan Entrepreneur
untuk kesekian kalinya, Betti Alisjahabana hadir sebagai narasumber. Selain menjadi narasumber dalam rangka "Dies Natalis ke-57 Ikatan Mahasiswa Arsitektur-Gunadharama ITB", Betti pun menjadi pemateri dalam acara bertajuk "On Being an Intrapreneur and Entrepreneur". Dalam acara terakhir ini, Betti mengangkat tiga topik utama yang akan menjadi bahan diskusi, yaitu Entrepreneurship, Intrapreneurship, dan Interpreneurship; Intrapreneur dan innovative; serta Talk Show on Creative Industry.

Acara interaktif antara Betti dan pengunjung yang umumnya mahasiswa S-1 dan MBA SBM ini dimulai pkl. 13.00 - 15.30 di ruang audiotorium lt. 2 gedung SBM ITB  Betti menjelaskan berbagai macam hal yang menyebabkan seseorang tidak memilih menjadi seorang entrepreneur. Masalah 'funding', 'man power', 'strong backing', 'branding/marketing', dan 'fear' merupakan penghalang yang calon Ketua IA-ITB 2007 ini paparkan. Intrapreneur merupakan seorang entrepreneur di dalam suatu perusahaan. Seorang Intrapreneur berusaha mengungkapkan idenya agar diterima oleh perusahaan tempat dia bekerja dengan cara meyakinkan orang tertentu dalam perusahaan tersebut. Hal tersebut berbeda dengan seorang entrepreneur yang tidak terikat dengan suatu perusahaan. Terdapat juga berbagai kelebihan dan kekurangan tersendiri dari seorang entrepreuner dan intrapreneur seperti yang Betti ungkapkan. Dari segi funding dan branding, seorang intrapreneur akan mendapatkan dana dari perusahaan tempat dia bekerja dan bisa menggunakan brand perusahaan. Selanjutnya, interpreneur, menurut Betti, adalah entrepreneur yang menggunakan internet sebagai tempat dan sarana melakukan perniagaan.

Untuk menjadi seorang entrepreneur, lulusan Arsitektur'84 ini menyarankan agar melakukan usaha yang sesuai dengan keahlian dan apa yang kita sukai.  Berbekal kemampuan tentang teknologi yang Betti dapatkan dari IBM selama lebih dari 23 tahun dipadu keahliannya sebagai seorang arsitek mendorong Betti memadukan antara kreatifitas dari seni, inovasi teknologi, dan entrepreneurship dengan membuat perusahaan creative industry. Dia mengungkapkan begitu banyak orang muda yang berkreasi. Indonesia, menurut Presiden Direktur PT. IBM hingga Januari 2008 ini, cocok berkecimpung dalam bisnis kreatif ini. Tak hanya sekadar berbisnis, Betti pun telah menetapkan diri sebagai seorang "angel investor". "Angel investor", menurutnya, merupakan investor yang melakukan investasi jangka panjang sehingga bisa dijadikan batu lompatan bagi entrepreneur muda dengan melakukan semacam mentoring dan sharing experiences. Hal tersebut terlihat dalam diri Betti dengan adanya perubahan prioritas dalam bekerja menjadi 50% komersil dan 50% sosial.

Ketika ditanya oleh pengunjung tentang tantangan beliau ketika beralih dari seorang intrapreneur menjadi entrepreneur, Betti kemudian memaparkan mengenai sulitnya perizinan mendirikan perusahaan. Salah satu prinsip ketika masih bekerja untuk IBM yang dia pegang betul adalah melakukan sesuai aturan. "IBM sudah lama dan akan lama di Indonesia, salah satu cara adalah jangan melanggar hukum", kenangnya sewaktu mengatasi permasalahan bersama IBM yang telah ia tinggalkan.

Nasehat Betti untuk para entrepreneur muda adalah selalu mengevaluasi kemampuan pribadi dan maksimalkan peluang yang ada. Betti juga menambahkan perihal pentingnya integritas dalam hidup. "Berusaha melakukan yang terbaik dari apa yang telah kita sanggupi untuk lakukan dan selalu memberikan nilai tambah yang lebih dibandingkan orang lain lakukan", ungkapnya.

Pengalamannya terlalu berharga untuk tidak diteruskan. Oleh karena itu, Betti Alisjahbana telah berkomitmen ke depan dengan menjadi dosen corporated interpreneurship untuk mahasiswa S-1 SBM

Buktikan dengan Menjadi Entrepreneur !


Untuk menjadi makmur dan bisa berkontribusi mengatasi masalah pengangguran, kita harus terlebih dulu membangun " kesadaran akan kelimpahan " atau properity consciousness.


       Statistik mengatakan  bahwa dari sekitar 220 juta orang Indonesia, lebih dari 80 juta diantaranya pemuda berusia antara 15 - 40 tahun. Sayangnya dari kelompok pemuda itu sekitar 10 juta tidak produktif alias menganggur. Berangkat dari angka - angka yang sangat fantastis ini, momemtum kebangkitan wirausaha muda harus segera direalisasikan.

       Lalu, bagaimana membantu menyelesaikan kondisi ini? Apakah solusinya adalah meningkatkan akses pendidikan formal? Tidak juga, tuh! Banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Tampaknya dunia pendidikan kita justru menjadi bagian dari problem, bukan bagian dari solusi. Lulusannya banyak yang menjadi pencari kerja. Padahal, total pencari kerja lebih banyak dari lowongan pekerjaan yang tersedia.

      Kunci solusinya adalah memperbanyak orang yang menjadi pencipta lapangan pekerjaan, bukan sekedar orang yang berpendidikan tinggi ! Kabarnya, para alumni sekolah bisnis terkemuka di AS yang berhasil menjadi lulusan top, umumnya akan bekerja sebagai profesor atau konsultan di universitas atau perusahaan konsultan multinasional. Bagi yang sukses, penghasilannya  bisa mencapai  jutaan dollar, per tahun. Bagi lulusan yang nilaimya biasa - biasa saja  justru menjadi presdir perusahaan sekelas Fortune 500 dengan penghasilan setahun bisa mencapai puluhan juta dollar. Lebih hebat lagi, alumni yang hampir tidak lulus, umumnya justru berpenghasilan mencapai ratusan juta dollar karena menjadi entrepreneur pemilik perusahaan, yang notabene merupakan bos dari para presdir itu. Nah, yang terakhir, kalau drop out, paling - paling menjadi Bill Gatesnya Microsoft (orang terkaya di dunia).

       Rupanya semakin sadar seseorang bahwa dia perlu bekerja sama dengan orang lain agar sukses, semakin sukseslah orang itu dibandingkan orang yang terlalu percaya pada kemampuannya dan kurang memberdayakan orang sekitarnya. Itu adalah ciri seorang entrepreneur. Jadi, inilah kunci solusi masalah perekonomian Indonesia : Entrepreneurship

Krisis atau kesempatan ?

       Harga BBM  telah naik dua kali tahun lalu, harga listrik pun tak ketinggalan. Banyak ekonom dan awam teriak krisis. Situasi serba tidak pasti. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif ( pertumbuhan Produk Domestic Bruto atau PDB tahun 2005 sekitar 5,5%) dan di tahun 2006 lalu masih tetap positif sekitar 5,5% juga. Tahun 2006, pemerintah juga memfasilitasi proyek - proyek infrastruktur senilai puluhan triliyun rupiah. Bahkan total nilai PDB Indonesia di tahun 2006  diperkirakan mencapai lebih dari Rp 3000 triliyun ! Suatu peluang yang sangat besar. Minggu - minggu pertama tahun 2006 lalu, pasar saham di Jakarta  justru  bergairah seolah menegak viagra. IHSG beberapa kali mencetak rekor tertinggi baru di atas 1200. Kurs rupiah juga tidak mau ketinggalan menguat mendekati Rp 9000/US$.

Fakta berbicara beda dengan jeritan krisis. Beberapa wirausaha ulung juga tidak setuju bahwa sulit mencari peluang bisnis di Indonesia. Mereka justru merasa terlalu banyak gagasan bisnis dan kekurangan orang yang mau dan mampu menjalankannya. Contohnya saja, sejak harga BBM naik, penjualan kompor briket batu bara melonjak puluhan kali lipat. Bisnis energi alternatif menjadi booming.

Terlihat sekali perbedaan para wirausahawan meyikapi keadaan saat ini dibandingkan orang kebanyakan. Kebanyakan orang memang menjadi bagian dari masalah, sementara para wirausahawan inilah yang membawa solusi. Coba renungkan kembali, misalnya, gelombang PHK tahun 1997 - 2000. Jutaan orang kantoran kehilangan pekerjaan dengan sekejap mata. Namun, banyak pengusaha skala kecil dan menengah masih tetap bertahan, tidak ada yang bisa memecat dan mem-PHK-kan mereka. Para entrepeneur sejati ini malah terus menerus membuka lowongan penghidupan dan kehidupan yang lebih baik tanpa henti bagi dirinya maupun bagi orang lain. Daya tampung tenaga kerja sektor ini tanpa batas, atau istilah kerennya " the sky is the limit "

" There are big differences between living a good life and living a great life." Hidup yang luar biasa adalah manakala kita memiliki kebebasan untuk memilih kehidupan seperti apa yang kita inginkan dan memiliki arti bagi sesama melalui apa yang kita berikan. Menjadi kaya dan hidup berkelimpahan merupakan pilihan. Makmur dan miskin bergantung pada keyakinan kita. Untuk menjadi makmur dan bisa berkontribusi mengatasi masalah pengangguran, kita harus lebih dulu membangun " kesadaran akan kelimpahan " atau prosperity consciousness.

Kesadaran ini harus dibangun terus menerus secara disiplin dan menjadi keyakinan kokoh dalam pikiran bawah sadar kita. Selanjutnya, kesadaran ini akan menuntun kita untuk mewujudkan kemakmuran yang kita impikan. Langkah pertama dalam membangun kesadaran akan kelimpahan atau kemakmuran adalah menanamkan keyakinan baru (prosperity beliefs dalam buku Mind Power karangan John Kehoe) ke dalam pikiran bawah sadar kita bahwa :

  • Alam semesta memiliki kelimpahan dalam segala hal (abundance_kebalikan dari kelangkaan atau scarcity yang diajarkan dalam ilmu ekonomi)
  • Kehidupan adalah menyenangkan dan penuh berkah
  • Banyak peluang yang muncul dalam setiap aspek kehidupan
  • Sukses adalah tanggung jawab kita sendiri.

Jangan hanya ngomong, beraksilah !!!

Untuk merealisasikan keinginan itu dan menjadi entrepreneur sukses, kerangka pikir dengan akronim W.I.S.D.O.M bisa digunakan.

  • W adalah  "watak", artimya kenali kekuatan dan kelemahan kita.
  • I  berarti  "ingin", artinya kita perlu memiliki visi / misi hidup yang  jelas agar  motivasi kita  bisa senantiasa terpelihara.
  • S  adalah  "strategi", artinya setelah mengetahui  posisi kita saat ini  dan arah  yang kita tuju, kita  perlu merancang strategi untuk mencapai  tujuan tersebut.
  • D adalah  "didik", artinya  pembelajaran secara continue. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan kita, tujuan serta strategi yang direncanakan, kita perlu  terus - menerus mengembangkan kekuatan kita dan memperbaiki atau mengurangi kelemahan yang akan mengganggu pencapaian tujuan melalui strategi yang telah dipilih.
  • O  adalah  "otak dan otot", artinya kerja keras dan kerja cerdas. Setelah proses perenungan dan perencanaan, kita perlu segera bertindak, jangan sekedar omong doang alias NATO ( no action, talk only). Laksanakan rencana kita dengan kerja keras dan kerja cerdas. Kerja keras berarti kita harus melakukannya tanpa kenal lelah. Sementara kerja cerdas maksudnya kita perlu mencari jalan agar dampak dari aksi yang kita lakukan bisa berlipat ganda ketimbang metode konvensional.
  • M  adalah  "meter, monitor, dan menajemen", artinya kita perlu mengukur dan memantau  pencapaian  tujuan kita, serta mengelola sumber daya yang kita miliki secara optimal. Sumber daya yang penting dikelola berupa aset, waktu dan hubungan (hubungan vertikal dengan Sang Pencipta, maupun hubungan horizontal dengan sesama manusia_keluarga, kerabat, dan sesama rekan kerja atau bisnis serta dengan lingkungan hidup kita).

Dengan menggunakan framework WISDOM tersebut, kita akan lebih mudah membangun bisnis yang cocok untuk kita, serta cara mencapai sukses yang menyenangkan melalui bisnis yang kita pilih tersebut.

Memang saat ini sangat diperlukan semangat inovasi dan entrepreneurship di kalangan generasi muda. Sudah ada banyak contoh inisiatif dan aktivitas seperti ini. Rekan - rekan dari Yayasan Progressio(www.progressio.or.id) selama beberapa tahun ini telah menggalang kompetisi inovasi dan bisnis dikalangan mehasiswa. Beberapa mailing list di internet (Smart_WISDOM@yahoogroups.com, kuadran-empat-community@yahoogroups.com, dan lainnya) berusaha membangkitkan menyebarkan  semangat  juang bisnis. Di beberapa universitas terkemuka juga telah dibangun centre for entrepreneurship.

Kesempatan ada, sarana tersedia, dan kini saatnya  untuk melangkah. Jangan hanya mengeluh terus. Buktikan  bahwa  Anda memang benar jagoan. Kakek saya pernah bilang : "kalau banda Anda  seger  jadilah militer. Kalau otak Anda  pinter  jadilah profesor. Tapi kalau otak Anda pinter dan badan Anda seger....jadilah entrepreneur ! "

Menjadi entrepreneur sukses tak semudah yang dibayangkan

Tulisan ini sengaja saya buat untuk memberikan sedikit perenungan bagi kita semua yang sedang, akan dan pernah merencanakan sesuatu untuk dilakukan untuk menjadi sosok yang keren dengan istilah ‘entrepreneur’. Entrepreneur merupakan istilah yang sekarang ini selalu dipakai dan digunakan untuk seseorang yang memiliki suatu bentuk usaha ataupun pekerjaan yang mandiri dan tidak benar-benar terikat dengan sistem ataupun aturan yang membatasinya. Entrepreneur sangat berbeda dengan posisi seseorang yang bekerja menjadi seorang karyawan ataupun pegawai di suatu tempat yang harus mengikuti aturan dan ketetapan yang diberlakukan untuk mengaturnya. Tujuan menjadi entrepreneur adalah untuk melakukan suatu kegiatan ataupun usaha dimana para pelaku mendapatkan suatu hasil dan kompensasi dari setiap jerih payah dia sendiri, dan biasanya tolak ukur hasil yang diperoleh melebihi dari apa yang didapatkan oleh orang lain yang melakukan pekerjaan dengan sistem ‘aturan’. Walaupun demikian, seseorang yang telah melakukan usaha atau kegiatan yang memiliki penghasilan sedikitpun juga bisa dikatakan sebagai seorang entrepreneur. Secara prinsip mungkin bisa kita garis bawahi bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship sehingga dia mampu meramu dan mengerjakan dari setiap ide dan gagasan yang dilakukannya, baik itu meniru ataupun karya sendiri, dan bisa menghasilkan sesuatu manfaat khususnya hasil dan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan bisa melangsungkan roda dari kegiatan dan usaha yang dilakukannya.
Permasalahan utama adalah apakah seorang yang sudah berniat terjun untuk menjadi seorang entrepreneur murni dan berani meninggalkan habitat sebelumnya akan selalu sukses dan dapat dikatakan sebagai entreprener yang berhasil? Tentu saja tidak… Ratusan bahkan ribuan orang sudah bisa disebut sebagai entrepreneur yang sukses, namun masih banyak orang-orang yang sudah dengan niat baja, gigih, ulet dan hardworker untuk menjadi seorang entrepreneur sejati, toh kenyataannya mereka hanya gigit jari dan siap menanggung kerugian bahkan kebangkrutan yang luar biasa dari kegagalan dalam menjalankan usahanya.
Dari beberapa penglihatan kacamata saya :D dalam mengamati ’sepak terjang’ dan perilaku beberapa entrepreneur pemula ataupun ‘karbitan’ :D (sorry) sudah banyak yang menyerah dan pasrah karena usaha dan kemauannya tidak diikuti oleh suatu hasil yang significant dan belum mampu membuat mereka dijuluki sebagai ’successed entrepreneur’. Padahal setiap langkah dan niatnya sudah diperhitungkan secara matang, ‘njlimet’ dan melalui berbagai tahap observasi, penelitian bahkan studi banding-pun juga sudah mereka lakukan hanya untuk mencapai derajat yang diberi nama ‘entrepreneur yang sukses’. Ah, mengapa demikian? Apa ada yang salah dengan itu semua? Tentu saja tidak… :D Saya sendiri pun juga bingung dan kadang ‘nggresulo’ (bhs jermannya) :P mengapa kesuksesan orang-orang seperti Bill gates, Larry Page & Sergey Brein, George Soros, Bob Sadino, Purdi E Chandra, Peter F Gonta, Jaya Setiabudi dan masih banyak tokoh sukses lainnya, tidak bisa mudah kita tiru dan ikuti seperti ‘kelakuan’ dan usaha mereka. Apa ada yang masih salah, kurang, atau masih minim perhitungan?
Semoga saja kita belum terlambat untuk ‘mengakhiri’ karir kita sebagai orang yang belum sukses :D dan mudah-mudahan kita segera memasuki ‘gerbang keemasan’ menuju ‘real destination’ dari semua yang kita impikan. Berharaplah kita, berfikirlah kita, berdoalah kita, dan berusahalah kita untuk bisa menggapai dan mendapatkan yang kita inginkan sebenarnya. Be a true entrepreneur….! Be e true entrepereneur
Menjadi Entrepreneur itu Tidak Gampang
Reporter : Yesie Warrie -- http://www.yesiwarrie.blogspot.com/

Tidak gampang untuk menjadi seorang entrepreneur. Itu kesimpulan saya setelah melihat acara Kick Andy di MetroTV Minggu (26/10/2008). Pak Ci, panggilan akrab pak Ciputra, founder dan Chairman Ciputra Group, hadir sebagai salah satu tamu.

Menurut Pak Ci, orang dapat menjadi entrepreneur karena tiga hal:
1. Orang Tua
2. Lingkungan
3. Pendidikan yang berhubungan dengan berwirausaha.

Kenapa banyak orang Tionghoa yang menjadi Entrepreneur, karena mayoritas orang Tionghoa itu berdagang. seperti masa kecilnya Pak Ci, dari lahir buka mata yang dilihat adalah barang dagangan orang tuanya, mereka tinggal di ruko. Hal tersebut merupakan pendidikan dini yang ditularkan oleh orang tua kepada anaknya.

Jika memang orang tua kita bukan seorang entrepreneur, seperti saya misalnya (orang tua saya pegawai negeri), kita bisa menjadi entrepreneur karena kita berada dalam lingkungan para entrepreneur seperti misalnya dengan saya bergabung dengan komunitas TDA ataupun komunitas lain yang memang tujuannya adalah menciptakan lapangan kerja.

Dan jika memang kedua hal tersebut diatas tidak ada, ya kita bisa menjadi entrepreneur dengan pendidikan entrepreneur itu sendiri. Melalui seminar-seminar motivasi, ataupun short course entrepreneurship. Namun bagi kita yang masih muda-muda, perlu kita kenalkan entrepreneur ini kepada anak-anak kita sejak dini. Bahkan dari kecil, dari balita atau usia TK.

Ketika ditanya, kalau semua orang menjadi entrepreneur, lha terus siapa yang menjadi pekerjanya? Pak Ci menjawab, "Waktu kita disekolah kan semua anak-anak diharuskan untuk belajar menyanyi, namun pada kenyataannya tidak semua orang menjadi penyanyi, kan? (Benar juga, ya?)

Menjadi entrepreneur memang tidak mudah. Tapi perlu diketahui, bahwa dengan kegagalan itu merupakan jalan menuju sukses. Jangan pernah patah semangat dan nikmati PROSES menuju kepada yang kita cita-citakan. Jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh dan kita berdoa, percaya dan yakin maka kesuksesan itu akan ada ditangan kita.






LANGKAH ENTREPRENEUR

Menjadi seorang enterprener bukan sekedar hanya dengan membuka suatu usaha saja. Dalam hal ini yang akan saya paparkan adalah, langkah apa sih yang harus kita lakukan. Dalam seminarnya, sedikitnya ada 6 langkah yang dapat saya tangkap dari seminar yang dibawakan beliau untuk menjadi seorang entreprener.

  1. Membangun paradigma yang dinamik.
  2. Mulailah usaha apa saja dari skala yang kecil (hal ini bertujuan untuk meminimalisir resiko dari kegagalan usaha yang anda coba bangun).
  3. Mulailah dari diri sendiri.
  4. Mulailah dari sekarang.
  5. Buatlah suatu inovasi.
  6. Persistence dan konsisten

Coba anda pelajari dan ikuti langkah-langkah untuk menjadi enterprener sukses di atas, lakukanlah secara bertahap, mulailah dari yang kecil dan jangan terlalu berambisi untuk meraup keuntungan yang besar dengan menjalankan usaha berskala besar tanpa adanya pengalaman atau ilmu yang memadai, carilah pengalaman dan yang namanya sukses atau keberhasilan tidak hanya bisa didapat secara instan atau seperti membalikkan telapak tangan, semua butuh proses, usaha, dan kesabaran.

Make a Free Website with Yola.