Biografi
Putera Sampoerna
Penjemput Pasar Masa Depan
Putera Sampoerna, mengguncang dunia bisnis Indonesia dengan menjual
seluruh saham keluarganya di PT HM Sampoerna senilai Rp18,5 triliun,
pada saat kinerjanya baik. Generasi ketiga keluarga Sampoerna yang
belakangan bertindak sebagai CEO Sampoerna Strategic, ini memang seorang
pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa depan.
Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain
sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis.
Sehingga pantas saja Warta Ekonomi menobatkan putra Liem Swie Ling (Aga
Sampoerna) ini sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh
2005. Sebelumnya, majalah Forbes menempatkannya dalam peringkat ke-13
Southeast Asia’s 40 Richest 2004.
Putera Sampoerna, pengusaha Indonesia kelahiran Schidam, Belanda, 13
Oktober 1947. Dia generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia.
Adalah kakeknya Liem Seeng Tee yang mendirikan perusahaan rokok
Sampoerna. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok
PT. HM Sampoerna itu. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.
Kemudian, pada tahun 2000, Putera mengestafetkan kepemimpinan
operasional perusahaan (presiden direktur) kepada anaknya, Michael
Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna
Tbk, sampai saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah
go public itu dijual kepada Philip Morris International, Maret 2005,
senilai Rp18,5 triliun.
Pria penggemar angka sembilan, lulusan Diocesan Boys School, Hong
Kong, dan Carey Grammar High School, Melbourne, serta University of
Houston, Texas, AS, itu sebelum memimpin PT HM Sampoerna, lebih dulu
berkiprah di sebuah perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit
milik pengusaha Malaysia. Kala itu, dia bermukim di Singapura bersama
isteri tercintanya, Katie, keturunan Tionghoa warga Amerika Serikat.
Dia mulai bergabung dalam operasional PT. HM Sampoerna pada 1980.
Enam tahun kemudian, tepatnya 1986, Putera dinobatkan menduduki tampuk
kepemimpinan operasional PT HAM Sampoerna sebagai CEO (chief executive
officer) menggantikani ayahnya, Aga Sampoerna.
Namun ruh kepemimpinan masih saja melekat pada ayahnya. Baru setelah
ayahnya meninggal pada 1994, Putera benar-benar mengaktualisasikan
kapasitas kepemimpinan dan naluri bisnisnya secara penuh. Dia pun
merekrut profesional dalam negeri dan mancanegara untuk mendampinginya
mengembangkan dan menggenjot kinerja perusahaan.
Sungguh, perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional dengan
dukungan manajer profesional. Perusahaan ini juga go public, sahamnya
menjadi unggulan di bursa efek Jakarta dan Surabaya. Ibarat sebuah kapal
yang berlayar di samudera luas berombak besar, PT HM Sampoerna berhasil
mengarunginya dengan berbagai kiat dan inovasi kreatif.
Tidak hanya gemilang dalam melakukan inovasi produk inti bisnisnya,
yakni rokok, namun juga berhasil mengespansi peluang bisnis di segmen
usaha lain, di antaranya dalam bidang supermarket dengan mengakuisi Alfa
dan sempat mendirikan Bank Sampoerna akhir 1980-an.
Di bisnis rokok, HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah
air, yakni rokok rendah tar dan nikotin. Pada 1990-an, itu Putera
Sampoerna dengan kreatif mengenalkan produk rokok terbaru: A Mild. Kala
itu, Putera meluncurkan A Mild sebagai rokok rendah nikotin dan “taste
to the future”, di tengah ramainya pasar rokok kretek. Kemudian
perusahaan rokok lain mengikutinya.
Dia memang seorang pebisnis visioner yang mampu menjangkau pasar masa
depan. Berbagai langkahnya seringkali tidak terjangkau pebisnis lain
sebelumnya. Dia mampu membuat sensasi (tapi terukur)dalam dunia bisnis.
Langkahnya yang paling sensasional sepanjang sejarah sejak HM Sampoerna
berdiri 1913 adalah keputusannya menjual seluruh saham keluarga
Sampoerna di PT HM Sampoerna Tbk (40%) ke Philip Morris International,
Maret 2005.
Keputusan itu sangat mengejutkan pelaku bisnis lainya. Sebab, kinerja
HM Sampoerna kala itu (2004) dalam posisi sangat baik dengan berhasil
memperoleh pendapatan bersih Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2
miliar batang. Dalam posisi ketiga perusahaan rokok yang menguasai
pasar, yakni menguasai 19,4% pangsa pasar rokok di Indonesia, setelah
Gudang Garam dan Djarum.
Mengapa Putera melepas perusahaan keluarga yang sudah berumur lebih
dari 90 tahun ini? Itu pertanyaan yang muncul di tengah pelaku bisnis
dan publik kala itu.
Belakangan publik memahami visi Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005
versi Majalah Warta Ekonomi ini ((Warta Ekonomi 28 Desember
2005). Dia melihat masa depan industri rokok di Indonesia akan
makin sulit berkembang. Dia pun ingin menjemput pasar masa depan yang
hanya dapat diraihnya dengan langkah kriatif dan revolusioner dalam
bisnisnya. Secara revolusioner dia mengubah bisnis intinya dari bisnis
rokok ke agroindustri dan infrastruktur.
Hal ini terungkap dari
langkah-langkahnya setelah enam bulan melepas saham di PT HM Sampoerna.
Juga terungkap dari ucapan Angky Camaro, orang kepercayaan Putera:
“Arahnya memang ke infrastruktur dan agroindustri.”
Terakhir, di bawah bendera PT Sampoerna Strategic dia sempat berniat
mengakuisisi PT Kiani Kertas, namun untuk sementara dia menolak
melanjutkan negosiasi transaksi lantaran persyaratan yang diajukan Bank
Mandiri dinilai tak sepadan. Dia pun dikabarkan akan memasuki bisnis
jalan tol, jika faktor birokrasi dan kondisi sosial politik kondusif.
Nama
Putera Sampoerna
Lahir
Schidam, Belanda, 13 Oktober
1947
Isteri:
Katie
Anak:
Michael Sampoerna
Ayah:
Aga Sampoerna (Liem Swie Ling)
Kakek:
Liem Seeng Tee
Pekerjaan
– CEO PT Sampoerna Strategic
– Presiden Komisaris
PT HM Sampoerna
Pendidikan
– Diocesan Boys School, Hong Kong
– Carey Grammar
High School, Melbourne
– University of Houston, Texas, AS
www.tokohindonesia.com
Bill Gates
Chairman Microsoft Corporation
William (Bill) H. Gates is chairman of Microsoft Corporation, the
worldwide leader in software, services and solutions that help people
and businesses realize their full potential. Microsoft had revenues of
US$51.12 billion for the fiscal year ending June 2007, and employs more
than 78,000 people in 105 countries and regions.
On June 15, 2006, Microsoft announced that effective July 2008 Gates
will transition out of a day-to-day role in the company to spend more
time on his global health and education work at the Bill & Melinda
Gates Foundation. After July 2008 Gates will continue to serve as
Microsoft’s chairman and an advisor on key development projects. The
two-year transition process is to ensure that there is a smooth and
orderly transfer of Gates’ daily responsibilities. Effective June 2006,
Ray Ozzie has assumed Gates’ previous title as chief software architect
and is working side by side with Gates on all technical architecture and
product oversight responsibilities at Microsoft. Craig Mundie has
assumed the new title of chief research and strategy officer at
Microsoft and is working closely with Gates to assume his responsibility
for the company’s research and incubation efforts.
Born on Oct. 28, 1955, Gates grew up in Seattle with his two sisters.
Their father, William H. Gates II, is a Seattle attorney. Their late
mother, Mary Gates, was a schoolteacher, University of Washington
regent, and chairwoman of United Way International.
Gates attended public elementary school and the private Lakeside School.
There, he discovered his interest in software and began programming
computers at age 13.
In 1973, Gates entered Harvard University as a freshman, where he lived
down the hall from Steve Ballmer, now Microsoft’s chief executive
officer. While at Harvard, Gates developed a version of the programming
language BASIC for the first microcomputer – the MITS Altair.
In his junior year, Gates left Harvard to devote his energies to
Microsoft, a company he had begun in 1975 with his childhood friend Paul
Allen. Guided by a belief that the computer would be a valuable tool on
every office desktop and in every home, they began developing software
for personal computers. Gates’ foresight and his vision for personal
computing have been central to the success of Microsoft and the software
industry.
Under Gates’ leadership, Microsoft’s mission has been to continually
advance and improve software technology, and to make it easier, more
cost-effective and more enjoyable for people to use computers. The
company is committed to a long-term view, reflected in its investment of
approximately $7.1 billion on research and development in the 2007
fiscal year.
In 1999, Gates wrote Business @ the Speed of Thought, a book that shows
how computer technology can solve business problems in fundamentally new
ways. The book was published in 25 languages and is available in more
than 60 countries. Business @ the Speed of Thought has received wide
critical acclaim, and was listed on the best-seller lists of the New
York Times, USA Today, the Wall Street Journal and Amazon.com. Gates’
previous book, The Road Ahead, published in 1995, held the No. 1 spot on
the New York Times’ bestseller list for seven weeks.
Gates has donated the proceeds of both books to non-profit organizations
that support the use of technology in education and skills development.
In addition to his love of computers and software, Gates founded Corbis,
which is developing one of the world’s largest resources of visual
information – a comprehensive digital archive of art and photography
from public and private collections around the globe. He is also a
member of the board of directors of Berkshire Hathaway Inc., which
invests in companies engaged in diverse business activities.
Philanthropy is also important to Gates. He and his wife, Melinda, have
endowed a foundation with more than $28.8 billion (as of January 2005)
to support philanthropic initiatives in the areas of global health and
learning, with the hope that in the 21st century, advances in these
critical areas will be available for all people. The Bill and Melinda
Gates Foundation has committed more than $3.6 billion to organizations
working in global health; more than $2 billion to improve learning
opportunities, including the Gates Library Initiative to bring
computers, Internet Access and training to public libraries in
low-income communities in the United States and Canada; more than $477
million to community projects in the Pacific Northwest; and more than
$488 million to special projects and annual giving campaigns.
Gates was married on Jan. 1, 1994, to Melinda French Gates. They have
three children. Gates is an avid reader, and enjoys playing golf and
bridge.
Source : www.microsoft.com
H.Bob Sadino
Pengusaha Berpakaian Dinas
Celana Pendek
Pria berpakaian ”dinas” celana pendek jin dan kemeja lengan pendek yang
ujung lengannya tidak dijahit, ini adalah salah satu sosok entrepreneur
sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal
dari keluarga wirausaha. Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks
(supermarket), ini mantan sopir taksi dan karyawan Unilever yang
kemudian menjadi pengusaha sukses.
Titik balik yang getir menimpa keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang
kampung setelah merantau sembilan tahun di Amsterdam, Belanda dan
Hamburg, Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang istrinya,
mengajaknya hidup serba kekurangan. Padahal mereka tadinya hidup mapan
dengan gaji yang cukup besar.
Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi
karyawan yang diperintah atasan. Karena itu ia harus kerja apa saja
untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. Ia pernah jadi sopir taksi.
Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas beralih jadi kuli bangunan dengan
upah harian Rp 100.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan
depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah
muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam
ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu
manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa
kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya
memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih
berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta,
di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing
sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki
pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi
feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut
perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks.
Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana
pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis,
khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi
orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan
para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi
kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan
istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang
penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak
harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah
pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang,
terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera
melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia
langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan
menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman,
mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan
profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak
serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang
lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran
dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati
pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan
akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha
melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota
keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama,
semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan
pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan
Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad,
bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP
dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun
1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta
Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan
kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali,
tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut
hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja
jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed,
yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan
keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang
harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras
dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia
berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan
sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di
Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru,
Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan
Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging
olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob menggambarkan keberhasilan
usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu hasil fantasinya,
bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada
orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar
bisnis makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada
habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat musik klasik
dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya, ketika shalat bersama
istri dan dua anaknya.
Nama :
Bob Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Sumber:
Antara lain, entrepreneur-university.com dan PDAT
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia
DR.H Rahmat Shah
Pengusaha,Pemburu dan Petualang
Belantara
Pengusaha sukses dan diplomat yang
memperoleh gelar Lord of Rudge dari Inggris, ini telah memperoleh
sejumlah penghargaan di tingkat nasional maupun internasional dalam
berbagai bidang. Pendiri dan pimpinan Rahmat International Wildlife
Museum & Gallery, Medan, satu-satunya di Asia untuk pendidikan
konservasi, ini seorang pemburu dan petualang yang telah menjelajahi
hutan belantara, menyelami sungai dan laut di berbagai belahan dunia. Ia
satu-satunya putera Indonesia yang namanya masuk buku Great Hunter dan
orang Indonesia pertama memperoleh African Big Five Grand Slam
Award.Kita hidup dengan
apa yang kita dapat tetapi kita membuat kehidupan dengan apa yang kita
berikan. Begitu kata pengusaha, anggota
MPR-RI dan diplomat, ini mengungkap prinsip hidupnya. Ia seorang putra
Indonesia yang telah banyak mengharumkan Indonesia di mancanegara.
Sebagai seorang pengusaha sukses ia telah banyak membantu pembangunan
sarana olahraga, pendidikan, tempat ibadah, tempat hiburan masyarakat,
membangun museum satu-satunya di Asia, dan melakukan kegiatan sosial di
mana-mana, khususnya bagi warga yang benar-benar membutuhkannya.
Tidaklah heran bila ada yang berkata,” Andai hati semua orang
berpunya sepertinya, Alangkah indahnya. Andai semua pengusaha seperti
beliau, barangkali tidak ada lagi kesenjangan sosial yang setiap saat
bisa memicu kerusuhan. Ah seandainya !” Kalimat di atas merupakan
penggalan dari sepotong surat yang dikirim oleh seorang guru SMP di kota
Medan ke Harian Waspada dan dimuat di rubrik “Surat Pembaca” 17 Maret
1997. Surat tersebut menggambarkan kekaguman sosok rakyat biasa terhadap
Rahmat yang dikenalnya lewat berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan.
Rahmat Shah lahir tanggal 23 Oktober 1950 setelah 12 bulan dikandung
oleh ibunya, Hj. Syarifah. Ia anak laki-Iaki kedua dalam keluarga besar
Gulrang Shah. Kakak lelakinya, Anif Rahmat adalah anak keenam, tiga
saudara lain di atasnya semuanya wanita. Sebetulnya ada satu lagi kakak
Rahmat, Habib Shah namanya, namun meninggal dunia di zaman revolusi saat
berusia lebih kurang lima tahun. Keluarga Rahmat tergolong keluarga
besar, yakni 16 bersaudara, delapan lelaki dan delapan wanita. Mereka
semua tinggal di sebuah kota yang bernama Perdagangan, Simalungun,
Sumatera Utara.
Semasa kecil Rahmat adalah seorang anak yang aktif. Ia suka berenang,
memancing, menjala ikan, dan berburu ke hutan dengan ketapel.
Kesenangannya pada hewan-hewan langka dan berbisa juga telah kelihatan
sejak kecil.
Ayahnya sangat keras menanamkan prinsip-prinsip hidup yang baik
kepada semua anak-anaknya, terutama tentang hidup disiplin, kerja keras,
jujur dan cara hidup hemat. Selama Rahmat sekolah di Medan, mereka
diberi bekal sangat terbatas untuk kebutuhan sehari-hari. Bukan ia tidak
mampu, tetapi ingin semua anaknya terbiasa belajar hemat agar kelak
bisa menjadi orang yang berhasil dan berguna serta bisa mengatur
kehidupan sesuai dengan apa yang dimilikinya.
Saat duduk di bangku sekolah, entah karena memegang prinsip hidup
yang diajarkan orang tua, prestasi Rahmat di bangku sekolah berjalan
biasa-biasa saja. Bahkan rankingnya hampir selalu berada di urutan
bawah.
Namun hal itu tidak membuatnya rendah diri dan kehilangan ia malah
pandai bergaul. Ia bergaul dengan siapa saja, tanpa pandang bulu.
Prinsip yang dipegang dalam pergaulan: ‘selalu menepati janji, rajin,
ramah dan sopan, serta tanpa pamrih.’ Sikap yang membuatnya cepat akrab
dan mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan di Indonesia dan
negara lainnya.
Soal kebolehan bergaul di masa remaja, ada cerita tersendiri. Di
tahun 70-an, ia merupakan remaja berpostur tubuh tinggi dan berwajah
tampan sehingga menjadi idola remaja. Dalam Festival Medan Fair ia
terpilih sebagai “Pangeran Muda” sebuah simbol kesuksesan, ketampanan
dan kegagahan kaum muda Medan saat itu. Hanya bedanya, ia sangat pemalu
sehingga selalu diganggu dan dikejar-kejar karena membuat penasaran
lawan jenisnya. Ketika ditanya, kenapa ia tidak mempedulikan wanita?
Dijawabnya, karena ia belum sukses dan tidak punya uang untuk mentraktir
mereka. Ia malu dan tidak pantas kalau harus dibayari dan dibiayai
hidup oleh wanita.
Ketampanan tidak membuatnya hanyut atau terperosok jauh ke dalam
hingar-bingar pergaulan remaja. Ia berusaha membatasi diri, tetap
bekerja keras untuk menggapai cita-citanya sambil tetap bergaul dan
aktif berolahraga. Olahraga yang diminatinya adalah boling, biliar dan
menembak. Ia juga bermain radio amatir. Ia beberapa kali menjadi juara
pada hampir semua olahraga yang ditekuninya. Ketika ditanya, kenapa ia
dengan mudah mendapat juara? Dijawabnya dengan singkat, “Untuk menjadi
juara sangat mudah tetapi dituntut disiplin yang tinggi dalam latihan
dan percaya diri serta mental yang baik jangan selalu berdalih dalam
kejuaraan atau pun pertandingan”.
Kala anak-anak muda seusianya asyik menikmati keindahan dunia remaja,
ia malah tetap sibuk bekerja keras di sebuah bengkel mobil milik
keluarga untuk mencapai tekadnya. Hampir setiap hari ia bermandi
keringat dan berlumur oli kotor. Setiap hari ia mengayuh sepeda membawa
alat-alat mobil yang berat dan besar ukurannya hingga berpuluh kilometer
jauhnya. Dengan kerja keras itulah ia kemudian tertempa menjadi seorang
montir serta pekerja yang handal. Sejak usia remaja (lebih kurang 14
tahun) ia sudah terbiasa melakukan proses belajar sambil bekerja
learning by doing.
Ia rajin, ulet dan cepat beradaptasi dengan pekerjaan. Anif, kakaknya
bertutur: “Saya selalu menugasinya membeli spare parts dengan
mengendarai sepeda. Amat orangnya cekatan. Memakai tas punggung belakang
sambil membawa plat baja dan tas besar yang diletakkan di boncengannya,
ia mengayuh sepeda membawa pesanan spare parts dan peralatan berat
untuk diperbaiki oleh tukang bubut. Karena kerajinannya, tepat janji dan
ramah, salah seorang tukang bubut langganan bengkel saya, Pak Simin
sangat sayang padanya dan memberinya seekor domba.”
Karena harus bekerja guna mencapai cita-citanya ia terbiasa bangun
pagi pukul enam dan sering kembali ke rumah dari bekerja dengan tangan,
muka dan badan hitam-hitam kena oli kotor. Tidak jarang tiba di rumah
sudah larut malam dan langsung terbaring kelelahan terkadang tanpa
makan. Banyak sekali pengalaman pahit dan terhina yang dialaminya saat
itu, akan tetapi justru hal tersebut yang memacu dan memotivasinya
bekerja keras agar dapat berhasil sesuai dengan tekadnya.
Begitulah pengorbanan dan perjuangan Rahmat. Ia merelakan sebagian
masa remajanya yang indah dilalui dengan kerja keras. “Saya hampir tak
punya kesempatan melewati serba-serbi masa remaja. Selalu sibuk bekerja
dan belajar seluk-beluk usaha. Saya ingin menjadi seorang yang sukses,”
tuturnya. Keinginan mencapai sukses merupakan motivasi dan pemicu yang
kuat. “Saya harus sukses dan punya agar bisa membantu keluarga,
teman-teman, bangsa, dan negara,” begitu tekad yang sudah tertanam di
dalam hatinya sejak usia muda.
Kepribadiannya yang memiliki semangat bekerja keras dan ulet, membuat
Surya Paloh, pengusaha muda Medan yang sukses saat itu, menaruh
simpati. Suatu hari, Surya Paloh (kini pengusaha dan publisher terkemuka
di Indonesia pemilik Surat Kabar Media Indonesia, Lampung Pos, Metro
TV, dan berbagai usaha besar lainnya), mengajak Rahmat bergabung,
bekerja pada perusahaan miliknya, PT Ika Diesel. Perusahaan ini menjadi
agen tunggal mobil Ford dan memiliki workshop (bengkel) khusus yang
lengkap, serta pembuat berbagai karoseri untuk badan truk dan bus
berbagai model yang saat itu satu-satunya di Sumatera Utara.
Rahmat menyambut tawaran itu dengan senang hati. Baginya bekerja di
perusahaan mobil dan bengkel tidaklah sulit karena telah punya
pengalaman bekerja di bengkel. Jabatan pertama di PT Ika Diesel sebagai
workshop manager. Semua tugas dikerjakan dengan baik, bahkan seringkali
melampaui target yang diberikan oleh bosnya.
Saat bekerja di perusahaan tersebut, menurut Kwik Sam Ho (A HO),
rekan kerjanya, Rahmat mampu melakukan lobi-Iobi yang luar biasa,
terutama menerobos pasar asuransi dan perkebunan. Hampir semua merek
kendaraan, di antaranya Toyota, Daihatsu, Chevrolet, Volks Wagen (YW),
dan Ford menjadi langganan PT Ika Diesel karena approach dan janji
Rahmat yang tepat. Ia selalu melakukan pekerjaan seperti perusahaan itu
adalah miliknya. Itulah yang membuat karir dan namanya terus melejit dan
dipercaya di mana-mana. Karirnya terus berkembang hingga ia dipercaya
menjadi kuasa direksi dan akhirnya menjadi mitra usaha.
“Kepercayaan penuh telah diberikan, semua fasilitas sudah ada,
tinggal bagaimana meningkatkan prestasi yang dapat menguntungkan usaha.
Untuk dapat menjangkaunya, kita harus konsentrasi pada pekerjaan,
melakukan segala sesuatu dengan segera sebagaimana mestinya serta harus
menganggap perusahaan itu milik kita, sehingga dapat merasakan pahit
ruginya dan manis untungnya,” kenang Rahmat.
Dua bersaudara, Surya Paloh dan Rusli Paloh, merupakan atasannya yang
selalu memberi kesempatan dan mendorongnya agar berkembang menjadi
seorang pengusaha. Melihat cara kerja, penampilan dan wawasan Rahmat
yang mengesankan, mereka berdua yakin suatu saat Rahmat bisa menjadi
orang sukses.
Atas perkenan dan dukungan kedua bosnya, Rahmat berhenti dari PT Ika
Diesel. Kemudian ia membuka usaha sendiri. Tahun 1980 ia mendirikan PT
Unitwin Indonesia yang bergerak dalam keagenan berbagai produk dari
dalam dan luar negeri, di samping supplier dan kontraktor.
Ramalan Surya Paloh dan Rusli Paloh tentang masa depan Rahmat,
menjadi kenyataan. Begitu ia membuka usaha sendiri, nama Rahmat cepat
berkibar dan terkenal sebagai pengusaha muda yang ulet dan tangguh.
Dalam waktu relatif siligkat, kegiatan usahanya merambah ke berbagai
proyek berskala besar. Mulai dari proyek pembangunan pabrik, jalan,
irigasi, perumahan, sampai memasok alat-alat berat untuk perusahaan
perkebunan. Wilayah ekspansinya terus meluas hingga ke Jakarta,
Kalimantan, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang, Korea, USA
dan Kanada.
Ia kemudian memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan memimpin usahanya
dari sana pada tahun 1984, bersama isterinya yang cantik, Rose, gadis
Melayu asal Singapura yang disuntingnya pada tahun 1983 ketika berusia
33 tahun, yang memberinya tiga anak, satu puteri dan dua putra.
Selama tinggal di kota metropolitan, ia mengembangkan diri ke
pergaulan bisnis yang lebih luas. Tekadnya untuk menjadi salah seorang
pengusaha nasional yang tangguh makin besar. Ia bergaul dengan
orang-orang penting, mulai dari birokrat, politisi, sampai militer.
Dua orang jenderal yang kemudian dianggap sebagai pengganti orang tua
di perantauan yang selanjutnya menjadi mitra usahanya ialah Jenderal
TNI Widjojo Soejono, mantan Kaskopkamtib, dan Jenderal Pol. Widodo
Budidarmo, mantan Kapolri. Bersama mereka, ia mendirikan PT Wiraco yang
bergerak dalam perdagangan dan keagenan dari USA, Kanada, Singapura dan
beberapa negara lainnya.
Melalui kepemimpinannya yang ulet, gigih dan pantang menyerah,
perusahaan ini berhasil memenangkan sejumlah tender proyek besar, di
antaranya menjadi pemasok produk luar negeri dan Robco Canada untuk
sejumlah perusahaan industri besar, seperti PT Krakatau Steel, Semen
Padang, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung, PT PAL dan
lain-Iain industri besar yang membutuhkan produk mereka.
Dalam mengembangkan usahanya, Jenderal TNI Widjojo Soejono memiliki
filosofi jitu yang hingga saat ini tetap dipegang dan diamalkan Rahmat,
“Low Profile, High Profit”.
Dari Jakarta, Rahmat juga membuka dan mengendalikan PT Agrowiratama,
sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kakao dengan luas areal
mencapai lebih kurang 11.000 hektar di Padang. Suatu hal yang patut
menjadi kebanggaan baginya, ketika perusahaan besar dari beberapa
negara, Kanada, USA, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia,
mendirikan sebuah perusahaan patungan (joint venture) di Singapura. Ia
dipercaya menjadi Presiden Direktur. Suatu kepercayaan internasional
yang tidak mudah mencapainya.
Tahun 990, tatkala Gubernur Sumatera Utara mencanangkan program
gerakan Marsipature Hutana Be, semacam ajakan kepada pengusaha kelahiran
Sumut yang telah sukses di perantauan agar kembali memperhatikan tanah
kelahiran, hati Rahmat tergugah. Setelah kurang lebih delapan tahun
menetap di Jakarta, ia memilih untuk kembali ke daerah asal
kelahirannya, Medan, Sumatera Utara. Ia kembali justru ketika begitu
banyak peluang dan kesempatan di ibukota.
Di Medan, ia mendirikan pabrik pengolahan aluminium PT Cakra
Aluminium Industry (CAI), bekerja sama dengan salah seorang pengusaha
daerah yang kemudian berubah menjadi Cakra Compact Aluminium Industries
dan statusnya menjadi perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) karena
bermitra dengan Compact Metal Industry, sebuah perusahaan Singapura.
Saat ini PT Cakra telah go public di Singapura, juga telah menerima
sertifikat 1S0 9002. Selain itu, PT Cakra telah mengirimkan para tenaga
kerjanya untuk belajar ke berbagai negara Eropa dan Asia. Hasilnya saat
ini produksinya lengkap terpadu (integrated). Artinya, segala yang
menyangkut aluminium dapat dilakukan oleh PT Cakra dari awal peleburan
hingga tinggal pakai dengan kualitas standar internasional.
Ia kembali menghidupkan PT Unitwin yang pernah ditinggalkan ketika ia
hijrah ke Jakarta. Perusahaan itu kini kembali berjalan efektif
mengelola berbagai kegiatan usaha: real estate, ekspor-impor,
perdagangan, serta kontraktor. Salah satu karyanya yang kini sudah
dinikmati manfaatnya oleh sebagian masyarakat kota Medan ialah Perumahan
Cemara Hijau di Jalan Metal.
Dalam usaha perumahan yang dibangunnya ternyata membutuhkan
perjuangan yang cukup berat, mungkin Rahmatlah satu-satunya pengusaha
yang mampu mengalahkan Grup Lamtoro pada saat lelang penjualan lahan
perumahan di Indonesia. Pihak Lamtoro merupakan milik keluarga Cendana,
sehingga tidak ada yang bisa mencegah apa yang mereka inginkan saat itu.
Rahmat cukup repot dan mengalami kesulitan menghadapi oknum Grup
Lamtoro yang berupaya mengganjal usahanya. Namun, Rahmat yang berasal
dari desa, dapat mengatasinya hanya dengan kuasa Tuhan Yang Mahakuasa.
Ia bergabung kembali di Medan Club, sebuah klub eksk1usif yang berdiri
sejak tahun 1879. Tidak berapa lama kemudian, ia memberi penataran
Perbakin di Medan Club.
Lalu, ia mencalonkan diri dan terpilih sebagai Ketua termuda dan
langsung mengadakan renovasi, pembangunan, dan penertiban.
Penertiban yang dilakukannya pada awal memimpin klub dengan
mengeluarkan 14 orang anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya dan
tiga orang pengurus yang tidak bisa menjaga amanah yang diberikan
anggota. Dua tahun setelah habis masa jabatannya, ia terpilih kembali
untuk periode selama empat tahun.
Keberhasilannya mengembangkan dunia usaha dan kegiatan sosial
kemasyarakatan menarik perhatian para duta besar serta diplomat asing
dari berbagai negara ketika melakukan kunjungan kerja ke Medan, Sumatera
Utara. Rahmat oleh Kadin Sumut, sesuai dengan jabatannya dipercaya
menjamu belasan duta besar dari berbagai negara di pabriknya PT Cakra.
Di antara para duta besar itu terdapat duta besar dari Republik Turki.
Melihat posisi strategis Rahmat dan potensi wilayah Sumatera Utara
untuk kerjasama perdagangan bilateral, beberapa negara menawarkan
kepadanya untuk menjadi diplomat mereka. Tetapi Rahmat memilih negara
Turki karena negara ini bergabung dalam NATO dan memiliki latar belakang
sejarah yang sangat luar biasa. Tahun 1995 ia resmi diangkat menjadi
Konsul Jenderal Kehormatan Republik Turki untuk hubungan perdagangan
langsung meliputi wilayah Sumatera.
Langkahnya mengembangkan dunia usaha di daerah membuat ia terpilih
menjadi Warga Negara Indonesia yang mempunyai posisi terhormat dan
memperoleh sejumlah penghargaan. Tahun 1999, ia memperoleh anugerah
gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Lincoln, San Fransisco,
Amerika Serikat, atas prestasinya memadukan perkembangan dunia usaha
dengan pertumbuhan ekonomi di daerah. Disertasinya untuk meraih gelar
doktor tersebut mengulas tentang “Peranan Dunia Usaha sebagai Penopang
Perekonomian Daerah.”
Sebelumnya, tahun 1993, ia menerima penghargaan “Sahwali Award” dari
satu Badan Pengawas Lingkungan dan Pemerintah di Bali, sebagai pengusaha
yang berwawasan lingkungan. Kemudian tahun 1997, ia mendapat anugerah
“Primaniyarta” dari Presiden Republik Indonesia yang diterima di Istana
Negara karena perusahaannya dinilai paling berprestasi mengembangkan
usaha ekspor non migas, tidak bermasalah dengan lingkungan, buruh, bank,
pajak dan pihak-pihak lainnya, justru di tengah krisis ekonomi di mana
sebagian besar perusahaan di tanah air sedang mengalami kehancuran.
Petualang Dunia
Kesenangannya pada alam, berburu, berenang, menyelam dan memancing kini
bukan lagi dilakukan di pinggir hutan dan di sungai Bah Bolon dekat
rumah orang tuanya di kampung. Kini ia melakukan itu semua di
tempat-tempat yang jauh dari tanah kelahirannya, di berbagai negara,
tempat ia bisa belajar tentang arti penting pelestarian lingkungan
hidup. Ia pernah menjelajahi hampir sebagian besar hutan belantara
mancanegara, menyelami sungai panjang dan laut dalam di berbagai negara,
seperti Amerika, Kanada, New Zealand, Australia, Turki, Spanyol,
Kazakhstan, Rumania, sebagian besar Afrika, dan belahan dunia lainnya.
Ia telah memperoleh sejumlah kepercayaan dan penghargaan bergengsi di
tingkat nasional maupun internasional di bidang pelestarian lingkungan
hidup. Ia juga berburu untuk konservasi yang telah nyata penerapan dan
hasilnya di hampir seluruh negara. Ia adalah satu-satunya putera
Indonesia yang kini namanya masuk buku Great Hunter dan orang Indonesia
pertama yang memperoleh African Big Five Grand Slam Award.
Namanya juga tercantum dalam Record Book dan tertera di dinding
Museum Safari Club International (SCI) di Tucson, Amerika. Dia juga
telah menerima International Conservation Award, Dangerous Game of
Africa, memperoleh World Hunting Award, mendapat puluhan Gold Award,
sebagai SCI Master Measurer, dan telah menerima penghargaan-penghargaan
tertinggi dunia lainnya. Ia merupakan anggota seumur hidup Safari Club
International dan International Professional Hunter Association, ia
dipercaya untuk ketigakalinya menjadi Ketua Regional Representative SCI
untuk negara China dan Jepang serta anggota supporter Green Peace
International selama puluhan tahun.
Rahmat menginginkan pengalamannya yang beragam dan unik, terutama
dalam kegiatan pembinaan dan berburu, bisa juga dinikmati orang lain.
Untuk itu, ia mengabadikan semua hewan liar hasil buruannya dengan
mendirikan dan mengelola Museum dan Galeri satwa liar bertaraf
internasional pada tanggal 14 Mei 1999 yang diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Juwono Sudarsono. Satu-satunya
museum satwa di Asia yang memamerkan lebih kurang 600 jenis satwa liar
dunia, sebagian hasil buruannya dari berbagai negara, hewan-hewan mati
dari taman hewan, dan pembelian secara legal serta pemberian teman-teman
dari beberapa negara.
Dalam kurun waktu dua tahun, eksistensi dan aktivitas museum ini
telah beberapa kali meraih penghargaan, di antaranya masuk dalam Museum
Record Indonesia (MURI) dan Piagam Penghargaan dari Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia yang masuk nominasi calon penerima Penghargaan
Kalpataru Tahun 2001 dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2001 dan
penghargaan-penghargaan internasional lainnya.
Di museum ini terdapat bukti tentang betapa concern Rahmat dengan
konservasi. Tahun 1995, saat diadakan konferensi di Amerika, ia meraih
penghargaan International Conservation Award, penghargaan tertinggi
konservasi. Ia ingin Amerika dan negara-negara lainnya tahu bahwa
Indonesia juga sangat peduli pada penyelamatan kepunahan hewan-hewan
yang ada. Itu dibuktikannya ketika ia memenangkan lelang foto tiga
Presiden Amerika serikat masing-masing Gerald Ford, George Bush dan Bill
Clinton sedang bermain golf bertiga. Hal ini merupakan kejadian langka
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lelang pertama yang sangat langka
itu dimenangkannya dengan nilai US $ 16.500. Dananya disumbangkan untuk
kepentingan konservasi. Saat ini foto tiga Presiden di lapangan golf
tersebut ada di museumnya.
Di dalam negeri, ia mendapat kepercayaan menjadi pengurus sejumlah
organisasi menembak, taman hewan, dan lingkungan hidup, permuseuman,
misalnya Pengurus Besar Perbakin (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu
Indonesia) selama empat periode, sampai saat ini dipercaya sebagai
Penatar Nasional, pengelola Taman Hewan Pematang Siantar (Siantar
Zoological Park), dan Dewan Pembina Forum Konservasi Satwa Liar
Indonesia (FOKSI) dan Bendahara Umum Badan Musyawarah Museum Indonesia
(BMMI).
Ia kini dikenal sebagai pengusaha, diplomat, pemburu kelas dunia, dan
politisi (tahun 1999 terpilih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat Utusan Daerah Sumatera Utara), banyak membina dan memimpin
organisasi. Sejumlah organisasi usaha dan kemasyarakatan yang turut
dibinanya antara lain sebagai Dewan Kehormatan BPP HIPMI, Dewan Pembina
Real Estate Indonesia (REI) Sumatera Utara, Dewan Pembina Asosiasi
Manajer Indonesia (AMI), Dewan Pengurus Badan Kerjasama Perusahaan
Perkebunan Sumatera (BKS-PPS), Ketua Medan Club selama tiga periode (10
tahun), Ketua Dewan Pakar Inkubator Bisnis USU, pendiri Yayasan Rahmat,
pendiri Yayasan Sumatera Lestari (Yasri), pendiri Pesantren H. Mohammed,
Dewan Pembina YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Medan, Dewan Pembina
Yayasan UISU Medan, Dewan Penasehat Majelis Adat Budaya Melayu, dan
Dewan Penyantun IAIN Sumatera Utara.
Peduli Sosial
Kiprahnya dalam kehidupan sosial bukanlah sesuatu yang istimewa. Baginya
memberi bantuan merupakan sesuatu yang biasa dan mengalir begitu saja,
meskipun sebagian besar orang menganggap apa yang dilakukannya di bidang
sosial sebagai hal yang luar biasa.
Ini telah dibuktikannya, dengan memberi bantuan yang sangat
dibutuhkan masyarakat sekitar lingkungan usaha berupa tempat ibadah,
sekolah dan lain sebagainya. “Dua pertiga hidup saya saat ini untuk
kegiatan sosial,” katanya.
Banyak orang datang dan menyuratinya. Ada yang meminta modal untuk
berjualan, membeli becak, biaya pendidikan dan sebagainya. Umumnya
permintaan mereka dikabulkan meski dengan persyaratan bantuan yang
diberikan harus benar-benar sesuai untuk keperluannya. Jika ia
mengetahui dari pemberitaan di media massa atau sumber lain ada orang
yang mengalami kesulitan dan sangat tersiksa atau merana tanpa bisa
mengatasi karena tidak mempunyai biaya, ia langsung mengirimkan staf
untuk mengecek kebenarannya, kemudian mengirimkan bantuan yang pantas
dan sesuai kebutuhan.
Panggilan Moralitas Politik
Kehadirannya di dalam dunia politik ditempuh melalui jalan yang cukup
berliku. Semula bergabung dan aktif di Golongan Karya (Golkar), sempat
terpilih menjadi salah seorang jurkam (juru kampanye) terbaik dan telah
banyak memberi kontribusi waktu dan dana. Belakangan merasa kecewa
karena perjuangannya mendorong dan menampung aspirasi rakyat kurang
mendapat dukungan dari para oknum elit di partainya. Ketika Pemilu 1999
berlangsung dan saat Golkar secara resmi berubah menjadi partai, ia
menyatakan keluar dari Golkar dan bersikap netral.
Tatkala mendapat kesempatan untuk menjadi anggota MPR Utusan Daerah
Sumut, ia diharuskan memilih salah satu partai. Pilihannya jatuh pada
Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai berlambang Ka’bah ini
dianggap cukup fokus dan konsekuen dalam memperhatikan serta
mempedulikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat serta konsisten
dengan perjuangan demi bangsa dan negara.
Ketika ia dianggap cukup berjasa dalam menyukseskan Sidang Istimewa
MPR yang lalu, sejumlah teman-temannya di PPP dan tokoh-tokoh masyarakat
di daerah berharap dan menyarankan agar ia mengambil peluang dan
kesempatan duduk di posisi penting di pemerintahan. Tetapi apa kata
Rahmat “Ibarat saya sedang duduk di depan meja makan. Semua jenis menu
makanan terbaik dan lengkap sudah tersedia di atas meja. Apakah saya
harus mengambil makanan lain lagi di meja orang lain?”
Keluarga Segalanya
Banyak orang bertanya bagaimana Rahmat bisa membagi waktu untuk membina
keluarga. Kapan dan bagaimana pula kiatnya bisa membangun hubungan
harmonis dengan keluarga di tengah kesibukan mengurus usaha, kegiatan
sosial politik, hobi dan lainnya. Banyak contoh di masyarakat mengenai
keberhasilan seseorang dalam dunia usaha kegiatan sosial politik dan
karir profesi tetapi gagal membina dan memiliki keluarga yang bahagia.
Sebaliknya malah mengorbankan kepentingan isteri dan anak-anaknya.
Kurang memperhatikan keluarga sehingga menjadi fatal akibatnya.
Maka, sepanjang hari Sabtu dan Minggu, biasanya ia menghabiskan waktu
untuk berkumpul bersama keluarga. Walau sedang di Jakarta, Singapura
atau Malaysia, jika pekerjaan belum selesai pada hari Sabtu ia akan
kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga, menghindar dari
berbagai acara undangan resmi. Saat liburan sekolah anak-anak, ia
membawa seluruh anggota keluarga berlibur ke luar kota, ke luar daerah,
atau ke mana saja. Kadang-kala juga mengajak keluarga masuk tengah hutan
di berbagai belahan dunia. Pendeknya, ia selalu berupaya berkumpul dan
makan bersama keluarga pada setiap hari Sabtu-Minggu. Hari untuk
keluarga itu, diupayakan tidak terganggu oleh pekerjaan serta
acara-acara yang tidak ada habisnya. “Saya beruntung mempunyai keluarga
yang penuh pengertian sehingga saya berhasil mencapai posisi seperti
ini,” katanya.
Seorang pengusaha, menurutnya, belum bisa disebut sukses bila tidak
berhasil membangun keluarga. Pengusaha yang sukses selalu bersikap baik
terhadap keluarga, memberikan perlindungan, memelihara, membesarkan dan
memperlakukan isteri serta anak-anak dengan baik, agar mereka tumbuh
menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan bermanfaat.
Karena keluarga pulalah, ia bersyukur karena tidak bisa berdansa dan
menyanyi. Buatnya itu tidak masalah. Berarti Tuhan Yang Mahakuasa sayang
dan tahu apa yang baik dan buruk untuk dirinya, sehingga ia bisa
membatasi diri untuk keluar rumah seperti ke diskotek, night club,
bergembira bersama orang-orang yang tidak dikenal sebelumnya yang penuh
kepalsuan belaka yang tujuannya tidak lain hanya berfoya-foya dan
menghamburkan harta. Ada hikmah tersendiri baginya, karena tidak bisa
berdansa dan bernyanyi sebagai-mana teman-temannya.
Nama:
DR. H. Rahmat Shah
Lahir: Perdagangan, Simalungun, Sumatera
Utara, 23 Oktober 1950
Agama: Islam
Kebangsaan: Indonesia
Isteri: Rose, Gadis Melayu asal Singapura (menikah 1983)
Anak: Satu puteri dan dua putra
Nama Ayah: Gulrang Shah
Nama Ibu: Hj. Syarifah
Pekerjaan: Pengusaha, Anggota MPR-RI & DiplomatPengalaman Kerja
1. Tahun 1965 s.d. 1970: Pembantu Montir Bengkel Mobil MSH, Medan
2. Tahun 1970 s.d. 1980: Workshop Manager, Sales Manager dan Kuasa
Direksi PT.Ika Diesel Brothers Medan
3. Tahun 1980 s.d. saat ini: Dirut PT.Unitwin Indonesia Perkebunan, Real
Estate, Eksport Import, Trading,Contractor
4. Tahun 1991 s.d. 1994: Direktur Utama PT.Cakra Mantaputama Aluminium
Industry (PMDN)
5. Tahun 1994 s.d. saat ini: Komisaris Utama PT.Cakra Compact Aluminium
Industries (PMA) -Sumut -Indonesia
6. Tahun 1994 s.d. saat ini: Dirut PT.Sennah Perkebunan Karet dan Kelapa
Sawit, Sumut-Indonesia
7. Tahun 1995 s.d. saat ini: “Konsul Jenderal Kehormatan” Republik
Turkey untuk Pulau Sumatera
8. Tahun 1996 s.d. saat ini: Komisaris PT.Indal Compact Aluminium
Industries (PMA) Bekasi, Jawa Barat-Indonesia
9. Tahun 1996 s.d. saat ini: Ketua “Yayasan Rahmat” Medan, Sumatera
Utara-Indonesia.
10. Tahun 1996 s.d. saat ini: Pimpinan & Pengelola “Taman Hewan”
P.Siantar, Sumatera Utara – Indonesia.
11. Tahun 1999 s.d. saat ini: Pimpinan “RAHMAT” International Wildlife
Museum & Gallery, Medan, Indonesia
12. Tahun 1999 s.d. saat ini: Anggota MPR-RI (Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia)Organisasi Kemasyarakat
1. Ketua Medan Club, Ekslusif Member’s Club yang gedung-gedungnya
didirikan sejak tahun 1879
2. Ketua Dewan Pakar Inkubator Bisnis & Teknologi Universitas
Sumatera Utara (USU)
3. Dewan Pengurus Pusat BMMI (Badan Musyawarah Museum Indonesia),
Jakarta-Indonesia
4. Dewan Pakar FKKB (Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa) Sumatera Utara
5. Dewan Pembina FOKSI (Forum Konservasi Satwaliar Indonesia) Bogor –
Indonesia
6. Anggota Supporter GREEN PEACE International sejak 1981
7. Dewan Penyantun Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara
8. Anggota Dewan Pembina Yayasan UISU Medan
9. Anggota Dewan Pertimbangan Badan Amil Zakat (BAZ) Propinsi Sumatera
Utara
10. Dewan Penasehat MABMI (Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia)
Sumatera Utara-Indonesia
11. Dewan Pembina Center For English Learning (CEL) Medan
12. Dewan Pembina YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Medan
13. Penasehat PARSI (Persatuan Artis sinetron Indonesia) Sumut
14. Pendiri “YASRI” (Yayasan Sumatera Lestari) Sumatera Utara-Indonesia
15. Ketua & Pendiri Pesantren H.MOHAMMED Sumatera Utara-Indonesia
16. Dewall Pembina HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) Sumatera
Utara-Indonesia
17. Dewan Pembina LPPTKA (Lembaga Pembinaan Pengembangan Taman
Kanak-kanak AI-Quran) Sumatera Utara
18. Anggota Luar Biasa Kwartir Daerah Gerakan PRAMUKA Sumatera
Utara-Indonesia
19. Pembina “Sinar Budaya Group” / L.K.MABMI MedanOrganisasi Usaha
1. Dewan Pembina REI (Real Estat Indonesia) Sumatera Utara
2. Dewan Kehormatan BPP-HIPMI (Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia)
3. Dewan Penasehat Asosiasi Kota Bersaudara Medan-Ichikawa,Sumatera
Utara-Indonesia
4. Dewan Pembina AMI (Asosiasi Manajer Indonesia) Medan,Sumatera
Utara-Indonesia
5. Dewan Pembina IMA (Indonesia Marketing Association) Sumatera
Utara-Indonesia
6. Dewan Pembina LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi
Indonesia) Sumatera Utara
7. Dewan Pengurus BKS-PPS (Badan Kerja sama Perusahaan Perkebunan)
Sumatera Indonesia Organisasi Olahraga
1. Regional Representatives Safari Club International (SCI) untuk
China dan Jepang
2. Staf Khusus Pengurus Besar FORKI (Federasi Olahraga Karate-do
Indonesia) Jakarta
3. Ketua Umum Pengda FORKI (Federasi Olahraga Karate-do Indonesia),
Sumatera Utara-Indonesia
4. Ketua Bidang Luar Negeri Pengurus Besar PERBAKIN
5. Penatar Nasional PB.PERBAKIN (Pengurus Besar Persatuan Menembak
sasaran dan Berburu seluruh Indonesia
6. Ketua Umum CAKRA SHOOTING & HUNTING CLUB, Sumatera
Utara-Indonesia
7. Ketua Umum Pengda PAVI-SU (Persatuan Atlit Veteran Indonesia)
Sumatera Utara-Indonesia
8. Dewan Penyantun KONI Sumatera Utara
9. Ketua Koordinator REPALA (Remaja Pencinta Alam) Sumatera
Utara-Indonesia 10. Dewan Penasehat Pengurus Daerah PBI (Persatuan
Bowling Indonesia)
11. Pembina Pengurus Daerah Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia
(PERKEMI) Sumut.Kegiatan
Sosial
1. Pendiri “International Wildlife Museum & Gallery”,
satu-satunya di Asia untuk Pendidikan Konservasi
2. Anggota Kehormatan Rotary Club, Sumatera Utara-Indonesia
3. Anggota Kehormatan Lions Club, Sumatera Utara-Indonesia
4. Bapak Angkat Tetap dari beberapa Pengusaha Kecil &
Industri-indusri Kecil di Indonesia
5. Bapak Angkat dan Donatur Tetap dari beberapa Orang Anak Asuh
6. Donatur Tetap bagi Pendidikan Anak-Anak Cacat Mental
7. Membangun & Merenovasi Bangunan beberapa Masjid di Sumatera Utara
8. Membangun & Merenovasi Bangunan beberapa sekolah di Sumatera
Utara
9. Membangun & Merenovasi rumah-rumah kumuh di Sumatera Utara
-Memberikan Bantuan Rutin Untuk Pendidikan, Pemuda, Olahraga, Usaha
Kecil, Masyarakat Tidak Mampu (Pra Sejahtera) Dan Kegiatan-Kegiatan
Sosial Lainnya.Hobby
A. “International Hunter “
Pemburu Internasional & Perburuan legal dalam rangka Konservasi
Alam, mencegah kepunahan binatang-binatang liar di dunia dengan konsep
“Konservasi Dengan Pemanfaatan” yang telah diterapkan oleh hampir
seluruh negara
B. “Scuba Diving” (Menyelam), memiliki sertifikat Internasional
C. “Big Game Fishing” memancing ikan-ikan besar dengan alat khusus bagi
jenis dan ukuran ikan tertentu.
D. Anggota beberapa Golf Club Indonesia & Internasional
E. Menyediakan/mendirikan penangkaran satwa liar untuk mengembangkan
populasi satwa dan pendidikan konservasiBisnis & Sport Club
A. Anggota Seumur Hidup (Life Member) “Safari Club International”
B. Anggota Seumur Hidup (Life Member) “International Professional
Hunters Association” Afrika
C. Anggota Seumur Hidup “Mercantile Club” Jakarta-Indonesia
D. Anggota Seumur Hidup “Exchange Club International” Medan
E. Anggota “Medan Club”, Indonesia
F. Anggota Golf Club “Graha Helvetia” Indonesia
G. Anggota Golf “Bukit Barisan” & Country Club, IndonesiaPrestasi
Telah masuk di Record Book, SCI USA
Telah menerima Dangerous Game Of Africa
Telah memperoleh SCI Master Measurer
Telah mendapatkan beberapa Gold Award dari SCI USA
Namanya telah tertera di dinding Museum Safari Club International di
Tucson Amerika
Memiliki Colonel Award Canada
Beberapa kali Juara Target Shooting Junior 1970-an
Beberapa kali Juara I Bowling dan Pemain Nasional
Beberapa kali Juara Safari Wisata Buru
Beberapa kali Juara Bilyard Medan Club
Juara I Signal Hunting Radio (Orari) 1980-an
Tahun 1991 terpilih sebagai “Pria Berbusana Terbaik Indonesia”
Tahun 1992 terpilih sebagai “Pria Super”
Tahun 1993 terpilih sebagai “Man of the Year”
Tahun 1993 terpilih sebagai “Tokoh Populer”
Tahun 1995 dinobatkan sebagai “Top Executive Indonesia”
Tahun 1997 terpilih sebagai Pria Berbusana Rapih & Serasi
Tahun 1998 dinobatkan sebagai Tokoh Citra Mandiri Pria Indonesia
Tahun 2000 menerima Lencana Emas dari Pers sebagai Tokoh Pengusaha
Pendiri Museum satwa liar Internasional Pertama di Asia
Tahun 2000 menerima penghargaan dari Museum Record Indonesia (MURI)Penghargaan Internasional
“Safari Club International” tahun 1988
“Profesional Hunters Association Of South Africa, Reno,Nevada,USA tahun
1990
“Official Measurer, USA, Tahun 1990 dan Tahun 1991
“SCI World Hunting Award” di Amerika tahun 1994
“Hunting Achievement Award”,Tahun 1994
“Trophy Animals Of South Of Pacific”, Tahun 1994
“Top Ten Award”, Tahun 1994
“International Conservation Award” di Amerika tahun 1995 & 1999
“Master Measurer, USA, Tahun 1995
“The Big Five Grand Slam International Award” di Amerika tahun 1996
“International Best Executive Awards” di Jakarta tahun 1996
“Asean Development Citra Awards” di Jakarta tahun 1996
“International Development Best Economic Executive Awards” di Jakarta
tahun 1997
“National Geographic Society” tahun 1998
- Dan Penghargaan-penghargaan Internasional lainnya yang berbentuk
Plakat, Fandel, trophy dan lain-Iain. Penghargaan Nasional
Sahwali Award, Bali, tahun 1993 sebagai pengusaha berwawasan
lingkungan
Indonesia Forum, “Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand”,
(IMTGT) tahun 1993
Pengurus Besar PERBAKIN, Jakarta, tahun 1993
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1996
PRIMANIYARTA (Pengusaha paling berprestasi bidang Ekspor Non Migas) dari
Presiden R.I, Jakarta, tahun 1997
Real Estate Indonesia, Tahun 1997
Pengurus Besar Dharma Pertiwi, Tahun 2000
Menteri Lingkungan Hidup RI, sebagai Nominasi Peraih Penghargaan
Kalpataru 2001
- Dan Penghargaan-penghargaan Nasional lainnya yang berbentuk Plakat,
Fandel, trophy dan lain-Iain.Penghargaan Daerah
Bupati KDH. Tk.II Labuhan Batu, Rantau Prapat, tahun 1991
Yayasan Sultan Iskandar Muda, sebagai orang tua asuh, Medan, tahun 1992
Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Medan, tahun 1992
Panitia Seminar Sehari GPDT -MHB, Medan, tahun 1993
PERBAKIN, Safari Wisata Buru, Piala GUBSU IV, tahun 1994
Keluarga Besar REPALA (Remaja Pencinta Alam), Medan, Tahun 1994
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Cabang Medan, Medan, tahun 1994
Pengda Perbakin tahun 1995
Panglima Kodam I/ Bukit Barisan, Medan, tahun 1995
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Medan, tahun 1995
Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 1995
Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Lomba Lintas Wisata Alam Tahura Bukit
Barisan II, tahun 1995
Yayasan Perguruan Husni Thamrin, Medan, tahun 1995
Yayasan Arief Rachman Hakim (Eksponen 66) Sumatera Utara, Medan, tahun
1995 Gubernur KDH. Tk.I Sumatera Utara, Medan, tahun 1996
Tokoh Wartawan Terbaik 1996, Medan, Tahun 1996
Panglima Komando Daerah Militer I / Bukit Barisan, Medan, tahun 1997
DPD Tk.I Generasi Muda KOSGORO Sumatera Utara, Medan, tahun 1997
Komite Nasional Pemuda Indonesia, Sumatera Utara, Medan, 1997
Pemuda &Lingkungan Hidup,tahun 1997
Jhon Robert Power, Medan, tahun 1998
Gubernur KDH Tk.I Sumatera Utara, untuk Pendirian Museum, Gallery Satwa
liar Satu-satunya di Asia tahun 1998
Inkubator Bisnis & Teknologi, Universitas Sumatera Utara “CIKAL”,
tahun 1998
Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN), Propinsi Sumatera Utara,
Medan, tahun 1999
Komite OlahRaga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Utara, Medan, tahun
1999 Paviliun Rumah Adat Melayu Sumatera Timur, tahun 1999
Perguruan Karate Full Contact KALA HITAM, Medan Sumatera Utara, Tahun
1999 Perbakin, Kapoldasu Cup, tahun 1999
IMABI (Institute Management of Business Modern), Tahun 1999
Giriwana Wisata Alam Sumatera Utara ke VII & Kemah Kerja Konservasi,
Tahun 2000
Komite. Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Sumatera Utara, Medan, tahun
2000 Universitas Negeri Medan (UNIMED), Tahun 2000
Himpunan Pemuda Nias Indonesia (HIPNI), Tahun 2000 .Leo Club Medan
Prima, Tahun 2000
Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara I Medan
- Dan Penghargaan-penghargaan lainnya yang berbentuk Plakat, Fandel,
Trophy dan lain-Iain.
Arifin Panigoro
Simbol Kebangkitan Politik Pengusaha
Sebelum Orde Baru tumbang tahun 1998, nama Arifin Panigoro hanya
dikenal kalangan terbatas sebagai pengusaha di bidang perminyakan.
Lingkaran pergaulannya lebih banyak dengan Pertamina dan pengusaha
perminyakan internasional. Namun, ketika reformasi tengan “hamil tua”
yang ditandai dengan maraknya aksi demonstrasi mahasiswa, kesadaran
politik Arifin bangkit. Ia telah menjadi simbol kebangkitan politik
pengusaha.
Tidak hanya itu, ia turut serta secara aktif membantu pergerakan
mahasiswa, termasuk menyiapkan nasi bungkus untuk dikirim kepada
mahasiswa yang tengah menggelar aksi di Gedung DPR Senayan, Jakarta.
Alumni Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1973 ini
memulai usahanya tidak langsung menjadi bos di Meta Epsi Drilling
Company (Medco). Sebelum tahun 1980-an, awalnya ia cuma sebagai
kontraktor instalasi listrik door to door. Selanjutnya memulai proyek
pemasangan pipa secara kecil-kecilan. Begitu ada proyek yang berdiameter
besar, hal itu bukan porsi pengusaha lokal, melainkan pengusaha asing.
Jadi, setiap Pertamina melakukan tender untuk pemasangan pipa besar,
maka perusahaan asing yang menang karena untuk pipeline butuh peralatan
berat. Peralatan itu umumnya hanya dimiliki oleh perusahaan asing.
Kondisi itu membuatnya berpikir, sebaiknya pengusaha lokal pun diberi
kesempatan atau dibantu untuk bisa menangani pemasangan pipa besar dan
tidak hanya diberi pekerjaan yang kecil-kecil. Tahun 1981 ia
memberanikan diri untuk mulai masuk proyek pipanisasi yang berdiameter
besar. Untuk pekerjaan itu, ia bekerja sama dengan perusahaan asing.
Deal-nya, bila satu proyek selesai, bagi hasilnya adalah peralatan itu.
Mitra setuju, proyek pun selesai. Sejak itu dengan alat tersebut ia
mencari proyek ke mana-mana.
Selain menggandeng mitra asing, dukungan dan proteksi dari pemerintah
amat diperlukan. Tidak mungkin pengusaha lokal yang baru berdiri dan
tidak memiliki pengalaman dapat tiba-tiba bersaing dengan perusahaan
asing yang berpengalaman di bidang perminyakan sela puluhan tahun.
Menggandeng mitra luar dan dukungan pemerintah itu merupakan cara
pengusaha lokal bisa membuka pintu ke bidang bisnis yang lebih luas.
Dengan begitu, persaingan dengan perusahaan asing bisa dilakukan.
Semuanya dimulai dari tahapan membiasakan pengusaha lokal mengerjakan
proyek besar. Contoh yang dialaminya dengan bendera usaha Medco tejadi
pada tahun 1979-1980 ketika terjadi oil boom, Sekretariat Negara
mengambil inisiatif untuk membangun kilang minyak karena ada tambahan
anggaran. Pada saat itu, pemerintah berkeinginan untuk menyelipkan unsur
pembinaan bagi pengusaha lokal, termasuk Medco. Saat itu, dalam
pembangunan Kilang Cilacap, Medco dikawinkan dengan satu perusahaan asal
Amerika Serikat. Akhirnya, Medco yang tidak tahu apa-apa tentang
pemasangan pipa, menjadi mengerti.
Demikian juga saat memulai usaha pengeboran minyak tahun 1981, juga
tak lepas dari bantuan pemerintah. Menurut Arifin, tahun itulah titik
awal Medco menjadi besar. Pada waktu itu, ia memiliki kedekatan dengan
Dirjen Migas Wiharso yang menginginkan ada pengusaha lokal dalam proyek
jasa pengeboran. Kebetulan ada penyertaan modal pemerintah ke Pertamina,
yang mau melakukan pengeboran gas di Sumatera Selatan.
Pemerintah mendorongnya untuk ikut tender, meskipun tidak punya
peralatan ngebor. Pemerintah memanggil perusahaan asing yang berpeluang
menang diminta untuk menyewakan alat, atau memakai orang-orang Medco
sebagai mitra. Tujuan pemerintah waktu itu adalah untuk membesarkan
pengusaha lokal. Namun, tanggapan dari perusahaan asing itu membuat Pak
Wiharso tersingung dan batal. Lalu Pak Wiharso memintanya menggarap
proyek itu sendirian. Arifin sama sekali tidak percaya dengan keputusan
itu karena ia tidak memiliki pengalaman melakukan pengeboran.
Hasilnya, ia kelabakan karena proyek yang ditenderkan tahun 1979
sudah harus mulai dikerjakan pada tahun 1980. Dengan perasaan yakin, ia
pun terima tantangan itu. Tahap awal ia instruksikan staf yang memiliki
kemampuan bahasa Inggris untuk menjajaki pusat penjualan peralatan
pengeboran di AS. Baru setelah ada kepastian dan diketahui harganya, ia
terbang dari Jakarta ke Houston, AS. Perjalanan itu merupakan pengalaman
pertamanya ke AS. Bermodal “bahasa Inggris Tarzan” dan uang 300.000
dollar AS, ia melakukan deal dengan pemilik barang. Hasilnya, deal
berangsung buruk.
Penjual barang meminta dalam waktu dua minggu barang seharga 4 juta
dollar AS sudah dibayar, kalau tidak maka uang muka 300.000 dollar AS
hangus. Ia terpaksa menerima syarat itu karena posisi tawarnya yang
jelek. Setelah itu ia langsung terbang ke Indonesia. Saking panjangnya
perjalanan dengan tiket ekonomi, tiba di Indonesia langsung sakit.
Namun, dengan kondisi yang berat ia berusaha menemui Gubernur Bank
Indonesia Rachmat Saleh, lalu ke Pertamina.
Cara itu merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan karena ia
masih merupakan pengusaha “bayi”. Beruntung, Pak Piet Haryono dan Pak
Wiharso memberikan rekomendasi, Medco patut dibantu. Dana pun cair di
ambang batas perjanjian. Proyek pun bisa berjalan sesuai waktu yang
ditentukan pemerintah.
Terhadap bantuan yang diberikan pemerintah itu, Arifin menilai sangat
positif agar pengusaha lokal mampu bersaing. Namun, tetap harus
dilakukan secara betul karena kalau tidak bisa, jadi salah arah. Di
sinilah sulitnya, kadang proteksi itu memberikan hasil yang sebaliknya.
Mumpung dikasih proteksi, pengusaha malah menjadi manja.
Setelah merintis usaha tahun 80-an, Medco memulai kejayaannya pada
tahun 1990. Sebelum tahun 1990 Medco selalu bekerja sama dengan pihak
ketiga dan untuk masuk ke sana bukan hanya masalah konsistensi ketekunan
dan normatif, tetapi juga urusan garis tangan sebagai penentu. Sebab,
untuk memburu satu sumur minyak bukan urusan ribuan dollar AS, tetapi
jutaan dollar AS dan itu pun belum tentu ketemu minyaknya.
Namun, keinginan untuk bisa mandiri tetap ada, maka tahun 1990 untuk
pertama kali Arifin membeli sumur minyak di Tarakan, Kalimantan Timur,
seharga 13 juta dollar AS. Ladang itu mampu berproduksi 4.000 barrel per
hari (bph). Tahun 1995, beli lagi sumur minyak tertua PT Stanvac
Indonesia milik ExxonMobil, yang sampai saat ini total produksi yang
dimiliki Medco mencapai 80.000 bph.
Barangkali inilah prestasi paling gemilang dari Arifin dan
perusahaannya, Meta Epsi Drilling Company (Medco). Pembelian Stanvac
dimenangkan melalui tender yang kemudian namanya diubah menjadi Expan.
Dengan pembelian itu, PT Stanvac tidak lagi dikuasai orang asing sebab
perusahaan minyak tertua di Indonesia itu sudah dimiliki sepenuhnya oleh
Medco.
Keberhasilan itu konon karena ada unsur tekanan dari pemerintah. Atas
isu tersebut, Arifin membeberkan bahwa ia membeli perusahaan minyak itu
melalui tender intemasional. Untuk bertemu langsung dengan orangnya
saja tidak bisa. Baru setelah selesai pembelian, mereka bisa benar-benar
bertemu. Ia membelinya secara langsung. Waktu itu cadangannya cuma 20
juta. Kemudian tahun 1996 produksi digenjot. Hasilnya, satu lapangan
saja bisa mendapatkan 320 juta barel minyak.
Sukses di bidang perminyakan ternyata membuat Arifin berpikir lain
masih dalam sektor tambang. Kenapa orang lokal tidak bisa berjaya di
gas, seperti halnya di minyak. Padahal Indonesia kan salah satu produsen
gas terbesar di dunia dan banyak industri yang berteriak kekurangan
gas? Pernyaan inilah yang kerap membuatnya gundah. Jika kita lihat pada
satu sisi, Indonesia menempati posisi nomor satu di dunia dalam ekspor
LNG karena cadangan gas jauh lebih banyak dari minyak. Kini, cadangan
sudah mencapai 170 triliun kaki kubik (TCF). Jika cadangan itu
diproduksi, sampai 50 tahun pun tidak akan habis.
Gas itu ada di luar Pulau Jawa, tetapi tetap harus harus dibawa ke
Pulau Jawa karena berapa pun harganya tetap menarik. Misalnya PLN, jika
membeli gas harganya hanya 3 dollar per million metric british thermal
unit (MMBTU) sudah sangat mewah. Namun, kalau disetarakan dengan BBM
sama dengan 18 dollar AS per barrel. Harga itu sangat murah dibandingkan
harga BBM yang harus dibayar PLN sebesar 30 dollar AS per barrel.
Namun, kembali lagi, kenapa gas tidak ada di Pulau Jawa, ini masalah
kebijakan pemerintah. Jadi, mestinya Bappenas atau Menteri bidang Ekuin
sama memikirkan, apakah terus bergantung minyak yang harganya 30 dollar
AS per barrel. Medco menjual ke Pusri 1,8 dollar AS ditambah ongkos pipa
0,5 sen dollar, sudah bisa untung.
Inilah yang ia anggap kebijakan itu keliru. Demikian juga proyek yang
dibangun oleh PT Perusahaan Gas Negara, yang berhasil menyambung pipa
gas ke Singapura, setelah itu membangun pipa ke Pulau Jawa adalah
kebijakan yang salah. Gas di Sumsel sebenarnya tak banyak lagi, jadi
seharusnya dibawa ke Jawa saja. Tetapi, barangkali pemeritah memiliki
pertimbangan harga di Singapura yang barangkali lebih baik.
Sukses di dunia bisnis membuatnya ikut berpetualang ke dunia politik.
Awalnya ia melakukan pertemuan di Hotel Radisson Yogyakarta tahun 1997.
Sebenarnya itu adalah pertemuan atau diskusi biasa. Namun, efeknya luar
biasa, khususnya buat Arifin. Ia dituduh berupaya menggagalkan Sidang
Umum MPR yang akan mengesahkan Soeharto menjadi Presiden ketujuh
kalinya.
Ketika aksi mahasiswa semakin memanas, Arifin memberi bantuan
konsumsi kepada para demonstran yang melakukan aksi di Gedung DPR.
Ribuan kotak makanan dikirim. Tak heran jika kemudian muncul opini bahwa
Arifin adalah tokoh di belakang aksi atau cukong para mahasiswa. Namun,
Arifin tahu bahwa ia tidak sendiri. Gerakan reformasi merupakan suratan
untuk memperbaiki keadaan.
Cobaan terhadap langkahnya di dunia politik masih berlanjut. Di era
Presiden BJ Habibie, Arifin Panigoro kembali dijerat dengan tuduhan
pidana korupsi penyalahgunaan commercial paper senilai lebih dari Rp 1,8
triliun. Pada waktu itu, sejumlah kalangan percaya dijeratnya Arifin
karena kedekatannya dengan gerakan mahasiswa. Bahkan pada masa
pemerintahan Megawati, Arifin kembali dicoba untuk dijerat lewat perkara
di kejaksaan. Sejak awal, dirinya yakin hanya dikerjain karena masih
banyak pihak yang tidak senang dengan aktivitas politik yang digeluti.
Pengalamannya sebagai pengusaha membuat dia tidak kaget dengan
praktik politik karena di dalamnya ada aktivitas melobi atau menggarap,
juga money politics. Baginya, hari-hari uang adalah urusannya. Dari
permulaan bekerja sebagai pengusaha, ia tidak pernah buat kesepakatan
dengan fasilitas yang diperolehnya.
Demikian juga dengan urusan politik yang juga bagian dari kompromi
lintas fraksi, kesepakatan semua kekuatan. Hal-hal begitu tidak selalu
pakai uang, cukup pengertian bahwa kita punya sesuatu yang lebih besar,
mari kita jalani sama-sama. Namun, perjalanan tidak selalu mulus, godaan
banyak. Apalagi kekuatan politik sekarang sesudah zaman Soeharto,
relatif pemainnya baru semua.
Meskipun terbiasa bermain dengan uang, namun Arifin mengaku memiliki
batasan dalam memainkan uangnya. Sayangnya, proses politik atau proses
pengambilan keputusan politik, ternyata uang yang berbicara. Padahal,
meskipun ia seorang pebisnis, tetapi ia mau bisnis tanpa uang. Meskipun
ia mengaku, cara bisnisnya memang tidak sebersih di AS. Di negara itu,
mentraktir makan di atas 100 dollar AS sudah termasuk kategori sogokan.
Ia tidak begitu amat, tetapi mendambakan good government and corporate
governance, supaya bisa membuat bangsa ini ke depan lebih baik.
Ia berhitung, hari ini, uang dihabiskan untuk apa saja. Ia mau
menghitung berapa total uang yang dikeluarkan dalam pemilihan kepala
daerah di Indonesia, yang akan membebani APBD setiap daerah. Jangan
lupa, itu uang rakyat dari pajak. Kalau pemimpinnya main, tentu
menggelembungkan dana proyek, tentu bawahan juga ikut ambil bagian.
Dengan demikian korupsi akibat kedudukan bisa menimbulkan efek berantai,
jika dana diselewengkan Rp 1 triliun, uang rakyat yang bakal hilang
sekitar Rp 10 triliun untuk pemilihan kepala daerah.
Perkenalannya lebih mendalam dengan dunia politik adalah ketika
partai-partai baru bermunculan tahun 1998-1999 setelah lengsernya
Soeharto dari kursi presiden. Pada awalnya, Arifin menjalin hubungan
dengan berbagai tokoh politik, baik tokoh masyarakat yan sudah lama
dikenal maupun tokoh yang baru muncul. Saat deklarasi partai baru
dilangsungkan, Arifin kerap menghadirinya. Namun, akhirnya pilihannya
jatuh ke PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Bersama
PDIP, Arifin pun melenggang menuju Senayan sebagai anggota DPR/MPR.
Untuk kategori pemain baru di dunia politik, sebenarnya karir politik
Arifin terbailang bagus. Ia bisa duduk di jajaran DPP partai peraih
suara terbanyak dalam pemilu. Ia pernah memimpin lintas fraksi, juga
menjadi Ketua Fraksi PDIP MPR. Namun, dunia politik memang seperti cuaca
yang cepat berubah. Arifin yang kerap dikenal sebagai anak “indekos” di
partai berlambang banteng merah gemuk itu dianggap sudah kurang loyal
kepada partainya dan mulai memihak lawan partai politiknya bernaung.
Arifin Panigoro yang dulu dianggap sebagai inspirator pembangunan
jalan mulus Presiden Megawati menuju kursi kepresidenan, kini dianggap
sebagai anak yang nakal. Isu pun merebak bahwa Arifin bakal dipecat.
Namun, hingga saat ini, isu tersebut tidak berbuah menjadi kenyataan.
Terhadap isu tersebut, ia berpendapat kalau dirinya dikeluarkan,
sepertinya ia harus membuat acara perpisahan dengan teman-teman. Tetapi,
sebetulnya ia sudah memikirkan untuk keluar. Menurutnya, kalau
dikeluarkan dirinya akan lebih senang. Seperti orang kerja, kalau
berhenti tidak dapat pesangon, kalau diberhentikan malah dapat pesangon.
Meskipun siap untuk keluar, namun mengenai masa depan politiknya
masih belum jelas, dan ia sendiri masih belum bisa mengira-ngira ke mana
akan berlabuh. Hal itu terjadi karena dari tahun 1998 ia termasuk
non-partisan, meskipun belakangan bergabung ke partai. Awalnya, ia
datang pada setiap acara peresmian partai baru, sampai akhirnya
bergabung dengan PDIP.
Arifin menganggap dirinya sebagai seorang oportunis yang iseng-iseng.
Atau ia hanya ingin ada lima tahun periode yang lain, tidak hanya
menjadi seorang pengusaha.Tetapi yang pasti, hematnya, konyol jika
berhenti lalu serta-merta melawan PDIP, apalagi mau menggulingkan
Megawati.
Jika benar-benar mundur dari dunia politik, kemungkinan ia akan
relaksasi dan bermain golf di Paris atau mencari sekolah khusus untuk
mereka yang sudah berumur di kota yang mempunyai makanan yang enak-enak.
Mungkin enam bulan istirahat dulu.
Ia juga termasuk orang yang respek terhadap cendekiawan muslim
Noercholish Madjid (Cak Nur). Menurutnya, Cak Nur itu bukan politikus,
tetapi berminat jadi presiden. Ketika pertama kali mengemukakan minatnya
jadi presiden Arifin termasuk orang yang awal-awal mendatangi dan
bertanya, ternyata jawabannya memang mau. Pikirnya, siapa pun ini, dia
dari unsur yang berbeda dibandingkan politikus yang lain. Dengan
demikian bisa menjadi ukuran moral, sebab moral juga harus terukur.
Paling tidak, politikus ada malu-malu sedikit. Jadi, pencalonan Cak Nur,
sebenarnya dapat meningkatkan kualitas pertandingan.
Mengenai kehidupan keluarganya, suami dari Raisis A Panigoro cukup
bahagia. Anak-anaknya sudah besar, bahkan yang tertua Maera Hanafiah
sudah menikah dan sebentar lagi dikarunia anak kedua. Adapun yang bungsu
Yaser Mairi sedang menambah pendidikan di Singapura pada bidang IT.
Sekarang, meskipun agak telat, ia sadar, kalau dirinya kurang memberikan
perhatian kepada anak-anak, karena jam kerja yang ngawur. Sekarang,
sejak sekolah di luar negeri, anak-anaknya seakan-akan lupa dengan orang
tua.
Meskipun anak-anak itu bersekolah di luar negeri, namun tidak ada
yang secara khusus disiapkan menggantikannya. Anak pertamanya seorang
ibu rumah tangga, anak kedua tidak dipersiapkan untuk itu. Prinsipnya,
Medco bukan perusahaan keluarga, jadi sebaiknya dijalankan oleh
profesional. Kebetulan, adiknya orang minyak. Jadi, Hilmi Panigoro duduk
Medco.
Ia juga tidak akan memaksakan anak-anak untuk meneruskan usaha orang
tuanya. Jika kapasitasnya sudah dipenuhi, silakan saja kalau mau
meneruskan. Ia mengaku tidak takut jika perusahaannya dipegang oleh
orang lain, toh semua aset, cadangan tidak ke mana-mana.
Meskipun kini sudah menjadi “raja minyak”, suami dari Raisis A
Panigoro ini mengaku, kaya itu relatif. Dia mengaku tak pernah
menghitung, apakah dirinya kaya atau tidak, sebab semua hidup yang
dijalani terus menggelinding. Baginya, disebut kaya itu relatif, kalau
di Indonesia, seperti dirinya memang sudah menonjol. Sebagai orang yang
beberapa kali dicekal untuk bepergian ke luar negeri, ia pun bertanya
untuk apa kekayaan itu.
Sebagai orang yang romantis, ia mengaku merasa benar-benar kaya,
kalau berada dalam satu konser musik yang benar-benar disukai. Seperti
saat ini, setelah bisa menikmati alunan gamelan Jawa, maka setiap
mendengar musik Jawa itu sebelum tidur, dia merasa kaya. Jadi, baginya
kaya cukup sederhana, bukan harta melimpah atau kekuasaan.
Arifin juga sadar, suatu saat akan pendiun sebagai orang perminyakan.
Namun, tidak berarti ia akan berdiam diri. Ia merencanakan untuk
memfokuskan ke Medco yang lain yaitu di bidang agrobisnis. Sekarang ini
orang sedang banyak bicara tentang pertanian. Masalah minyak goreng yang
masih kurang kelapa sawitnya. Mungkin itu adalah salah satu pelabuhan
yang akan ditujunya kemudian.
Nama :
Arifin Panigoro
Lahir:
Bandung, 14 Maret 1945
Agama:
Islam
Isteri:
Raisis A Panigoro
Anak:
Maera Hanafiah
Yaser Mairi
Pendidikan:
Lulusan Jurusan Elektro, Institut Teknologi Bandung, 1973
Mengikuti Senior Executive Programme Institute of Business
Administration di Fountainebleau, Prancis yang dikoordinir oleh Kadin,
1979
Pengalaman Kerja :
:: PT Meta Epsi Duta Corporation (Komisaris Utama), sejak 1989
:: PT Inti Persada Multi Graha (Presiden Direktur), sejak 1994
:: PT Meta energi Petrasanga (Komisaris), sejak 1994
:: PT Energi Patranagari (Komisaris), sejak 1994
:: PT Apexindo Pratama Duta (Komisaris) sejak 1987
:: PT Citra Panji Manunggal (Komisaris Utama) sejak 1987
:: PT Meta Epsi Engineering (Komisaris Utama) sejak 1983
:: PT Meta Epsi Antareja Drilling Co.(Komisaris Utama) sejak 1983
:: PT Bina Karya Pariwisindo (Komisaris) sejak 1981
:: PT Meta Epsi Sarana Graha (Presiden Komisaris) sejak 1994
:: PT Meta Epsi Agro (Komisaris) sejak 1994
Jabatan Politik:
Ketua Fraksi PDI-P MPR RI 2002-2003
Organisasi :
:: Yayasan Padamu Negeri (Ketua Umum) 1991-sekarang,
:: Ikatan Alumni Elektro ITB (Ketua I ) 1989-sekarang,
:: Persatuan Insinyur Indonesia (Ketua Umum) 1994
:: Ketua DPP PDI-Perjuangan 1999
Alamat Rumah:
Jalan Jenggala, Kebayoran Baru.
Bob
Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah
seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan
peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick.
Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan
pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir
dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari
lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu
berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena
saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya
untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda
dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta
Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di
Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada
tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2
Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk
membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain
tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia,
Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad
untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya
setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia
miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia
mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena
tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi
tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami
depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari,
temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang
dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi
berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia
mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun
juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari
menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan
istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka
fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang,
Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak
jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun.
Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan
drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan.
Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik
tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil
sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis
pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya
holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang
asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para
petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah
sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha
tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya
uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani
mencari dan menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran
seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada
pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan.
Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana
sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata
Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya
sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob
trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan
kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi
trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari
ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa
memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu
luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu
menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan
kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan
sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah
keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai,
tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak
Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di
Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di
Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya
punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi
guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob
berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes
buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di
Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih
terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob
sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata,
bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan
mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber
penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia
mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di
luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras,
”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk
menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari
kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil
menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur
sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di
Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru,
Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan
Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging
olahan, dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,”
kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu
memberi contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per
kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual kangkung dengan harga
segitu,” kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya,
tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya, bidang yang
ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin
berkhayal yang macam-macam.
Haji yang berpenampilan nyentrik ini,
penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah
baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Nama :
Bob
Sadino
Lahir :
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama :
Islam
Pendidikan
:
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta
(1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan
Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal
Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT
Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat
Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka
Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
Referensi :
-
http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi/
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino
Yamaha
Corporation diberi nama pendirinya, Torakusu Yamaha (山 叶寅 楠, Yamaha
Torakusu; April 20, 1851-8 Agustus 1916). Ayahnya, seorang samurai dari
Prefektur Wakayama, tertarik pada astronomi dan mekanika dan memberikan
anaknya pendidikan modern. Yamaha belajar di bawah insinyur Inggris,
kemudian menyelesaikan magang di sekolah pertama di Jepang kedokteran
Barat di Nagasaki dan mengambil pekerjaan memperbaiki peralatan medis di
kota terpencil Hamamatsu. Ketika sekolah setempat meminta agar dia
memperbaiki buatan Organ Mason & Hamlin buluh, ia menyadari potensi
bisnis manufaktur organ di Jepang, dan pada tahun 1887, ia mendirikan
Organ Yamaha Manufacturing Company, produsen pertama dari alat-alat
musik Barat di Jepang , dan membangun organ buluh portabel pertama. Pada
1889, perusahaan itu mempekerjakan 100 orang dan menghasilkan 250 organ
setiap tahun.
Tahun 1899,
Kementrian pendidikan Jepang mengirim Yamaha ke Amerika Serikat untuk
belajar piano membuat dan menetapkan pemasok bahan-bahan yang diperlukan
untuk memproduksi piano di Jepang. Nippon Gakki mulai membuat piano
tegak pada 1900 dan menghasilkan piano pertama pada tahun 1902,
menerapkan keahlian dalam pertukangan untuk pembuatan mebel baik. Di St
Louis World's Fair di tahun 1904, sebuah piano dan organ buatan yamaha
menerima Penghargaan. Pada tahun 1914, ketika Perang Dunia I dibatasi
penjualan harmonicas Jerman di Jepang, Yamaha memperkenalkan harmonika
pertama dan mulai mengekspor harmonicas di seluruh dunia. Yamaha terus
memperluas ke bidang musik.
Menghadapi persaingan instrumen musik
buatan Barat, Nippon Gakki membuka akustik pertama di dunia penelitian
laboratorium pada tahun 1930. Pada tahun 1931, ia merancang akustik Diet
baru Jepang aula. Pada 1932, ia mulai produksi pipa organ. Selama tahun
1930-an, perluasan sistem sekolah umum di Jepang menciptakan permintaan
alat-alat musik Barat, dan Nippon Gakki mulai menghasilkan harga
kompetitif akordion dan gitar. Ini menghasilkan gitar akustik pertama
pada tahun 1942.
Setelah Perang Dunia II
Selama Perang Dunia
II, Nippon Gakki memproduksi baling-baling untuk pesawat-pesawat tempur,
tangki bahan bakar, dan bagian sayap, dan akhirnya berhenti memproduksi
alat-alat musik sama sekali. Teknologi baru yang dipelajari selama
perang manufaktur Nippon Gakki diaktifkan untuk cor logam sendiri piano
frame. Pada tahun 1948, dengan bisnis musik tiba-tiba meningkat ketika
Jepang diamanatkan oleh Departemen Pendidikan pendidikan musik di
sekolah-sekolah umum. Pada tahun 1950-an, Yamaha adalah produsen
terbesar di dunia piano. Ini juga mulai memproduksi komponen audio, dan
pada tahun 1955, ia menghasilkan (Hi-Fi) record player.
Nippon
Gakki Salah satu prinsip utama adalah untuk mengembangkan usahanya
dengan menemukan penggunaan baru bagi teknologi dan bahan-bahan yang
ada. Setelah Perang Dunia II, presiden keempat Yamaha, Gen-ichi Kawakami
(川 上 源 一, Kawakami Gen'ichi, 30 Januari 1912 25 Mei 2002), mencari cara
baru untuk memanfaatkan fasilitas manufaktur perusahaan, mulai serius
menyelidiki pasar luar negeri. Ia mengunjungi Amerika Serikat beberapa
kali, mengingat produksi mesin jahit, suku cadang mobil, skuter,
utilitas roda tiga kendaraan, atau sepeda motor. Sejak pembiayaan untuk
pabrik baru langka, Nippon Gakki penelitian mulai menggunakan
bahan-bahan yang baru seperti diperkuat serat gelas plastik (FRP). Pada
tahun 1960, perusahaan memproduksi FRP pertama perahu layar, dan
kemudian dibuat yacht, kapal patroli untuk Jepang's Maritime Safety
Agency, dan kapal-kapal nelayan oceangoing. Produk FRP lain, seperti
busur untuk panahan, ski, dan bak mandi segera menyusul. Penelitian
untuk mengembangkan paduan logam menyebabkan peralatan produksi seperti
boiler dan sistem pemanas sentral untuk industri konstruksi.
Elektronik
Pada
1970-an, sirkuit terpadu (IC) diganti transistor, dan karena itu tidak
dapat menemukan yang cocok untuk produsen, Nippon Gakki membangun pabrik
sendiri untuk membuat mereka pada tahun 1971. Hal ini memungkinkan
Nippon Gakki untuk memenuhi meningkatnya permintaan cepat keyboard
elektronik dan audio komponen. Pada tahun 1976, ia membuka pabrik untuk
memproduksi skala besar sirkuit terpadu (LSIs) dan dikonversi seluruh
produk elektronik, seperti keyboard, dari analog ke format digital.
Nippon Gakki LSIs digunakan untuk menghasilkan suara profesional pertama
sistem dan untuk memproduksi produk-produk baru bagi konsumen industri
audio selama awal 1980-an. The DX-7 digital synthesizer, diperkenalkan
pada tahun 1983, menjadi dunia laris synthesizer. Pada tahun yang sama,
perusahaan mulai menjual LSIs ke produsen lain.
Perusahaan
riset intensif dalam logam paduan untuk digunakan dalam piano akustik
Yamaha telah memberikan pengetahuan luas pembuatan ringan. Pengetahuan
ini dengan mudah diterapkan pada pembuatan frame logam dan motor suku
cadang untuk sepeda motor. Kawakami dan insinyur mengunjungi
pabrik-pabrik Jerman untuk belajar bagaimana membuat sepeda motor.
Semboyan mereka adalah, "Jika Anda akan membuat itu, membuatnya menjadi
sangat terbaik yang ada." Prototipe pertama, Yamaha YA-1, dinamai untuk
menghormati pendiri Yamaha, selesai pada bulan Agustus 1954. Sepeda ini
didukung oleh udara-cooled, 2-stroke, 125 cc single silinder mesin.
Prototipe diletakkan melalui 10.000 km belum pernah terjadi sebelumnya
ketahanan tes untuk memastikan bahwa kualitasnya adalah kelas atas.
Pada
tahun pertama produksi (1954), dibangun 125 Yamaha YA-1 (juga disebut
Akatombo, para "Red Dragonfly") sepeda motor. The YA-1 adalah pola
setelah DKW RT125 Jerman (yang juga telah disalin oleh perusahaan
amunisi Inggris, Birmingham Small Arms Company, sebagai BSA Bantam, dan
oleh Harley-Davidson sebagai Hummer).
Keberhasilan YA-1
mengakibatkan pendirian Yamaha Motor Co, Ltd pada tanggal 1 Juli 1955.
Produsen sepeda motor baru diproduksi sekitar 200 unit per bulan. Pada
tahun yang sama, di YA-1 memenangkan kelas 125cc di dua acara balapan
terbesar di Jepang, ke-3 Mt. Pendakian Fuji Ras dan tanggal 1 Asama
Highlands Race. Tahun berikutnya, di YA-1 menang lagi di kedua Terang
dan sinar Ultra-kelas dari Highlands Asama Race.
Pada 1956, yang
175cc silinder tunggal dua-stroke model, YC1, sudah siap untuk produksi.
Pada tahun 1957, produksi Yamaha mulai yang pertama 250 cc, dua-stroke
kembar, yang YD1. Pada tahun 1958, Yamaha menjadi manufaktur sepeda
motor Jepang pertama untuk memasuki arena perlombaan internasional, dan
memenangkan 6 tempat yang mengesankan di Grand Prix Catalina ras di
Amerika Serikat. Yamaha bertindak cepat selebriti ini dan mulai
memasarkan sepeda motor melalui distributor independen, Cooper Motors,
di California pada 1958.
2008 AutoTronics Taipei & Motorcycle
taiwan Bersama Opening: Yamaha Phazer di Paviliun Fi.
2008
AutoTronics Taipei & Motorcycle taiwan Bersama Opening: Yamaha
Phazer di Paviliun Fi.
Pada tahun 1963, Yamaha mengembangkan
Sistem Autolube, sebuah sistem injeksi minyak terpisah selama dua-stroke
mesin sepeda motor, menghilangkan ketidaknyamanan pra-pencampuran bahan
bakar dan minyak. Pada tahun 1966, Toyota dan Yamaha bekerja sama untuk
memproduksi edisi terbatas Toyota 2000 GT mobil sport, masih dikagumi
karena kinerja dan keahlian. [5] Pada tahun 1968, Yamaha meluncurkan
Yamaha DT-1, pertama di dunia off-road sejati sepeda motor, menciptakan
sebuah genre baru saat ini dikenal sebagai jalur sepeda. Yamaha telah
sejak membuat jumlah luas dua dan empat-stroke scooters, on-road dan
off-road sepeda motor. Yamaha XS 650, diperkenalkan pada tahun 1970,
adalah seperti kesuksesan yang luar biasa itu mengakhiri monopoli
Inggris vertikal kembar sepeda motor. Hari ini, Yamaha Motor Company
adalah terbesar kedua di dunia produsen sepeda motor (setelah Honda).
[6] Ini juga memproduksi kendaraan semua medan (ATV), perahu,
snowmobiles, motor tempel, dan perahu pribadi. Pada tahun 2000, Toyota
dan Yamaha membentuk aliansi yang dibayar Toyota Yamaha Corporation 10.5
billion yen untuk yang 5 persen saham di Yamaha Motor Company sementara
Yamaha Motor Yamaha dan 500.000 saham masing-masing membeli saham
Toyota.
Yamaha Corporation of America
Pada tahun 1960, Yamaha
Corporation of America (YCA), kemudian Yamaha International Corporation,
didirikan untuk memasarkan baris penuh alat musik dan audio / visual di
Amerika Serikat. YCA adalah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya
dari Yamaha Corporation, Jepang, dan merupakan yang terbesar dari semua
perusahaan anak perusahaan global. Sebuah anak perusahaan dari YCA,
Yamaha Commercial Audio Systems (YCAS), didirikan pada tahun 2006,
menawarkan garis tumbuh komersial produk-produk audio untuk pasar
Amerika Serikat dan Kanada, dan mendistribusikan produk speaker Nexo.
YCA
anak perusahaan lain, Yamaha Electronics Corporation (YEC), menawarkan
garis komprehensif audio dan video produk di pasar hiburan rumah AS.
Yamaha
Corporation
Pada Oktober 1987, pada 100 tahun, Yamaha mengubah
nama resmi kepada The Yamaha Corporation.
Pada tahun 1989, Yamaha
dikapalkan pertama di dunia perekam CD. Pada tahun 1988, Yamaha dibeli
Rangkaian Sequential dan 1.989-1.993, membeli saham yang signifikan (51
persen) dari pesaing Korg. Ini juga diperoleh Audio Software produsen
jerman Steinberg pada tahun 2004, dari Pinnacle.
Setelah periode
kesulitan keuangan selama tahun 1980-an, presiden kedelapan, Seisuke
Ueshima, mulai reorganisasi perusahaan pada tahun 1992. Untuk pasar yang
sudah hampir jenuh, Yamaha difokuskan pada produk high-end, seperti
seri Disklavier piano, dengan built-in komputer untuk merekam dan
memutar ulang pertunjukan, yang bisa ritel lebih dari $ 30.000 dan
membawa keuntungan yang lebih tinggi. Ueshima mendorong perusahaan untuk
mengembangkan produk-produk baru. Pada tahun 1993, Yamaha berhasil
meluncurkan seri Silent Piano, piano yang baik dapat dimainkan seperti
piano akustik biasa, atau dengan suara mereka terdengar dan hanya
terdengar ke pianis melalui headphone. Hal ini diikuti oleh Trumpet Diam
pada tahun 1995, Diam Drum pada tahun 1996, Biola Diam pada tahun 1997,
dan Cello Diam pada tahun 1998. The VP1 virtual VL1 akustik dan
synthesizer, bukan perpustakaan menyimpan suara yang akan diputar ulang,
menggunakan model komputer dari instrumen sendiri untuk produser yang
lebih luas lebih autentik berbagai suara.
Pada tahun 2002, Yamaha
ditutup panahan bisnis produk, yang telah dimulai pada tahun 1959. Enam
pemanah di lima Olimpiade berbeda memenangkan medali emas menggunakan
produk Yamaha. [7]
Pada bulan Juli 2007, Yamaha dibeli pemegang
saham minoritas dari keluarga Kemble Yamaha-Kemble Musik (UK) Ltd,
Inggris Yamaha impor dan alat musik dan penjualan peralatan audio
profesional lengan, dan berganti nama menjadi perusahaan Yamaha Music UK
Ltd. [8] Kemble & Co Ltd, Inggris penjualan dan manufaktur piano
lengan, adalah tidak terpengaruh. [9]
Pada tanggal 20 Desember
2007, Yamaha membuat kesepakatan dengan Bank Austria BAWAG PSK Grup
BAWAG untuk membeli semua saham Bösendorfer, [10] dimaksudkan untuk
mengambil tempat di awal 2008. Yamaha bermaksud untuk melanjutkan
manufaktur di fasilitas Bösendorfer di Austria. [11] Yamaha akuisisi
Bösendorfer diumumkan setelah NAMM Show di Los Angeles, pada Januari,
2008. Pada tanggal 1 Februari 2008, Bösendorfer Klavierfabrik GmbH mulai
beroperasi sebagai anak perusahaan dari Yamaha Corporation. [12] Yamaha
telah menjadi produsen terbesar di dunia alat musik (termasuk "diam"
piano, drum, gitar, biola, violas dan celli), serta produsen terkemuka
semikonduktor, audio / visual, produk-produk terkait komputer, barang
olahraga, rumah tangga dan perabotan, khusus logam, peralatan mesin, dan
robot industri. Yamaha memiliki banyak anak perusahaan dan afiliasinya
di pasar luar negeri di samping sejumlah perusahaan terkait di Jepang.
Yamaha
memiliki dan mengoperasikan beberapa fasilitas resor yang unik di
Jepang yang menyediakan pelanggan dengan kesempatan untuk menikmati
waktu luang dan kegiatan budaya yang melibatkan produk-produk Yamaha,
termasuk golf, motor sport dan musik.
Perusahaan lain dalam grup
Yamaha meliputi:
* Yamaha Motor Company
* Yamaha Baik
Technologies Co, Ltd
* Livingtec Yamaha Corporation
* Metanix
Yamaha Corporation
* Yamaha Pro Audio
http://kolom-biografi.blogspot.com
Inovasi dalam sudut pandang Jepang dinilai sebagai hasil
kerja tim (Seng, 2007). Tidak ada pendapat individual dalam kelompok.
Sehingga tak heran jika di perusahaan-perusahaan besar PMA Jepang di
negara Indonesia (misalnya Toyota Astra Motor), kerjasama tim sangat
ditekankan di masing-masing divisi untuk menghasilkan sebuah inovasi
produk (goningumi). Folosofi bisnis Jepang mengatakan bahwa rasa
memiliki organisasi sangat tinggi. Hal ini sesuai budaya asli orang
Jepang, menjunjung tinggi harga diri (semangat bushido dan samurai).
Dalam hal kedisiplinan, Jepang sangat ketat. Mereka rajin bekerja dan
giat. Dalam hal lini manajemen, hampir bisa dikatakan tidak ada batas
ruang antara atasan dan bawahan. Budaya kerja Jepang sangat menghargai
waktu. Pencatatan waktu kerja sangat diperlukan. Budaya senam pagi
sebelum kerja juga merupakan hal yang sangat umum dilakukan di
perusahaan-perusahaan Jepang. Setelah keruntuhan Jepang dengan adanya
bom di nagasaki dan hiroshima, Jepang berusaha meniru dan mempelajari
produk lain dari luar untuk kemudian dikembangkan sendiri menjadi sebuah
karya yang inovatif. Ada juga paradigma Jepang yang menyatakan bahwa
setiap laki-laki Jepang wajib bekerja. Lain halnya dengan wanita. Jika
seorang wanita telah melahirkan, maka kewajiban yang utama adalah
mengurus rumah tangga. Jika seorang laki-laki pulang kerja lebih awal,
justru akan dipertanyakan oleh tetangga sekitar. Bisa dikatakan
merupakan sebuah aib. Tidak menyia-nyiakan waktu adalah sesuatu yang
lumrah di sana. Misalnya dengan membaca buku ketika dalam perjalanan
naik kreta. Sampai tahun 2007, Jepang adalah negara dengan pendapatan
per kapita tertinggi di dunia. Hutang adalah sebuah pantangan di negara
tersebut. Hidangan wajib warga Jepang adalah teh hijau.
Sebagai contoh di Toyota. Ada dua kunci utama kesuksesan
perusahaam raksasa itu. Dalam buku ”Toyota Way” (Liker, 2206),
diungkapkan bahwa kunci tersebut adalah (1) continuous improvement;
(2) respect to the other people. Perubahan yang berkelanjutan
dan dilakukan dengan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit), begitulah
yang diterapkan di sana. Kunci kedua adalah menghargai pendapat setiap
orang di perusahaan, tak peduli apa posisi dan jabatanya. Karena bisa
jadi hal itu yang akan menjadi salah satu kunci sukses perusahaan,
misalnya dalam hal inovasi proses bisnis.
Cina lebih fleksibel dan terbuka daripada
Jepang dalam hal berbisnis. Sehingga koneksi dan jaringan Cina lebih
luas daripada Jepang. Kepercayaan sangat dijunjung tinggi di Cina.
Merantau adalah hal yang utama dan wajar dilakukan untuk merubah nasib
menjadi lebih baik. Maka, dapat dilihat di berbagai penjuru dunia, warga
Cina tersebar luas di mana-mana. Dan sangat ulet dalam hal bekerja,
seperti halnya Jepang. Budaya Cina, tak malu-malu untuk melakukan
pekerjaan apapun, yang penting menguntungkan. Walaupun pekerjaan itu
kasar, misalnya harus mengurus toko material sampai angkat-angkat
material.
Lain halnya dengan budaya Barat (Amerika Serikat). Inovasi
adalah sebuah karya individu. Sikap kapitalisme sangat berkembang.
Sebagai misal, ketika seorang pekerja dapat memperoleh keuntungan yang
lebih besar di perusahaan lain, walaupun lebih mapan dan lebih lama
bekerja di perusahaan asal, maka tentu saja yang diutamakan adalah
materi, mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dengan cara apapun.
Ibaratnya seekor tikus. Maka akan mencari bongkahan keju yang lebih
besar. Berlomba-lomba untuk memperkenyang diri sendiri dahulu. Prinsip
kepemimpinan ditekankan di paradigma barat atau Amerika. Budaya feodal
(perbedaan harkat dan martabat antara petinggi dan bawahan) sudah
menjadi barang yang wajar.
Dalam bukunya “The Starbucks Experience”, Joseph A.
Michelli (seorang konsultan dan peneliti di bidang manajemen) mencoba
mengungkapkan rahasia suksesnya kedai kopi Starbucks. Ada lima hal yang
menjadikan perusahaan Amerika itu meraup sukses, bahkan sampai di
Indonesia. Prinsip pertama yakni “Lakukan dengan cara anda”. Prinsip
kedua yakni “Semuanya penting”. Prinsip ketiga “ Kejutan dan
kenikmatan”. Prinsip yang keempat adalah “terbuka terhadap kritik”.
Sedangkan yang terakhir adalah “Leave your mark”. Terlihat bahwa
paradigma bisnis Amerika sangat menghargai pelanggan dan mencoba
memanjakan serta memenuhi semua keinginan pelanggan. Howard Schultz
adalah orang di belangan suksesnya Starbucks.
Contoh
lain adalah di pabrik lampu GE (General Electric). Pabrik yang bercikal
bakal dari Thomas Alpha Edison. Diungkapkan Rothschild (2008), bahwa
kunci sukses GE menerapkan LATIN (Leadership, Adaptability, Talent,
Influence and Network). Ada empat tahap kemajuan suksesnya GE sampai
saat ini.
Referensi :
Liker, Jeffrey K. ”Toyota Way”.
Jakarta : Erlangga. 2006.
Michelli, Joseph A. “The Starbucks Experience”.
Jakarta : Erlangga. 2007.
Rotschild, William E. ”Rahasia
Sukses GE”. Jakarta : Salemba Empat. 2008.
Seng, Ann Wan. ”Rahasia Bisnis
Orang Jepang”. Jakarta : Hikmah. 2007.
Dari segi pemerintahan, sebelum terjadi
perang negara Jepang telah memiliki partai-partai politik yang
mencerminkan kepemimpinan demokratis yang dianutnya. Tapi ciri-ciri dan
sifat-sifat kepemimpinan politik Jepang sesudah perang sangat sulit
untuk dinilai. Tradisi maupun praktek kehidupan Jepang sedikit sekali
menekankan pada “pemimpin-pemimpin” secara individual dan “kepemimpinan”
dibanding dengan kultur Barat. Kecenderungan ini diperkuat
oleh sifat multi-faksi dari kepemimpinan partai politiknya, dan besarnya
peranan komite dan teknik-teknik, konsensus lainnya dalam pembuatan
keputusan.
Suatu penelitian tentang penunjukan dari pembentukan kabinet-kabinet konservatif
akhir-akhir ini akan menunjukkan pengaruh perang, kekalahan perang, dan
pendudukan Amerika terhadap sifat kepemimpinan politik Jepang sesudah
Perang Dunia II. Tokoh-tokoh militer dan wakil-wakil dari lingkungan
istana dan aristokrat yang begitu kuat berpengaruh dalam kabinet sebelum
perang sekarang tidak muncul lagi. Di antara kelompok elite sebelum
perang, hanya politisi partai, birokrat, dan wakil-wakil dunia usaha
yang masih tetap memegang posisi. Beban kekalahan perang, pembersihan
yang didorong oleh Amerika atas unsur-unsur militer dan ultra-nasionalis
dari jabatan-jabatan pemerintahan, dan diberlakukannya Konstitusi baru
secara serempak telah menyingkirkan pemimpin-pemimpin tradisional dari
jabatannya; akibat kekosongan kepemimpinan itu muncullah muka-muka baru
di kalangan puncak partai-partai konservatif, yang sebagian besar masih
tetap berada di tempatnya sampai sekarang. ( Sumber buku Perbandingan
Pemerintahan Karya Dede Mariana )
Sedangkan bila dilihat dari segi
kebudayaannya, kepemimpinan Jepang dikenal memiliki etos kerja yang
sangat baik dalam memajukan negara atau organisasi yang berada di
dalamnya. Diambil dari sumber yang ditulis oleh Ahmad
Kurnia dari buku karya ANN WAN SENG, “RAHASIA BISNIS
ORANG JEPANG (Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia)” diceritakan setelah bom atom Amerika
menghunjam Hiroshima dan Nagasaki yang merupakan jantung kota Jepang
tahun 1945, semua pakar ekonomi saat itu memastikan Jepang akan segera
mengalami kebangkrutan. Namun, dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun,
Jepang ternyata mampu bangkit dan bahkan menyaingi perekonomian negara
yang menyerangnya. Terbukti, pendapatan tahunan negara Jepang bersaing
ketat di belakang Amerika Serikat. Apalagi di bidang perteknologian,
Jepang menjelma menjadi raksasa di atas negara-negara besar dan berkuasa
lainnya. Dengan segala kekurangan secara fisik, tidak fasih berbahasa
Inggris, kekurangan sumber tenaga kerja, dan selalu terancam bencana
alam rupanya tidak menghalangi mereka menjadi bangsa yang dihormati
dunia.
Dahulu Jepang bukanlah negara
maju yang patut diperhitungkan dan ditakuti di dunia. Tapi siapa yang
menyangka bahwa setelah mengalami kehancuran yang dahsyat pada Perang
Dunia II dengan dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki,
Jepang mampu bertahan dan bahkan bangkit dengan kekuatan yang sangat
luar biasa menjadi suatu negara maju di kawasan Asia Timur, dan mampu
menempatkan negara dalam posisinya dalam jajaran negara-negara dengan
perekonomian terkuat di dunia. Hal ini dibuktikan pada pertengahan era
1990-an, Product National Bruto (PNB) Jepang mencapai US$ 37,5 miliar
atau 337,5 triliun rupiah, yang sekaligus menempatkan Jepang pada posisi
ke-2 setelah Swiss yang memiliki PNB tertinggi di dunia. Selain itu
Jepang merupakan negara yang tidak memiliki utang luar negeri. Jepang
dikenal sebagai negara yang mempunyai banyak kekurangan antara lain dari
segi fisik orang Jepang rata-rata berpostur kecil, wilayah teritorial
yang sempit, dari segi tata letak geografis negara Jepang terletak di
jalur lempeng pergeseran kerak bumi yang berpotensi rawan gempa bumi,
sumber daya alam yang terbatas, dan masih banyak kekurangan yang lain.
Tapi mengapa negara dengan banyak kekurangan ini mampu bertahan dan
bangkit menjadi negara maju didunia? Apa keajaiban yang terjadi?
Jepang adalah negara yang tidak
memiliki hasil dan sumber daya alamnya sendiri. Oleh karena itu, Jepang
bergantung pada sumber-sumber dari negara lain. Negara tersebut tidak
hanya mengimpor minyak bumi, biji besi, batu arang, kayu, dan
sebagainya. Bahkan, hampir delapan puluh lima persen sumber tenaganya
berasal dari negara lain. Hasil pertanian Jepang adalah yang tertinggi
di dunia. Selain itu, Jepang juga mengimpor tiga puluh persen bahan
makanan dari negara lain untuk memenuhi konsumsi makanan penduduknya.
Namun, di Jepang pertanian masih menjadi sektor utama meskipun telah
dikenal sebagai negara industri yang maju. Dengan kondisi tersebut
bagaimana atau apa yang menjadi rahasia sehingga Jepang bisa menjadi
penguasa ekonomi nomor satu didunia?
Mengapa negara Korea Selatan,
Hongkong, Taiwan, Singapura, dan Indonesia tidak dapat menjadi seperti
Jepang? Apakah karakter bangsa Jepang tidak dimiliki bangsa lain?
Padahal, berdasarkan ciri fisik dan keadaan geografis, setengah negara
tersebut yang lebih baik daripada Jepang. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menjelaskan hal tersebut. Objek penelian adalah pada
sistem penggajian, etos dan budaya kerja orang Jepang. Pada dasarnya,
etos dan budaya kerja orang Jepang tidak jauh beda dengan bangsa Asia
lainnya. Jika mereka disebut pekerja keras, maka bangsa Cina, Korea dan
bangsa Asia lainnya juga pekerja keras. Namun, mengapa bangsa Jepang
yang lebih berhasil dan maju dibandingkan dengan bangsa Asia lainnya?
Dalam sistem pengelolaan
organisasi bisa dibilang organisasi Jepang berbeda dengan sistem
pengelolaan organisasi yang dianut oleh bangsa maju lainnya seperti
Amerika. Perbedaan inilah yang membuat organisasi Jepang menjadi unik
tapi banyak dicontoh oleh negara-negara berkembang di dunia. Dalam
organisasi Jepang pengelola berawal dari posisi bawahan, oleh karena itu
pengelola organisasi Jepang lebih akrab dan memahami bawahannya. Sikap
terus terang mengurangi konflik antara pihak pengelola dan bawahan. Tim
kerja merupakan pondasi dasar dalam organisasi Jepang untuk membentuk
interaksi antara anggota tim dan bawahan. Fakta-fakta menarik yang yang
dapat kita amati dari sistem pengelolaan organisasi Jepang antara lain:
bangsa Jepang lebih suka mengaitkan diri mereka sebagai anggota
organisasi dan perkumpulan tertentu jika memperkenalkan diri daripada
memperkenalkan diri berdasarkan asal negara dan keturunannya. Mereka
bangga jika dikaitkan dengan organisasi besar dan berprestasi, tempat
mereka bekerja. Kemauan bangsa Jepang menjadi hamba organisasinya
merupakan faktor kesuksesan negara itu menjadi penguasa besar dalam
bidang ekonomi dan industri. Sikap ini ditunjukkan dengan cara
mengorbankan pendapat pribadi, masa istirahat, gaji dan sebagainya untuk
menjaga dan mempertahankan kelangsungan organisasinya. Sikap ini
berbeda dengan bangsa barat yang memberikan ruang sebesar-besarnya
kepada anggota organisasi untuk berpendapat dn mengemukakan pandangan.
Dalam sistem pengelolaan Jepang ini individu tidak penting jika
dibandingkan dengan perkumpulan dan organisasi.
Orang Jepang sanggup berkorban
dengan bekerja lembur tanpa mengharap bayaran. Mereka merasa lebih
dihargai jika diberikan tugas pekerjaan yang berat dan menantang. Bagi
mereka, jika hasil produksi meningkat dan perusahaan mendapat keuntungan
besar, secara otomatis mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Dalam pikiran dan jiwa mereka, hanya ada keinginan untuk melakukan
pekerjaan sebaik mungkin dan mencurahkan seluruh komitmen pada
pekerjaan. Pada tahun 1960, rata-rata jam kerja pekerja Jepang adalah
2.450 jam/tahun. Pada tahun 1992 jumlah itu menurun menjadi 2.017
jam/tahun. Namun, jam kerja itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata jam kerja di negara lain, misalnya Amerika (1.957 jam/tahun),
Inggris (1.911 jam/tahun), Jerman (1.870 jam/tahun), dan Prancis (1.680
jam/tahun). Ukuran nilai dan status orang Jepang didasarkan pada
disiplin kerja dan jumlah waktu yang dihabiskannya di tempat kerja
(hlm.70). Keadaan ini tentu sangat berbeda dengan budaya kerja orang
Indonesia yang biasanya selalu ingin pulang lebih cepat. Di Jepang,
orang yang pulang kerja lebih cepat selalu diberi berbagai stigma
negatif, dianggap sebagai pekerja yang tidak penting, malas dan tidak
produktif. Bahkan istri-istri orang Jepang lebih bangga bila suami
mereka ”gila kerja” bukan ”kerja gila”. Sebab hal itu juga menjadi
pertanda suatu status sosial yang tinggi.
Keberhasilan Jepang
mempertahankan statusnya sebagai “Bapak Naga Asia” banyak dibantu oleh
budaya kerja dan perdagangan rakyatnya. Agar produk mereka mampu
bersaing di dunia Internasional, Jepang tidak hanya memperbaiki dan
meningkatkan kualitas produknya, melainkan juga menciptakan berbagai
barang lain yang diperlukan konsumen baik ditingkat mikro maupun makro.
Sehingga perusahaan Jepang bersedia menghabiskan jutaan rupiah (sekitar
45 persen dari anggaran belanjanya) untuk membiayai penelitian dan
pengembangan dalam rangka meningkatkan inovasi dan mutu produk. Selain
itu mereka juga meletakkan kepercayaan dan jaminan kualitas sebagai aset
terpenting pemasaran dan perdagangan. Tidak salah beberapa produknya
menduduki posisi pertama dan menjadi pilihan konsumen karena lebih
ekonomis, bermutu, mudah digunakan dan memiliki berbagai fungsi. Seperti
Matsushita yang merupakan contoh terbaik perusahaan yang berhasil
memecahkan dominasi dan monopoli perusahaan Barat. Begitu juga Walkman
produk Sony yang menimbulkan fenomena luar biasa dikalangan remaja pada
era 1980-an. Produk itu juga mencetuskan revolusi baru dalam
perkembangan elektronik dan audio visual.
Sikap patriotisme bangsa Jepang
juga menjadi salah satu faktor yang membantu keberhasilan ekonomi
negaranya. Bangsa Jepang bangga dengan produk buatan negeri sendiri.
Mereka juga menjadi pengguna utama produk lokal dan pada saat yang sama
juga mencoba mempromosikan produk made in Japan ke seluruh dunia dari
makanan, teknologi sampai tradisi dan budaya. Dimana saja mereka berada
bangsa Jepang selalu mempertahankan identitas dan jatidiri mereka.
Minat dan kecintaan bangsa Jepang
terhadap ilmu membuat mereka merendahkan diri untuk belajar dan
memanfaatkan apa yang telah mereka pelajari. Mereka menggunakan ilmu
yang diperoleh untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan produk Barat demi
memenuhi kepentingan pasar dan konsumen. Bangsa Jepang memang pintar
meniru tetapi mereka memiliki daya inovasi yang tinggi. Pihak Barat
memakai proses logika, rasional dan kajian empiris untuk menghasilkan
sebuah inovasi. Namun bangsa Jepang melibatkan aspek emosi dan intuisi
untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan selera pasar.
Untuk melancarkan urusan
pekerjaanya, orang Jepang memegang teguh prinsip tepat waktu dengan
tertib dan disiplin, khususnya dalam sektor perindustrian dan
perdagangan. Kedua elemen itu menjadi dasar kemakmuran ekonomi yang
dicapai Jepang sampai saat ini. Seperti pahlawan dalam cerita rakyat
Jepang, si samurai buta Zatoichi, Jepang harus memastikan
segala-galanya, termasuk rakyatnya, senantiasa bergerak cepat menghadapi
perubahan disekelilingnya. Jika semuanya berhenti bergerak, maka
ekonomi Jepang akan runtuh seperti Zatoichi yang luka dan mati karena
gagal mempertahankan diri dari serangan musuh. Karena ia tidak bergerak
dan hanya dalam keadaan statis.
Untuk itu, tidak ada alasan bagi
Indonesia tidak bisa menjadi seperti Jepang. Indonesia memiliki sumber
alam melimpah dari pada Jepang, tenaga manusia murah, infrastruktur yang
baik, dan kedudukan geografis yang strategis. Tergantung kemauan,
komitmen dan langkah pasti pemerintah serta masyarakatnya dalam
mengaplikasikan formula ekonomi yang ampuh tersebut. Jika bangsa Jepang
bisa melakukannya, maka tidak ada alasan untuk kita gagal
melaksanakannya. Kekuasaan ada ditangan kita dan bukan terletak pada
negara.
Namun sebelumnya, ada beberapa etos kerja
dan budaya kerja bangsa Jepang yang bisa kita ketahui yang didapat dari http://suasanasegar71.multiply.com
:
● Masyarakat Jepang tidak peduli
pada agama.
Jika dibandingkan dengan masyarakat
Indonesia, perbedaan
yang paling besar antara masyarakat Jepang dengan Indonesia adalah
masyarakat Jepang tidak peduli pada agama.
Dalam undang-undang dasar Jepang,
pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan agama. Dilarang keras
memakai anggaran negara untuk hal-hal agama. Dalam pasal 20 tertulis
bahwa semua lembaga agama tidak boleh diberi hak istimewa dari negara
dan tidak boleh melaksanakan kekuatan politik, negara dan instansinya
tidak boleh melakukan kegiatan agama dan pendidikan agama tertentu. Dan
dalam pasal 89 tertulis bahwa uang negara tidak boleh dipakai untuk
lembaga agama.
Maka di Jepang tidak ada ruangan
untuk sembahyang seperti mushala di instansi negara (termasuk sekolah),
tidak ada Departmen Agama, tidak ada sekolah agama negara (seperti IAIN
di Indonesia).
Menurut beberapa penelitian,
sekitar 70% orang Jepang menjawab tidak memeluk agama. Terutama, pemuda
Jepang sangat tidak peduli agama. Pada tahun 1996, mahasiswa Jepang yang mempercayai agama tertentu
hanya 7.6%. Orang Jepang tidak peduli orang
lain agamanya apa, dan kalau dia mempercayai agama tertentu, biasanya
dia tidak suka memamerkan agamanya sendiri. Orang Jepang tidak ikut
campur urusan pribadi orang lain, dan masalah agama dianggap sebagai
urusan pribadi.
Di Jepang pernah ada Perdana Menteri yang memeluk agama Kristen, namanya Ohira Masayoshi. Masa jabatannya dari tahun 1978
sampai 1980. Memang jumlah orang Kristen cuma 1% dari penduduk Jepang,
tapi sama sekali tidak menjadi masalah dan sama sekali tidak
mempengaruhi kebijakannya. Hal itu tidak dikatakan karena toleransi pada
agama, lebih tepat disebut karena ketidakpedulian orang Jepang pada
agama.
● Etika orang Jepang tidak
berdasar atas agama
Robert N
Bellah, menerbitkan buku berjudul Tokugawa Religion: The Cultural Roots
of Modern Japan (1957) menganalisis kemajuan Jepang berdasar teori Max
Weber yaitu Die Protestantische Ethik und der “Geist” des Kapitalismus
(1905), menjelaskan peranan nilai agama pramodern itu dalam proses
modernisasi. Bellah mengatakan ajaran “Sekimon shingaku” (Ilmu moral
oleh ISHIDA Baigan) itu memerankan sebagai etos untuk modernisasi
ekonomi. Selain itu, ada yang menilai ajaran salah satu sekte Buddha
Jepang Jodo Shinshu sebagai etos seperti Protestan. Tentu saja
ajaran-ajaran itu mementingkan kerja keras, mirip dengan ajaran
Puritanisme (memang Islam juga). Di Jepang modernisasi di dalam bidang
ekonomi dilakukan oleh pemerintah Meiji. Ideologi pemerintah Jepang
adalah Shinto versi negara. Jadi, teori Max Weber tidak bisa diterapkan
kepada Jepang. Di Jepang tidak ada agama yang mendorong proses
kapitalisme.
Jepang
dipenuhi dengan porno, dilimpah dengan tempat judi, orang Jepang suka
sekali minum minuman keras. Tetapi pada umumnya orang Jepang masih
berdisiplin, bekerja keras, masyarakat Jepang sedikit korupsi, lebih
makmur, tertib, efisien, bersih dan aman (setidak-tidaknya tidak terjadi
konflik antar agama) daripada Indonesia. Bagi orang Jepang, porno,
judi, minuman keras, semua hanya sarana hiburan saja untuk menghilangkan
stres. Kebanyakan orang Jepang tidak sampai adiksi/kecanduan.
Kalau begitu,
etika orang Jepang berdasar atas segala sesuatu yang dianggap
menguntungkan. Semua hal
pasti di
kerjakan, biarpun itu berbau porno asalkan senang dan mendatangkan
keuntungan
● Etika orang Jepang : etika demi komunitas
Etika orang
Jepang itu, tujuan utamanya membentuk hubungan baik di dalam komunitas.
Kebesaran komunitas bergantung pada situasi dan zaman. Negara, desa,
keluarga, perusahaan, pabrik, kantor, sekolah, partai, kelompok agama,
tim sepak bola dll, bentuknya apapun, orang Jepang mementingkan
komunitas termasuk diri sendiri. Sesudah Restorasi Meiji, pemerintah
Meiji sangat menekankan kesetiaan pada negara. Sesudah perang dunia
kedua, objek kesetiaan orang Jepang beralih pada perusahaan.
Tindakan
pribadi dinilai oleh mendorong atau merusak rukun komunitas. Maka
misalnya minum minuman keras juga tidak dimasalahkan, bahkan minum
bersama diwajibkan untuk mendorong rukun komunitas.
Ajaran agama
juga digunakan untuk memperkuat etika komunitas ini. Sedangkan Semitic
monoteisme (agama Yahudi, Kristen dan Islam) mengutamakan Allah daripada
komunitas, dan memisahkan seorang sebagai diri sendiri dari komunitas.
Jadi Pemerintahan Tokugawa melarang Kristen. Tentu saja agama Buddha
juga mengutamakan Kebenaran Darma daripada komunitas, tetapi ajaran sisi
seperti itu ditindas. Sementara Konfusianisme sengat cocok dengan etika
demi komunitas ini. Tetapi, orang Jepang tidak mengorbankan sendiri
tanpa syarat demi komunitas. Hal ini jelas terutama di dalam etos kerja
orang Jepang.
Etos kerja seperti itulah yang membuat
kepemimpinan perusahaan
Jepang yang besar membentuk 3 sistem :
(1). Sistem
ketenagakerjaan sepanjang hidup, yakni perusahaan biasanya tidak putus
hubungan kerja.
(2). Sistem
kenaikan gaji sejajar umur, yakni perusahaan menaikan gaji pekerjanya
tergantung umur mereka.
(3). Serikat
pekerja yang diorganisasi menurut perusahaan, yakni, berbeda dengan
pekerja yang diorganisasi menurut jenis kerja, semua pekerja sebuah
perusahaan, jenis kerja apapun, diorganisasi satu serikat pekerja.
Oleh ketiga
sistem ini, pekerja menganggap dirinya kuat sebagai anggota perusahaannya dan merasa
kesetiaan kepada perusahaannya. Di atas ketiga sistem ini, etos kerja
dan budaya kerja orang Jepang berkembang. Kenyataannya, ketiga sistem
ini dibentuk hanya di perusahaan besar, tidak ada di perusahaan kecil.
Tetapi ketiga sistem ini menjadi teladan bagi perusahaan kecil juga.
Ciri-ciri etos
kerja dan budaya kerja orang Jepang adalah,
1. Bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja. Tentu saja orang
Jepang juga tidak bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang rendah.
Tetapi kalau gajinya lumayan, orang Jepang bekerja untuk kesenangan.
Jika ditanya “Seandainya anda menjadi milyuner dan tidak usah bekerja,
anda berhenti bekerja ?”, kebanyakan orang Jepang menjawab, “Saya tidak
berhenti, terus bekerja.” Bagi orang Jepang kerja itu seperti permainan
yang bermain bersama dengan kawan yang akrab. Biasanya di Jepang kerja
dilakukan oleh satu tim. Dia ingin berhasil dalam permainan ini, dan
ingin menaikkan kemampuan diri sendiri. Dan bagi dia kawan-kawan yang
saling mempercayai sangat penting. Karena permainan terlalu menarik, dia
kadang-kadang lupa pulang ke rumah. Fenomena ini disebut “work holic”
oleh orang asing.
2. Mendewakan langganan. Memang melanggar ajaran Islam,
etos kerja orang Jepang mendewakan client/langganan sebagai Tuhan.
“Okyaku sama ha kamisama desu.” (Langganan adalah Tuhan.) Kata itu
dikenal semua orang Jepang. Kata ini sudah motto bisnis Jepang.
Perusahaan Jepang berusaha mewujudkan permintaan dari langganan sedapat
mungkin, dan berusaha berkembangkan hubungan erat dan panjang dengan
langganan.
3. Bisnis adalah perang. Orang Jepang yang di dunia bisnis
menganggap bisnis sebagai perang yang melawan dengan perusahaan lain.
Orang Jepang suka membaca buku ajaran Sun Tzu, The Art of War untuk belajar strategis bisnis.
Sun Tzu adalah sebuah buku ilmu militer Tiongkok kuno, pada abad 4
sebelum masehi. Sun Tzu itu suka dibaca oleh baik samurai dulu maupun
orang bisnis sekarang. Untuk menang perang, perlu strategis dan
pandangan jangka panjang. Budaya bisnis Jepang lebih mementingkan
keuntungan jangka panjang. Supaya menang perang seharusnya diadakan
persiapan lengkap untuk bertempur setenaga kuat. Semua orang Jepang tahu
pribahasa “Hara ga hette ha ikusa ha dekinu.” (Kalau lapar tidak bisa
bertempur.) Oleh karena itu orang Jepang tidak akan pernah menerima
kebiasaan puasa. Bagi orang Jepang, untuk bekerja harus makan dan
mempersiapkan kondisi lengkap. Tentu saja di medang perang,
kedisiplinan paling penting. Dalam buku Sun Tzu untuk mengajar
kedisiplinan dilakukan cara yang sangat kejam. Tetapi sekarang disiplin
diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan di sekolah sangat penting. Masuk
sekolah setiap hari tidak terlambat, ikut pelajaran secara rajin,
hal-hal itu dasar disiplin untuk kerja di dunia bisinis. Pada setelah
Restorasi Meiji, pendidikan disiplin di sekolah dasar lebih berguna
untuk berkembang kapitalisme daripada ajaran agama apapun.
ETIKA BISNIS JEPANG
Jika Anda ingin berbisnis dengan Jepang, keberhasilannya sangat
bergantung
pada pemahaman budaya setempat. Karena itu, kenali tiga hal ini: wa,
kao,
dan omoiyari.
JEPANG
merupakan contoh menarik perpaduan harmonis antara modern dan
tradisional.
‘’Negeri matahari terbit’’ ini tidak hanya memancarkan sinar kemajuan
industri dan teknologi, melainkan juga memiliki keunikan budaya yang
tak
tenggelam di tengah arus modernisasi. Jangan kaget jika di negeri
dengan
ekonomi terbesar kedua dunia ini Anda menjumpai segala sesuatunya
berbeda
secara fundamental. Budaya Jepang —dalam banyak hal bersumber pada
spirit
Konfusianisme dan Shintoisme— sangat mewarnai kehidupan sosial dan
etos
bisnis. Jepang memiliki budaya konteks tinggi yang sangat berbeda,
khususnya
dengan budaya Barat, yang lebih egaliter dan terbuka.
Pilar
utama nilai-nilai budaya Jepang dikenal dengan wa (harmoni), kao
(reputasi),
dan omoiyari (loyalitas). Konsepsi wa mengandung makna mengedepankan
semangat teamwork, menjaga hubungan baik, dan menghindari ego individu.
Perlu diingat, pengaruh nilai wa dalam pola budaya Jepang terutama
udaya
bisnis— yaitu ekspresi tidak langsung dalam menyatakan penolakan.Orang
Jepang tidak bisa berkata tidak. Dalam menyampaikan pendapat, mereka
lebih
mengutamakan konteks, tidak menyatakannya secara terbuka. Secara
harfiah,
kao berarti wajah. Wajah merupakan cermin harga diri, reputasi, dan
status
sosial. Masyarakat Jepang pada umumnya menghindari konfrontasi dan
kritik
terbuka secara langsung. Membuat orang lain ‘’kehilangan muka’’
merupakan
tindakan tabu dan dapat menyebabkan keretakan dalam hubungan bisnis.
Sedangkan omoiyari berarti sikap empati dan loyalitas. Spirit omoiyari
menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat berdasarkan
kepercayaan
dan kepentingan bersama dalam jangka panjang.
BUDAYA DAN
IKLIM
BISNIS
Memasuki
abad ke-20, setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang mulai
mengadopsi teknologi Barat dan menggenjot industri dalam negerinya.
Sejak
itu, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menjadi salah
satu
negara pengekspor paling sukses. Kini Jepang merupakan negara industri
terkemuka, dengan iklim bisnis dan pasar terbuka yang ramah bagi
investasi
dan perdagangan asing. Meskipun Jepang mengalami proses modernisasi
yang
cepat, pola budaya dan tradisinya masih kental mewarnai praktek dan
hubungan
bisnis. Berikut gambaran praktek bisnis di Jepang pada umumnya.
-
Struktur dan hierarki dalam bisnis dan perusahaan Jepang sangat kuat.
Hierarki yang kuat juga tercermin dalam negosiasi bisnis. Proses
negosiasi biasanya dimulai dari executive level, kemudian dilanjutkan
pada middle level. Meskipun demikian, keputusan dibuat secara
kolektif.
-
Proses negosiasi bisnis dengan Jepang dikenal alot dan lamban. Namun
adanya persaingan bisnis yang ketat dewasa ini mendorong pengambilan
keputusan dibuat lebih cepat dan efisien.
-
Dalam budaya bisnis Jepang, senioritas sangat dihormati. Umur dan
status
biasanya terkait erat. Dalam pertemuan bisnis, posisi tempat duduk
didasarkan pada tingkat senioritasnya.
-
Di
Jepang, kontrak bisnis tidak otomatis diartikan sebagai kesepakatan
akhir. Lebih penting dari itu adalah memelihara relasi dengan baik
untuk
kepentingan jangka panjang.
ETIKA
BISNIS JEPANG: DO’S AND DON’TS
-
Kebiasaan
umum di Jepang dalam perkenalan, menyambut, atau memberi salam adalah
dengan ‘’membungkuk’’. Menyambut dan memberi salam hendaknya dilakukan
dengan sopan dan penghormatan yang wajar. Jika relasi Anda membungkuk,
pastikan bahwa Anda membalasnya, membungkuk serendah yang dilakukan
oleh
relasi Anda. Dalam hal tertentu, cukup dengan berjabat tangan. Dalam
perkenalan, jangan menyapa relasi Jepang Anda dengan nama depannya.
Orang Jepang lebih suka menggunakan nama belakangnya. Gunakan sebutan
Mr,
Mrs, atau menambah san pada nama keluarga. Misalnya, Mr. Hiroshima
atau
Hiroshima-san.
-
Pertukaran
kartu nama (business card). Saling tukar kartu nama atau ‘’meishi’’
merupakan kebiasaan yang penting di Jepang. Pembicaraan bisnis selalu
diawali dengan pertukaran kartu nama. Pemeo mengatakan, bisnis belum
dapat dimulai sampai ada pertukaran kartu nama. Gunakan dua tangan
pada
waktu menyerahkan kartu, demikian pula sebaliknya ketika menerima.
Pertukaran kartu nama dilakukan setelah ritual salam membungkuk usai
dilaksanakan. Pada waktu menerima kartu nama dari calon relasi bisnis,
tunjukkkan bahwa Anda telah mengamatinya dengan cermat dan saksama
sebelum menaruhnya di atas meja atau memasukkannya dalam card case.
Jangan memasukkan kartu ke dalam dompet, kantong celana, atau menulis
pada kartu yang Anda terima. Tindakan ini dipandang sebagai tindakan
tidak respek dan sopan. Kartu hendaknya dicetak dalam dua bahasa, di
satu sisi bahasa nasional Anda dan pada sisi sebaliknya dengan bahasa
Jepang. Hal ini untuk menunjukkan kemauan kuat Anda untuk
berkomunikasi
dengan relasi Jepang Anda.
-
Pertukaran
cenderamata atau oleh-oleh. Membawa dan memberikan oleh-oleh merupakan
bagian warisan budaya bisnis Jepang tempo dulu yang sangat penting.
Pada
era bisnis Jepang kontemporer, meskipun membawa oleholeh tidak lagi
menjadi keharusan, hal itu tetap dihargai sebagai bagian dalam etika
bisnis Jepang. Namun, harus diingat, jangan membawa cenderamata
terlalu
besar, sebab dapat dianggap sebagai “sogokan’’. Cenderamata itu
sendiri
sebenarnya tidaklah terlalu penting. Yang lebih penting dari itu
adalah
prosesi dan nuansa yang terjadi di balik tukar-menukar cenderamata
itu.
Cenderamata harus selalu dibungkus secara cermat. Jangan menggunakan
kertas bungkus dengan warna putih polos karena menyimbolkan kematian.
Penyerahan cenderamata hendaknya dilakukan pada akhir pertemuan atau
kunjungan. Penyerahan dilakukan dengan dua tangan, demikian sebaliknya
pada waktu menerima.
-
Ketepatan waktu. Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat dengan
budaya tepat waktu yang tinggi. Terlambat dalam suatu pertemuan bisnis
dianggap tidak menghargai. Datang lima menit lebih awal merupakan
praktek yang umum.
-
Penampilan
dan busana. Orang Jepang dikenal sangat konservatif soal pakaian.
Mereka
sangat menghargai seseorang yang berpakaian pantas sesuai dengan
status
dan posisinya atau bahasa kerennya, dress to impress. Dalam acara
bisnis,
jangan mengenakan pakaian casual. Laki-laki sebaiknya memakai business
suits warna gelap konservatif. Wanita dianjurkan tidak memakai celana
panjang karena dinilai kurang sopan dan memberi kesan ofensif.
-
Jamuan bisnis. Orang Jepang hampir tidak pernah mengundang jamuan di
rumah. Jamuan bisnis umumnya diadakan di restoran. Biasanya tuan rumah
akan memilih menu dan membayarnya. Perlu dicatat, memberikan tip bukan
hal yang lumrah di Jepang.
-
Privasi dan body language. Masyarakat Jepang sangat menghargai privasi
dan merasa nyaman dengan sikap tenang. Dalam berbicara atau negosiasi,
hindari sikap dan gerakan-gerakan tangan yang berlebihan. Orang Jepang
tidak bicara dengan tangan. Menunjuk dianggap tindakan yang tidak
sopan.
Jangan pula menggunakan isyarat ‘’OK’’ dengan tangan, karena di Jepang
berarti uang. Hindari simbol-simbol angka 4 (empat). Masyarakat Jepang
mempercayai angka 4 sebagai angka dan nasib buruk (bad luck) karena
bunyi bacaan shi punya kesamaan arti dengan kematian.
-
Di
“negeri sakura’’, ungkapan gomenasai (maaf) dan arigato (terima kasih)
banyak kita dengar di berbagai tempat dan kesempatan. Menyatakan
terima
kasih secara intens dan berulang kali dianggap perbuatan yang santun.
Nah, setelah mengetahui etika bisnis Jepang, sebaiknya Anda mulai
mempraktekannya supaya sukses mendulang emas di ‘’negeri samurai’’
itu.
Hai, domo, arigato...!
Buku yang dikarang oleh Sudarmadi dengan judul “10 Pengusaha yang Sukses Membangun Bisnis
dari 0” sangat inspiratif untuk dibaca, dan saya merekomendasikan
buku ini dibaca untuk rekan2 yang baru akan mulai atau sedang merintis
bisnisnya.
Menariknya sebelum buku ini dibuat, penulis melakukan
riset sekitar 2 tahun untuk menemukan pengusaha yang benar-benar bisa
dicontoh baik dari sisi kesuksesan bisnisnya maupun dari sisi integritas
dan caranya meraih kesuksesan. Mereka bukan pengusaha yang suka
“menileb” uang negara melalui kredit BLBI. Juga bukan pemilik perusahaan
di mana karyawannya sering mendemo karena gaji dibawah UMR. Bahkan
penulis tidak mau memilih entrepreneur yang bisnis kontraktor
proyek-proyek pemerintah. Bukan berarti penulis mencurigai mereka
sebagai pebisnis yang suka KKN, namun ini bagian dari kehati-hatian,
untuk memastikan bahwa pengusaha yang diulas memang sukses karena
kemampuannya bertarung di pasar secara fair, tidak karena dibantu
fasilitas tertentu dari pemerintah atau rezim tertentu.
Hal
penting lain, semua dari 10 pengusaha yang diulas di buku ini merupakan
pengusaha yang benar-benar membangun usahanya sendiri dari nol. Mereka
memulainya dari skala kecil. Kesuksesan mereka bukan karena warisan
orangtua. Tidak. Ke-10 entrepreneur ini awalnya bukanlah pebisnis namun
kemudian belajar berbisnis dan berhasil. Disinilah sisi menariknya, ada
perjuangan, ada lika-liku, alias ada proses yang bisa digali dan
dipelajari.
Ke-10 entrepreneur tersebut
adalah : Mohammad Nadjikh, Ronny Lukito, Ermin Nasution, Harijanto,
Budiyanto Darmastono, Hardiyanto Hoesoedo, Harry Sanusi, Rudy Suardana,
Winita E. Kusnandar, dan Heppy Trenggono.
Saya sangat terkesan
dengan kisah perjalanan usaha Mohammad Nadjikh yang dimulainya dari
sebuah ‘kandang kuda irak’ hingga sukses memajukan usaha cold stage-nya
yang menjadi pengekspor ikan teri berkualitas terbesar di Indonesia.
Perjalan usaha yang unik lainnya adalah perjalan usaha Pak Harijanto
yang memulai karirnya dari seorang pegawai gudang hingga memiliki
perusahaan sepatu terbesar di Indonesia. Saya kagum dengan pemikiran dan
perhitungan beliau yang matang dan cepat dalam mengambil keputusan,
beliau berani melakukan buy out / membeli perusahaan Astra Footwear yang
sedang bermasalah pada saat itu. Wow, ga kebayangkan berapa besar
resiko yang ditanggungnya?.
Perjalanan usaha yang menarik
lainnya adalah perjalanan usaha Pak Ronny Lukito yang memiliki
perusahaan Tas dengan berbagai merek terkenal dan terbesar di Indonesia
seperti Export, Elger BodyPack, dll. Pak Budiyanto Darmastono yang
mendirikan perusahaan Kurir (PT NCS), dan ke-6 pengusaha lainnya yang
menarik dibaca.
Buku ini sangat patut untuk menjadi santapan bagi
pengusaha yang akan memulai atau sedang mendirikan usahanya, karena di
dalamnya banyak pelajaran yang bisa diambil. Sekian dan selamat membaca
buku tersebut semoga terinspirasi.
Buku terbitan Gramedia, harga
Rp. 85.000,-. Jika kamu tidak sempat ke toko buku, kamu bisa memesannya
secara online dengan harga Rp. 72.250,- di www.belidong.com
Entrepreneur
Hugh Marston Hefner
Hugh Marston
Hefner
Hugh Marston Hefner, the older son of conservative
Protestant parents, Glenn and Grace Hefner, was born on April 9 th , 1926 in Chicago, Illinois. He attended the
elementary and high school on the west side of Chicago and he was no
more than any other students, however, possessed a genius IQ of 152. He
showed his talent by serving as the President of the Student Council,
spearheading a school newspaper and cartooning. After his high school
graduation in January 1944, he joined the United States Army as an
Infantry Clerk. Without ignoring his skill, Hefner showed his ability by
drawing cartoons for several Army newspapers. In 1946, he took summer
art classes in anatomy at the Chicago institute and Psychology major in
University of Illinois. During his study, Hefner made a living by
drawing for Daily Illini and editing the campus humor magazine "Shaft".
In addition, he also took a sociology course at.Northwester University
and pursued his interest in individual freedom, wrote a term paper in
examining US Sex Laws.
Helmy Yahya
Helmy Yahya
Di tengah kesibukannya
Helmy Yahya masih menyempatkan menulis novel. Triwarsana perusahaan yang
kini ditanganinya mungkin adalah Production House tersibuk di
Indonesia. Akhir tahun ini saja mereka akan menangani 30 program acara
televisi. Tampaknya sulit mencari orang yang tidak mengenal Helmy Yahya.
Tokoh pengusaha muda yang akrab dengan dunia hiburan televisi, se-abrek
aktivitas kini ditekuninya. Namun kalau boleh memilih antara menjadi
seorang entertainer, pembawa acara (MC), dosen, manajer, artis, penyanyi
atau menjadi seorang pengusaha, Helmy Yahya lebih suka jika orang
mengenalnya sebagai seorang pengusaha. Karena menurutnya, terceburnya ia
ke dunia entertainment hanyalah sebuah kebetulan semata.
Estee Lauder Josephine
Josephine Esther Mentzer
Josephine Esther Mentzer lahir di New York, USA pada
tanggal 1 Juli 1908. Orangtuanya adalah imigran dari Hungaria. Ia
memulai bisnisnya dengan berjualan krim-krim untuk kulit yang dibuat
oleh pamannya seorang ahli kimia.
Pada tahun 1948 ia memaksa pemilik dari New York City
Departement Store untuk memberinya satu counter di Saks Fifth Avenue. Di
counter inilah, ia pertama kali mempraktekan cara pemasaran yang
sekarang dikenal dengan nama “Personal Selling,†di mana ia
memberikan kesempatan kepada calon pembeli untuk mencoba produk-produk
kecantikan miliknya..
Â
Edward Forrer
Edward Forrer
Edward Forrer atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Edo memiliki darah campuran Indonesia dengan
Belanda. Ibunya, Hendricka Forrer masih keturunan Belanda. Ketika tahun
1989 ia memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya dan dengan modal
pengetahuan tentang sepatu selama bekerja di pabrik sepatu di Bandung,
Edo mulai usahanya sendiri dengan cara berkeliling kota Bandung dengan
sepeda tuanya. Edo mulai menawarkan jasa sepatunya kepada tetangganya,
teman-temannya menawarkan konsep, desain, atau bentuk sepatu yang mau
dikerjakan. Lalu, mungkin karena merasa kasihan, mulailah ada yang
memesan. Tentu saja harus bayar dimuka, agar dapat membeli kulit. Maka
selanjutnya, mulai menggunting, menjahit, mengelem, semuanya dilakukan
sendiri, sesuai desain dan ukuran yang dipesan.
Â
Ir.H.Djoni Rosadi
Ir.H.Djoni Rosadi
Ir.H. Djoni Rosadi merupakan salah satu
entrepreneur Indonesia yang telah berkecimpung di berbagai macam bisnis
dengan sektor yang berbeda-beda. Djoni Rosadi merupakan anak dari Rd.
Rosadi Kartasasmita. Ia dilahirkan pada tanggal 31 Oktober 1951 di
Ciamis yang merupakan anak tertua dari 3 bersaudara. Ibunya adalah
seorang guru sedangkan ayahnya adalah seorang wiraswasta yang bergerak
di bidang jasa konstruksi. Tidak heran bila ia mendapatkan pendidikan
yang baik dari orang tuanya.
Entrepreneur
Dewi Motik
Dewi Motik
Lahir dengan nama Cri Puspa Dewi
Motik di Jakarta pada tanggal 10 Mei 1949. Pada Tahun 1975 menikah
dengan Pramono Soekasno dan mempunyai 2 (dua) orang anak yaitu Moza
Pramita Pramono dan Adimaz Prarezeki Indramuda Pramono. Setelah
pernikahan itulah namanya ia lebih dikenal dengan nama Dewi Motik
Pramono. Ketika masih lajang, Dewi Motik pernah terpilih sebagai Ratu
Luwes di Imada (Ikatan Mahasiswa Djakarta) tahun 1968. Pada tahun yang
sama, ia juga terpilih sebagai salah satu pemenang None Jakarta dan
sebagai Ratu Jakarta Fair. Kemudian pada tahun 1974 dinobatkan sebagai Top Model of the Year.
Warung Maming Daeng Tata
Warung Maming Daeng Tata
Warung Mamink Daeng Tata yang menyediakan
berbagai makanan khas Makassar dengan menu andalan Tata Ribs dan Coto
Makassar adalah salah satu contoh keberhasilan seorang entrepreneur yang
ulet dalam merintis sebuah bisnis usaha makanan. Kisah sukses yang
dilakoni oleh Muhammad Amin Rahim Daeng Tata atau yang biasa disapa
dengan Daeng Tata bukanlah suatu usaha yang mulus di masa-masa awal.
Colonel Sanders
Colonel Sanders
Kolonel Harland Sanders, lahir 9 September 1890,
mulai mem-franchise-kan bisnis ayamnya pada usia 65 tahun.
Sekarang, bisnis KFC® yang ia mulai telah tumbuh menjadi salah satu
sistem pelayanan makanan cepat saji terbesar di dunia. Kolonel Sanders,
pionir restauran cepat saji, telah menjadi symbol dari spirit
kewirausahaan.
Carolina Herrera
Carolina Herrera
The story of Carolina Herrera in fashion industry
started in 1980 where she got the opportunity to be tested in a fashion
show. Apprently it was a big success, so then by 1981 she decided to
move her family to New York and started her business under Carolina
Herrera, Ltd. Her work immediately became a well-known design in
specialty stores where sophisticated and chic women looking for specific
dresses and gowns which called couture
Bob Sadino
Bob Sadino
Bambang Mustari Sadino (73 tahun). Demikian nama
terlahirnya pada 09 Maret 1933 di Tanjungkarang, Lampung. Semenjak
dewasa, Bob adalah panggilan yang digunakannya, sesuai dengan pribadinya
yang penuh dengan simplicity, hingga akhirnya lebih dikenal dengan nama
Bob Sadino.
Bob Sadino (Bob)
dikenal sebagai seorang entrepreuneur sejati. Bukan hanya karena
kesuksesannya dalam bisnis konglomerasi, bukan pula hanya karena
kebertahanannya (sustainability) dalam growth bisnisnya, atau karena
skala bisnis yang demikian besarnya, namun lebih karena kepribadiannya.
Entrepreneur
Bill Gates
Bill Gates
Dilahirkan pada tahun 1957 dengan nama William
Henry Gates III, Bill Gates berasal dari sebuah keluarga Seattle yang
kaya dan terhormat, yang kemudian mengirimnya ke Harvard untuk
mampelajari Hukum seperti profesi ayahnya. Di sekolah Bill Gates sangat
meonjol dalam pelajaran matematika dan semenjak usia belia ia sudah
tertarik pada personal computing, yang pada waktu itu masih pada
tahap-tahap pembentukkan. Ini bukan kisah anak miskin yang manjadi kaya
raya melainkan cerita tentang perusahaan kecil yang menjadi besar dan
kaya
Batik Komar
Batik Komar
Sekarang nama batik Trusmi sudah
di kenal dimana-mana, lain halnya beberapa tahun yang lalu dimana
orang-orang belum mengetahui kalau Cirebon itu memilki para pengrajin
Batik yang handal di daerah Trusmi. Saat ini mendengar nam Batik Trusmi,
banyak orang langsung terngiang dengan nama Batik Komar. Suatu brand
batik yang di keluarkan oleh putra daerahnya sendiri, yaitu H. Komarudin
Kudiya S.I.P. M.Ds.
Arifin Panigoro
Arifin Panigoro
Arifin Panigoro start his
entrepreneurial career right after he graduated from Electrical
Engineering ITB in 1973 as an electricity installation man in Bandung,
and around West Java area, he search client from door to door and one
house to another. “ back then I’m myself hanging on the ceiling to
install the electricity cableâ€, he cited.
Amanda Brownies
Amanda Brownies
Berawal dari hobi Ny.
Sumiwiludjeng (65) yang gemar memasak sejak masih gadis. Bahkan karena
hobinya itu, Ny Sumi, demikian dia biasa akrab disapa, memilih untuk
menimba ilmu di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Jakarta, Jurusan
Kesejahteraan Keluarga, Bidang Tata Boga dan lulus pada tahun 1964.
Untuk menambah penghasilan suaminya, Sjukur Bc.Ap (63), yang saat itu
bekerja di PT Pos Indonesia, Ny. Sumi menerima pesanan kue. Hingga pada
suatu hari, perempuan asal Jombang, Jawa Timur ini disodori resep kue
oleh adiknya yang tinggal di Jogja. Karena rasa penasarannya, resep itu
kemudian diolah, diuji coba, dan dikembangkan.
Alim Markus
Alim Markus
Alim Markus yang menikahi seorang istri bernama
Sriyanti dan dikaruniahi tujuh anak merupakan profil orang yang Cinta
produksi dalam negeri. Berbagai ide bisnis yang dilontarkan banyak
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan dan ketahanan produksi dalam
negeri, misal: dengan modal yang dimiliki tidak sulit baginya untuk
mengimport barang dan kemudian melabeli dengan Maspion tapi hal itu
tidak dilakukan, Ia lebih cinta untuk membuat produk local.Kalau ada
Negara lain memintanya menanam modal maka Ia juga mengusulkan agar
Negara tersebut juga menanam modal dinegara kita.Gagasan terakhir yang
dilontarkan adalah pendirian Export Proseseing Zona yaitu lokasi dimana
semua yang menyangkut perizinan,perbankan,perpajakan,system tenaga kerja
bias diutuskan dilokasi itu tanpa melaui birokrasi yang panjang dan
berbelit-belit.serta ide perombakan Kadin yang dikenal sebagai sarang
pengusaha yang manja yang memanfaatkan kedekatan pengusaha dengan
pemerintah guna keuntungan pribadi, menjadi organisasi yang tangguh dan
jadi ujung tombak bagi penggerak sector riil.
Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Abdullah Gymnastiar (also known as
AA Gym or “elder brother†Gym) was born in Bandung, January 29th
1962 as the first of four children the son of Liut. Col. H. Engkus
Kuswara and Hj. Yeti Rohayati. The family is known to holds discipline
and is deeply religious. AA Gym is married to Ninih Mutaminnah Muhsin
and blessed with seven kids (two sons and five daughters). He also
adopts fourteen orphans under his protection.