Cerita
diatas adalah contoh dari etos kerja ketiga bahwa kerja itu adalah
panggilan, aku bekerja tuntas dan penuh integritas. Jadi pekerjaan itu
sama dengan jodoh. Setiap orang sebenarnya punya jodoh kerja. Jodoh
kerja ini berarti seluruh bakatnya, kesenangannya, minatnya,
kemampuannya pas untuk pekerjaan yang dipilihnya.
Kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan kesempitan. Lihat
saja kemacaetan yang melanda Jakarta, kesempitan ruang yang kita rasakan
kala naik kendaraan umum yang juga di Jakarta, ini membuat diri kita
kadang tidak bisa berpikir bebas.
Dan dampaknya
adalah pemberangusan etos kerja pertama : Kerja adalah rahmat, kita
harus bekerja dengan tulus penuh rasa syukur.
Ilustrasi
cerita yang diambil dari pengalaman Pak Jansen berikut ini adalah salah
satu contoh etos kerja pertama yang kini mulai jarang dilakukan oleh
kita.
Ketika muda dulu, Pak Jansen pernah
bertemu dengan pemburu. Pertemuan ini terjadi tanpa sengaja, saat beliau
harus pulang setelah mengantar logistik bagi para pekerja yang berada
di ladangnya. Kala itu pemburu tersebut tengah memotong – motong hasil
buruan mereka yang berupa rusa. Pengalaman ini jarang dilihat olehnya,
karena itu Pak Jansen berhenti sejenak untuk memperhatikan pemburu itu.
Lama... Pak Jansen mengamati para pemburu itu.
Setelah
cukup lama maka Pak Jansen pun segera beranjak pergi. Melihat Pak
Jansen akan berangkat pergi, maka para pemburu itu memintanya untuk
berhenti sejenak dan memberikan sebagian daging yang telah dipotong –
potong itu. Pak Jansen menolak pemberian itu. Tapi pemburu itu
memaksanya agar menerima daging itu. Menurut pemburu itu, mereka
mempunyai aturan harus memberikan hasil buruan mereka kepada orang yang
melihat mereka memotong – motong hasil buruan mereka.
Pelajaran
yang bisa diambil dari pemburu ini adalah kepekaan mereka kepada
lingkungan dan orang lain. Mereka tulus memberikan hasil buruan mereka.
Sebenarnya ini adalah bentuk bersyukur para pemburu itu.
Dengan
menerapkan etos kerja pertama, maka kita dibebaskan dari rasa ego dan
ketakutan karena merasa tidak cukup. Sehingga kita bisa menjadi pekerja
rahmatan atau agen kebaikan. Pekerja seperti ini seolah – olah menjadi
Tuhan yang mendistribusikan berkah- berkahnya kepada mereka yang
membutuhkan.
semut – semut yang ditemui Jenghis Khan
Untuk itu kita mungkin bisa belajar dari semut – semut yang
ditemui Jenghis Khan. Suatu hari di masa mudanya, Jenghis Khan melakukan
pertempuran yang sangat hebat. Namun sayang pertempuran itu berakhir
dengan kekalahan di pihaknya. Semua pasukannya kocar kacir entah kemana,
Jenghis Khan yang dimasa mudanya dikenal dengan nama Temucin pun
melarikan diri ke sebuah gua. Di dalam gua inilah ia melihat sekelompok
semut yang menaiki gumpalan tanah sekepalan tangannya. Bagi para semut
itu, tanah sekepalan tangan manusia bagaikan tebing yang begitu
tingginya. Jenghis Khan memperhatikan laku para semut itu yang tengah
membawa bekal makanannya melintasi kepalan tanah itu. Berkali – kali
bekalnya jatuh. Para semut itu terus mencoba, mencoba dan mencoba.
Jenghis Khan pun menghitung berapa kali mereka terus mencoba mengangkat
bekal itu sampai berhasil terangkat. Ternyata para semut itu berhasil
mengangkat bekal itu setelah mencoba ratusan kali !
Semut
pantang menyerah. Kalau semut menemui halangan saat bekerja, mereka
akan mencari cara atau jalan lain. Entah itu keatas, bawah atau berputar
haluan mengelilingi, semut akan tetap mencari jalan keluar.
Menghadapi
kegagalan kita harus mempunyai pondasi ‘Believe’ atau keyakinan bahwa
apapun yang terjadi akan menjadi berkah dalam kehidupan. ‘Believe’ ini
akan menjadi energi bagi perilaku kita untuk mengambil keputusan berubah
dan menata diri menuju kesuksesan. Bagi ‘Believe’ semua itu mungkin !
Jadi
teruslah berusaha sampai titik darah penghabisan, karena kita belum
benar – benar kalah sampai kita berhenti mencoba.
Highlights
:
Kegagalan adalah bagian kehidupan untuk
menuju ke arah yang lebih baik, yang meneguhkan jiwa untuk menghadapi
kehidupan yang lebih keras di masa depan dan menjadi mutiara bagi
kehidupan kita.
Kali ini Smart Etos mencoba untuk melihat persahabatan terpecah
karena perbedaan. Persahabatan itu dijalin oleh seekor anak ular
(Nakular) dan anak kodok (Nakodok) yang baru pertama kali bertemu dan
menjalin persahabatan.
Padahal tanpa disadari
mereka datang dari spesies yang berbeda. Ketika orang tua masing –
masing mengetahui persahabatan itu, mereka langsung mencegah nakular dan
nakodok untuk meneruskan persahabatan itu. Orang tua Nakular dan
Nakodok beralasan mereka sangat berbeda, dan mulailah mereka memberikan
doktrin negatif atas satu sama lain agar persahabatan itu lepas. Karena
mereka lebih menurut pada orang tua mereka dibanding dengan mendengar
‘panggilan hati’ mereka, maka mereka pun memutuskan persahabatan karena
perbedaan.
Kisah diatas sebenarnya mengajarkan
kita untuk mengulurkan tangan, dan berkawan serta bersahabat dengan hati
yang tulus dengan siapapun. Itulah panggilan kemanusiaan, memperluas
silaturahmi. Dan jika kita kaitkan dengan dunia kerja, maka Kerja adalah
Panggilan yang merupakan Etos ke - 3.
Banyak
orang yang belum memahami secara lebih mendalam mengapa ia akhirnya
memutuskan untuk memilih dan menekuni satu jenis pekerjaan. Banyak
faktor yang menyebabkan kita memutuskan untuk terlibat dengan satu jenis
pekerjaan. Namun secara keseluruhan ada sejumlah faktor indikasi yang
bisa dikatakan bahwa seseorang telah bekerja dengan PANGGILAN HATI-nya.
Beberapa diantaranya adalah memperlihatkan kesungguhan dalam bekerja,
antusiasme yang tinggi dengan pencapaian hasil yang baik, komitmen dan
kerja keras.
Hidup memang agak terkontaminasi
ketika cita – cita hidup hanya bersifat materialistik dan mengabaikan
panggilan hati. Padahal ketika kita merasakan suatu pekerjaan itu adalah
panggilan hati atau jiwa, maka sambutlah dengan segenap hati. Mengikuti
panggilan hati adalah hal terbaik dalam kehidupan, dan ini adalah
alasan terbaik mengapa kita hidup.
Follow Your
Heart maka hambatan seperti yang dialami Nakular dan Nakodok akan sirna
dan menjadi manusia sebaik – baiknya.
Piranha di Akuarium
Konon ada seorang pria yang baru saja berjalan – jalan ke Brazil.
Sebagai oleh – oleh pria itu membawa sekelompok ikan piranha untuk
dipiaranya. Setibanya di rumah pria tersebut menyimpan ikan tersebut di
sebuah akuarium bersekat.
Piranha di taruh di
ruang pertama dan ikan lokal di ruang lainnya. Melihat ikan lokal yang
kecil – kecil, timbul naluri Piranha untuk memburu ikan lokal tersebut.
Dengan semangat penuh Piranha meluncurkan serangan. Tapi sayang, Piranha
tidak menyadari bahwa ada sekat kaca diantara mereka berdua. Piranha
tak gentar. Kembali dia melakukan serangan, terus..terus..terus dan
terus, sampai akhirnya moncong Piranha penyok. Suatu hari sekat akuarium
di buka oleh si empunya. Reaksi Piranha ternyata biasa saja. Piranha
tidak coba mendekati apalagi menyerang untuk mendapatkan ikan lokal itu.
Piranha telah kehilangan naluri dan semangat memburu.
Cerita
diatas adalah cerminan apa yang sering kita lakukan dalam kehidupan.
Pengalaman buruk di masa lampau kerap menjadi kendala untuk bertumbuh
dan berkembang. Kekecewaan, kegagalan atau trauma membuat kita kapok dan
tidak berani berinisiatif, kehilangan percaya diri dan semangat juang.
Akibat
mendalam, banyak orang kehilangan naluri alaminya dan daya hidupnya
melemah. Kini kaca pembatas sudah terangkat namun pengalaman buruk yang
dulu masih menjadi gembok imajiner yang membelenggu.
Pengalaman
buruk janganlah menjadi pengungkung yang mematikan inisiatif,
kreatifitas, keberanian dan daya juang. Seberapa pahit masa lalu yang
telah membuat kepahitan dalam hidup, marilah disadari sebagai ‘hanya
pengalaman masa lampau’. Bijaklah oleh karenanya. Tetapi tetaplah fokus
dan bersemangat kedepannya.
Berusaha dan
yakinlah jika kita selalu waspada, sadar dan bersahabat dengan
lingkungan, mau menggunakan kecerdikan dan kecerdasan maka kita bisa
hidup dengan sepenuhnya. Sehingga semua itu menjadi kepribadian asli
kita.
Jika kita berada dalam keputusasaan berusaha, ingatlah
masa kecil kita yang selalu mau bereksplorasi walau apapun yang terjadi.
Kita bisa dengan santai bermain air dan lumpur, memegang moncong anjing
tanpa rasa takut, membalikan kasur dengan perkasa, bahkan ketika kita
jatuh bangun karena belajar naik sepeda, kita tidak pantang menyerah.
Semua itu penting. Karena itu menjadikan kita sebagai manusia unik dan
otentik.
Hal ini sesuai dengan etos kerja
pertama dimana Kerja adalah Rahmat. Dimana etos ini mengajarkan kita
bahwa hidup ini adalah berkah, termasuk semua pengalaman hidup kita.
Sesudah pengalaman yang kita alami (pahit atau manis) maka akan
muncullah anugerah terindah yang bisa kita nikmati.
Mencintai Tangan Ibu
Smart Etos edisi kali ini fokus mengupas salah satu masalah
ditempat kerja yang langsung dialami oleh karyawan, yaitu : Rasa tidak
mencintai pekerjaannya.
Dari ilustrasi cerita
yang dibahas dalam buku Café Etos volumen satu milik Pak Jansen tentang
Mencintai tangan Ibu, dimana dikisahkan seorang anak yang awalnya merasa
jijik melihat tangan Ibunya yang buruk, namun ketika kisah tangan itu
diceritakan, maka seketika terjadi perubahan pandangan : dari tangan
buruk menjadi tangan perkasa, Walaupun buruk tangan itu,punya makna
besar dalam hidup baik si Ibu terlebih kepada si anak. Dan pada akhirnya
tangan buruk itu tetap dicintai,sekalipun ia buruk.
Cerita
yang dibahas berkaitan dengan Etos kerja ke 5 yang berbunyi : kerja
adalah ibadah, bekerja serius penuh kecintaan menuntut kita menggeser
cara pandang terhadap pekerjaan. Ketika kita mampu bekerja dengan niat
untuk dibaktikan kepada tuhan, bukan sekedar untuk “ survive “ saja,
bukan sekedar untuk bisa makan saja. Maka dalam sekejap wajah pekerjaan
menjadi berwujud spiritual.
Bicara soal Bekerja
adalah Ibadah, sebenarnya sejak jaman dulu sudah ada,sejak masa kuno
dalam masyarakat secara akar,sebenarnya keduanya ( Kerja dan ibadah )
terkoneksi. Ibadah dalam pengertian kerja adalah lebih kepada niat dan
sikap kita. Ketika orang beribadah dalam frame agama tuntutan ibadah
sangat jelas yaitu hanya untuk yang kuasa-( TUHAN –red ). Bahwa kalau
orang beribadah mesti khusuk. Maka bekerja juga mesti khusuk. Artinya
:konsentrasi sepenuhi hati,sepenuh pikiran (fokus). Apabila orang mampu
bekerja dengan penuh konsentrasi, bukankah kemudian hasil hasilnya lebih
baik ? sudah pasti. Kemudian kita arahkan ke rasa mencintai, Bahwa
tuntutan beribadah harus dilakukan dengan rasa cinta. Tidak bisa
beribadah d engan keterpaksaan. Berdoa dengan rasa terpaksa,maka tidak
ada nilai dari doa tersebut. Ketika beribadah tampil dengan hati yang
rasa mencintai itulah diharapkan juga tampil diruang kerja. Jika hati
yang terbaik tampil diruang kerja maka rasa : ngeluh, ngedumel,
ngegosip, ngomel, dan ngeyel tidak akan muncul saat kita bekerja.
Ruang
kerja sebenarnya adalah ruang ibadah, ruang penguatan emosi, penyehatan
bathin, melalui proses kerja bukan saja menghasilkan sesuatu .Ada
produk disana yang membuat kita produktif, tapi sebagi manusia pekerja
kita makin sehat, gembira, baik dan mulia.
Bagi
seseorang yang mencintai pekerjaannya, selalu berusaha sedemikan rupa,
sehingga apa yang dikerjakannya tersebut, lebih mudah dan lebih
menyenangkan untuk dilaksanakan. Nah ,kemudian kalau pekerjaan sudah
dirasakan menyenangkan, maka bisa dipastikan, bahwa semuanya jadi lebih
mudah untuk diselesaikan.
Doa Kaisar Akbar
Konsentrasi adalah kata yang mudah untuk diucapkan, tapi agak
sulit bagi sebagian orang untuk menerapkannya. Padahal ini adalah cara
agar etos kerja kita menjadi lebih unggul. Untuk berkonsentrasi memang
dibutuhkan banyak energi, dan latihan. Dengan melakukan konsentrasi,
seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya yang tidak saja baik, namun
juga lebih cepat.
Konsentrasi ini terkait
dengan etos kelima. Dimana dalam etos itu disebutkan bahwa kita dituntut
untuk bekerja sepenuh hati dengan segenap pikiran sehingga tidak
terganggu dengan hal – hal lain. Jadi walaupun di sekitar kita hiruk
pikuk, kita bisa mengabaikannya dan tidak mengganggap itu kendala.
Hasilnya kita mampu bekerja dengan serius penuh kecintaan.
Berikut
adalah ilustrasi cerita mengenai konsentrasi yang mungkin juga sering
kita alami.
Dahulu di India memerintahlah
seorang pemimpin yang bernama Kaisar Akbar. Beliau adalah Kaisar yang
saleh. Suatu hari Kaisar Akbar melakukan perburuan dengan ditemani oleh
para punggawanya. Mereka melakukan perburuan, hingga siang pun
datanglah. Namun sayang, mereka belum juga mendapat hewan buruan.
Akhirnya mereka pun istirahat sejenak untuk makan siang dan menunaikan
shalat. Diantara sekian pejabat yang menyertainya, Kaisar mempunyai
seorang Panglima yang terlihat saleh, padahal tidak demikian
kenyatannya.
Shalat pun dimulai. Semua khusyuk melaksanakan
shalat. Tiba – tiba kuda Panglima berontak dan meringkik keras. Panglima
pun kemudian berhenti shalat dan memarahi kudanya. Panglima itu
memarahi kudanya dengan hebat, sampai dia menyadari bahwa hanya dirinya
saja yang terganggu dengan aksi kuda tersebut. Sementara yang lainnya
tetap khusyuk melaksanakan shalat. Seketika malulah Panglima itu.
Kemudian dia teringat perkataan Gurunya bahwa ketika shalat, kita harus
masuk dalam suasana khusyuk dan mendalam. Khusyuk atau khidmat adalah
suatu keadaan dimana kita tidak mendengar semua suara. Dan sejak itu,
Panglima pun menyadari kekeliruannya dan menjadi orang yang saleh.
Konsentrasi
erat kaitannya dengan kesungguhan hati, keseriusan dan niatan dari
dalam diri untuk berhasil mencapai sesuatu yang diharapkan. Indikasi
bekerja dengan sepenuh hati dapat dilihat dari kegembiraan dan bagaimana
seseorang itu menikmati pekerjaannya. Semua dilakukan dengan penuh
persiapan dan perencanaan yang matang. Lalu dimanakah kita berada ?
Surga & Neraka
Apa bedanya antara Surga dan Neraka ? Konon jika kita
membandingkan perabotan makan yang ada di Surga dan Neraka, semuanya
sama saja hanya ukurannya yang berbeda. Namun hal penting yang membuat
Surga dan Neraka lain adalah perilaku para penghuninya.
Ketika
jam makan tiba, penghuni neraka saling berebutan untuk makan, bahkan
perang sendok garpu karena ukurannya yang sangat besar. Walhasil,
kericuhanlah yang terjadi. Angkara murka memenuhi acara makan tersebut
dan tidak ada sesendok nasipun yang memenuhi perut penghuni neraka.
Kelaparanlah mereka semua akhirnya.
Lalu bagaimanakah acara
makan di Surga ?
Situasinya sangat berbeda.
Ketika jam makan tiba, semua penghuni Surga dengan tertib memasuki
ruangan dan mengambil tempat masing – masing. Acara makan dimulai dengan
doa syukur. Dan mereka saling melayani satu sama lain, karena sendok
garpu mereka yang ukurannya panjang. Suasana makan begitu damai,
sehingga mereka pun bisa makan dengan tenang. Semua kenyang, bahagia dan
saling berterima kasih.
Cerita diatas adalah
perwujudan dari etos kerja ke 8 yaitu saling melayani. Sebagai mahluk
sosial kita dituntut untuk mampu memperhatikan dan mendahulukan
kebutuhan orang lain. Dan tidak mengedepankan ego pribadi agar tercipta
suasana damai sejahtera. Namun yang sering kali terjadi adalah manusia
merasa puas jika berhasil menggagalkan usaha orang lain. Sebenarnya
kepuasan semacam ini adalah kepuasan orang sakit jiwa. Tanpa disadari
perbuatan seperti itu sebenarnya cara untuk menghancurkan diri sendiri,
karena hal itu mengundang balas dendam. Hidup pun akhirnya menjadi
terperangkap dalam sebuah dunia yang dipenuhi angkara murka untuk saling
mencelakakan.
Nah kita manusia sebagai mahluk
sosial memang sebaiknya harus mempunyai hati yang penuh dengan
pelayanan. Untuk itu semaikanlah sikap luhur ini, karena dengan demikian
niscaya hidup kita menjadi lebih sukses, tentram dan bahagia. Selamat
bekerja dan melayani.
Sang paripurna
Pada dasarnya manusia selalu mengharapkan yang terbaik bagi
dirinya. Ini ada kaitan dengan pembahasan kali ini yang mengangkat topic
: SANG PARIPURNA
Paripurna sendiri dijabarkan oleh Bapak
jansen sebagai : seluruh fraksi tubuh dan pekerjaan kita yang secara
bersamaan disatukan dalam pengoperasiannya .Melatihnya dengan tuntutan
kwalitas yang lebih baik untuk pencapaian yang maksimal.
Paripurna
adalah cita cita ideal manusia. Meskipun selalu menjauh bagai
horizon,namun itu kita perlukan sebagai pembimbing, panduan, dan
kiblat.Meskipun ia mustahil diraih bagai bianglala, namun membutuhkannya
sebagi inspirasi dan pengingat,Lantas bagaimana setiap orang bisa
merasa ternavigasi untuk bekerja dengan paripurna ?
Terus
berlatih dan berlatih memanfaatkan kemampuan adalah hal yang paling
disarankan.Proses pembelajaran akan ditemukan dalam pelaksanaannya
dengan cara yang berbeda beda dari setiap individunya.Paripurna
mengingatkan kita akan kefanaan dan keterbatasan kita.Namun ia
merangsang kita untuk berkembang dan tidak bantat karena puas diri.
Demikianlah hidup kita,pelayanan kita,harus terus bertumbuh digaris
asimtotik menuju keparipurnaan .
Suatu saat
kelak diantara kita akan mendapat anugerah mengecap rasa
paripurna.Kesempatan itu muncul saat kita memasuki pengalaman surealis
di alam spiritual.Dan pengalaman ini bisa kita masuki tanpa harus berada
dipuncak gunung,tetapi cukup diruang kerja kita masing masing. Itu bisa
terjadi kalau kita mampu tenggelam dan bergelut mesra dengan pekerjaan
kita termasuk dalam berkarya dengan segenap totalitas rohani kita sampai
tungku lumus. Disini kerja menjadi sebuah olah spiritual,kerja
rohaniah.Ketika roh kita menyatu tuntas dan bekerja harmonis dengan
jajari,lengan,kaki dan mata kita maka lahirlah karya yang paripurna,dan
kita mengalaminya dibumi ini.
Raja Yang Tidak Mampu Memerintah Air
Sadarkah kita bahwa bekerja adalah bagian dari seni ? Terkait
dengan Etos Kerja ke 6 yang mengatakan ‘Aku bekerja penuh kecerdasan’.
Dengan kecerdasan yang kita miliki kita bisa menyiasati masalah
pekerjaan kita. Dan menyelesaikan masalah secara efektif diperlukan
suatu ‘seni’.
Berikut adalah contoh cerita yang
menunjukkan bahwa diperlukan seni yang cerdas untuk menyelesaikan
masalah.
Konon di suatu masa ada seorang Raja
yang bijaksana. Apapun yang diperintahkan oleh sang Raja selalu
dilaksanakan oleh para punggawanya. Namun sayang, para punggawa itu
selalu mencari perhatian Raja dengan cara yang tidak wajar dan
berlebihan. Mereka suka sekali menjilat dan memuji – muji Raja, sehingga
Raja merasa terganggu dengan pujian yang tidak tulus itu. Akhirnya Raja
pun mulai menghimpun rencana untuk memberi para punggawanya itu
pelajaran.
Suatu hari Raja yang bijaksana ini
mengajak para punggawanya untuk berjalan – jalan ke pantai. Sambil
menuju ke tempat tujuan, kembali para punggawa itu mulai memuji – muji
Raja dengan berlebihan. Mendengar itu semua, Raja mulai kehilangan
kesabaran. Kemudian Raja mulai mempertanyakan pujian – pujian mereka
yang mengatakan bahwa semua rakyat tunduk pada perintah Raja, semua
musuh takut padanya, bahkan semua hewan menuruti segala perintahnya.
Para punggawa tentunya mengiyakan semua itu.
Tanpa
terasa mereka sudah ada di pinggir pantai. Lalu Raja menanyakan pada
para punggawanya,” Apakah kalau Aku memerintahkan gelombang ini menari
untukku, maka mereka akan melakukannya ?”. Para punggawa itu pun
menjawab,”Tentu saja Yang Mulia, gelombang itu pasti akan menari untuk
Yang Mulia.”
Raja pun lalu memerintah gelombang
itu untuk menari di hadapannya dan para punggawanya. Tapi apa yang
terjadi ? Gelombang itu sama sekali tidak menuruti perintah Raja.
Gelombang itu tetap saja bergulung santai dan ramah. Malulah para
punggawa itu melihat apa yang mereka katakan bahwa Raja dapat memerintah
apa dan siapa saja.
Dari cerita diatas dapat
kita petik pelajaran bahwa dibutuhkan sebuah rasa seni untuk memimpin.
Itulah kemampuan yang harus dimiliki oleh pemimpin. Dan Raja berhasil
mendidik para punggawanya dengan cara yang kreatif dan efektif.
Kita
dianugerahi dengan talenta dan kemampuan seni yang beragam. Dalam dunia
kerja sekarang ini, dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang kreatif dan
inovatif. Ini untuk menunjang pengembangan organisasi, yang nantinya
berimbas pada keuntungan bisnis.
Damon dan Phytias
Etos kerja ke – 7 berisi : kerja adalah kehormatan. Aku bekerja
dengan tekun dan penuh keunggulan. Kehormatan dapat ditegakkan dengan
landasan persahabatan yang menjunjung tinggi komitmen dan janji. Untuk
itu jika dalam bekerja kita mampu berhubungan baik dengan orang lain,
maka hubungan tersebut akan jadi penyelamat dan modal kesuksesan kita.
Dalam
ilustrasi di bawah ini kita bisa mendapatkan pelajaran mengenai sebuah
kehormatan.
Di jaman Yunani kuno hiduplah
seorang Raja yang bernama Dionisius. Di kerajaan yang diperintahnya
hiduplah sepasang sahabat – Damon dan Phytias - yang dikenal dengan
kesetiaan, kesepikiran dan komitmen mereka.
Suatu
hari, Damon melakukan kesalahan fatal dalam sebuah gelanggang
permainan. Akibatnya dia harus dihukum mati. Namun sesaat sebelum
eksekusi diberikan padanya, sahabatnya – Phytias – muncul dan meminta
kepada Raja Dionisius untuk menangguhkan hukuman pada Damon dengan
memberi kesempatan terakhir pada Damon untuk melakukan permintaan
terakhirnya. Raja setuju dengan usulan Phytias.
Permintaan
terakhir Damon sebelum dieksekusi adalah bertemu dengan keluarganya.
Dan sebagai jaminan jika Damon tidak kembali, maka Phytias mengajukan
diri untuk menggantikan Damon di tempat hukuman. Phytias juga bersedia
di eksekusi jika sampai batas yang ditentukan Damon tidak juga muncul.
Damon berterima kasih atas kesediaan Phytias menggantikannya selama dia
menemui keluarganya.
Pergilah Damon menengok
keluarganya untuk terakhir kali. Satu hari…dua hari…tiga hari…Damon
belum juga muncul. Raja dan masyarakat tegang menanti kehadiran Damon.
Karena Damon tak juga nampak, Raja akhirnya mengambil keputusan untuk
mengeksekusi Phytias. Sebelum meminta algojo mengeksekusi Phytias, Raja
kemudian memberikan komentar mengenai kesetiaan dan komitmen
persahabatan mereka yang sepertinya tidak terbukti.
Pedang
sudah hampir mengenai Phytias, ketika sebuah suara dengan terengah –
engah meminta algojo menghentikan eksekusi itu. Itu adalah suara Damon !
Damon
meminta maaf atas keterlambatannya. Lalu diceritakannya alasan mengapa
dia terlambat. Damon harus menghadapi kebakaran yang menenggelamkan
kapalnya, lalu melewati hutan yang lebat dan seram, tapi itu tidak
menyurutkan niatnya untuk datang karena Damon tahu apa resikonya jika
dia tidak datang. Nyawa sahabatnyalah yang menjadi taruhannya !
Demi
mendengar cerita Damon dan kesetiaannya pada Phytias, maka Raja pun
memberikan ampunan pada Damon. Damon bebas. Kemudian Raja pun menjadi
sahabat mereka.
Dari ilustrasi di atas, nampak
sekali bahwa kualitas persahabatan dimana ada komitmen, kesetiaan dan
kepercayaan yang total, mampu menggetarkan sanubari masyarakat dan Raja.
Apapun yang unggul, mulia dan berkualitas tinggi selalu menarik rasa
hormat dan kekaguman. Karena itu jagalah kualitas persahabatan yang
membuat hidup akan jauh lebih mudah dan kesuksesan menjadi sangat
mungkin untuk di raih.
Fenomena Etos Dalam Peristiwa Kerja
Kali ini Smart Etos bercerita mengenai peristiwa – peristiwa yang
sering terjadi dalam kehidupan kita kala bekerja. Episode ini akan
mengambil cerita mengenai Supir Yang Mengantuk yang dialami sendiri oleh
Pak Jansen.
Pada suatu hari Pak Jansen dan
koleganya harus pergi menemui narasumber yang berada di kawasan Thamrin
sekitar pukul 16.00 dan 17.30 WIB. Perjalanan ke narasumber pertama
berjalan lancar. Setelah menunggu sekitar satu setengah jam, maka Pak
Jansen beserta koleganya berhasil menemui narasumber tersebut. Setelah
selesai mereka pun turun untuk melanjutkan pertemuan dengan narasumber
berikutnya. Mereka pun memanggil supir yang akan mengantarkan mereka ke
tempat berikutnya melalui call car. Namun tunggu punya tunggu supir ini
tidak juga muncul. Akhirnya untuk menghemat waktu mereka pun berangkat
naik taksi. Sesampainya disana mereka sudah lewat dari waktu yang
dijanjikan karena terlalu lama menunggu supir mereka. Walau demikian
mereka masih berhasil membicarakan hal penting yang telah diagendakan.
Hingga
malam supir ini tidak juga kembali. Ketika jam sudah menunjukkan angka
23.00 barulah supir itu muncul.
Dari ceritanya
baru diketahui ternyata supir ini ketiduran. Pak Jansen tidak marah
dengan hal ini. Hanya saja seharusnya supir ini dapat mengantisipasi
lama waktu Pak Jansen melakukan pertemuan dengan narasumbernya. Karena
bagaimanapun ini sudah menjadi tugasnya untuk mengantar dan menjemput
Pak Jansen maupun siapa saja yang menggunakan jasa supir.
Melihat
cerita diatas, jika kita mengalami sebuah peristiwa yang tidak
menyenangkan, ada baiknya kita ambil berkah atas peristiwa tersebut.
Karena selalu ada hal positif yang bisa kita ambil dalam sebuah
peristiwa. Dan ketika kita menghadapi hal tersebut lebih baik tenang,
pahami keadaan orang yang menyebabkan hal itu terjadi dan lihatlah sisi
lain dari sudut pandang dia (misalnya membayangkan bahwa dia akan
bercerita dengan teman – temannya dan bahagia dengan cerita tersebut).
Hal terakhir terdengar negatif, namun itu akan membuat kita jauh lebih
mudah meneruskan hidup.
Bermain Main dengan Harimau
Adalah seorang pemuda yang bekerja menggembalakan kerbau – kerbau
para tetangganya di desa. Setiap hari pemuda itu menggembalakan kerbau –
kerbau itu dipadang gembalaan yang tak jauh letaknya dari pemukiman
desa. Awalnya pemuda itu menerima tanggung jawabnya dengan penuh
sukacita. Setiap hari pemuda ini bekerja penuh semangat. Dia memberi
makan kerbau – kerbau itu, memandikannya sambil bermain seruling,
bersenandung dan menari.
Tapi karena tugas yang
dilakoninya itu dijadikannya rutinitas, muncullah rasa bosan dan jenuh.
Ia pun mulai mengeluh, kehilangan keceriaan, sering ketiduran dan mulai
menelantarkan kerbau – kerbau gembalaannya.
Suatu hari si
pemuda itu iseng ingin mengerjai seluruh warga desa. Kemudian dia
menyusun rencana. Dia berlari kearah ladang sambil berteriak :
”Harimau…harimau…ada harimau datang…selamatkan kerbau kalian !”
Mendengar
itu sontak seluruh warga menuju ladang untuk menyelamatkan ternak
mereka. Ketika mereka sampai di ladang, ternyata tak ada harimau disana.
Kerbau kerbau mereka masih asyik merumput. Dan dikejauhan para warga
melihat pemuda penggembala itu tertawa terbahak – bahak melihat aksinya
berhasil. Warga yang datang pun kecewa dan marah akan kelakuan pemuda
tadi, tapi mereka pun tak bisa apa – apa. Mereka pulang kembali ke
tempat asalnya dengan rasa dongkol. Keisengan itu dilakukan pemuda
penggembala tadi hingga berkali – kali, dan warga pun akhirnya
menganggap lelucon saja jika pemuda penggembala itu berteriak minta
tolong ada harimau.
Nah suatu hari ketika
pemuda tadi tengah menggembala, tak disangkanya harimau datang mendekati
ladang yang tengah dipenuhi oleh kerbau – kerbau yang tengah merumput.
Melihat hal itu, spontan di pemuda penggembala tadi langsung berteriak
minta tolong. Namun warga yang sudah tahu kebiasaan pemuda penggembala
itu membiarkan teriakan histeris itu. Karena tidak ada bantuan dari
warga, maka harimau itu pun berhasil menerkam pemuda penggembala. Pemuda
itupun mati dicabik – cabik harimau yang mengamuk itu.
Melihat
cerita diatas, nampaknya pemuda ini bermain – main dengan pekerjaannya.
Pekerjaan yang sudah diamanatkan kepadanya dilakukannya dengan tidak
serius. Sikap kurang ajar, iseng – iseng, tidak bertanggung jawab dan
professional dapat menimbulkan bencana.
Pekerjaan
adalah keseriusan. Betapapun remeh temehnya pekerjaan itu, kita harus
melakukannya dengan bersungguh – sungguh dan penuh tanggungjawab. Kita
tidak pernah bisa menebak datangnya bencana, karena itu bisa datang
kapan saja. Yang bisa kita lakukan adalah waspada dan jangan membiarkan
keisengan menjadi malapetaka bagi kita. Pupuklah sikap menangani
pekerjaan dengan sepenuh hati dan serius disertai rasa tanggung jawab
yang besar. Niscaya itulah yang akan menyelamatkan dan menjadi kunci
sukses keberhasilan dalam pekerjaan.
Fenomena Etos Dalam Dunia Kerja
Cerita mengenai dua dokter ini adalah kisah yang dialami sendiri
oleh Pak Jansen. Ketika usai liburan Lebaran, Pak Jansen sama juga
seperti warga Indonesia lain yang berlibur, kembali melakukan aktifitas.
Aktifitas
demi aktifitas beliau lakukan hingga tanpa disadarinya dia terinfeksi
karena kelelahan. Akhirnya dipanggilah dokter ke rumahnya. Dokter itupun
memeriksa apa yang membuat Pak Jansen terinfeksi yang menyebabkan
bisul.
Semua keluhan Pak Jansen didengarnya
dengan seksama. Selesai mendengarkan keluhan tanpa memeriksa lokasi
sakit yang dikeluhkan Pak Jansen, dokter ini lalu memberikan resep obat
antibiotik dan antihistamin. Lalu Pak Jansen tidur, memberi kesempatan
tubuhnya istirahat dan obat itu bekerja.
Keesokan
paginya kondisi Pak Jansen membaik. Terbanglah beliau ke Batam untuk
memberikan seminar. Usai seminar hari pertama kembali demam melanda
tubuh beliau. Dipanggilah kembali dokter untuk memeriksa keluhan Pak
Jansen. Dokter kali ini rupanya jauh lebih teliti dibanding dengan
Dokter pertama yang memeriksa beliau. Dokter ini tidak hanya menanyakan
keluhan Pak Jansen tapi juga memeriksa bisul yang ada di tubuh Pak
Jansen. Melihat kondisi bisul beliau, dokter itu menaikkan dosis obat
yang sempat diminum Pak Jansen dan menyuntik beliau.
Melihat
cerita di atas dapat disimpulkan bahwa dua orang dengan profesi yang
sama memiliki cara berbeda untuk menangani kasus yang dihadapinya.
Cerita ini ada kaitannya dengan etos kerja kedua yaitu kerja adalah
amanah. Aku bekerja benar penuh tanggungjawab. Terkait dengan hal itu,
bekerja benar untuk dokter tersebut harus melakukan proses diagnosa yang
benar secara seksama dan menyeluruh dan tidak hanya berasumsi saja.
Apalagi ini berkaitan dengan kondisi kesehatan manusia.
Amanah
ini bisa diajarkan dengan memberikan pengertian bahwa kepercayaan
penting adanya bagi hubungan dengan sesama manusia. Bisa juga kita
memberikan reward and punishment pada diri kita sendiri. Dan ketegasan
pada apa yang kita lakukan.
Fenomena Etos dalam Dunia Kerja (Perjalanan dengan Pesawat)
Kali ini Pak Jansen berbagi cerita perjalanannya yang berkaitan
dengan etos 8 ( Pelayanan ). Dimana saat itu Pak Jansen akan melakukan
perjalanan menuju Medan. Pak Jansen kebetulan memegang tiket Frequent
Fly kelas ekonomi.
Namun ketika beliau akan
menduduki kursinya sudah ada orang lain yang menempatinya terlebih dulu.
Karena sudah ada orang di kursi yang seharusnya diduduki beliau,
bertanyalah Pak Jansen pada pramugari. Ternyata menurut pramugari
tersebut, kelas ekonomi memang penuh, karena itu Pak Jansen dipindahkan
kekelas bisnis. Terbanglah Pak Jansen ke Medan.
Setelah
urusannya selesai di Medan maka Pak Jansen pulanglah kembali ke
Jakarta. Nah ketika akan masuk ke bandara Pak Jansen di cegat oleh
petugas pesawat dan diberitahukan bahwa kelas ekonomi pesawatnya yang
akan terbang telah full book. Karena Pak Jansen adalah pemegang tiket
Frequent Fly maka beliau diprioritaskan dengan diberi ‘lagi’ tempat
duduk di kelas bisnis.
Cerita Pak Jansen diatas
adalah contoh etos kedelapan mengenai pelayanan yang dikaitkan dengan
proses bisnis yang didukung oleh tekhnologi. Tanpa adanya tekhnologi,
tentunya petugas tersebut tidak tahu bahwa Pak Jansen adalah pemegang
Frequent Fly. Dan pelayanan tersebut memang diperlukan dalam dunia
bisnis jika bisnis tersebut ingin langgeng dan semakin dipenuhi
pelanggan.
Untuk semakin mengasah rasa
pelayanan yang optimal maka kita dapat memulainya dengan melakukan
segala sesuatu dari hati. Dan memperhatikan keadaan di sekeliling kita.
Karena dari sanalah biasanya inspirasi untuk melayani itu bisa tumbuh.
Pemecatan Yang Membuka Pintu
Sebuah kisah buruk dalam hidup kita seringkali dianggap sebagai
bencana. Padahal jika kita ingat pepatah ‘Kegagalan Adalah Sukses Yang
Tertunda’ maka sebenarnya kegagalan itu bisa dijadikan batu loncatan
untuk meraih kesuksesan.
Contoh ‘Kegagalan
Adalah Sukses Yang Tertunda’ adalah kisah yang pernah dialami oleh
Michael Bloomberg – pendiri The Bloomberg. Kisah ini dimulai di tahun
80-an. Kala itu Bloomberg masih menjadi partner di sebuah perusahaan
investasi ‘Solomon Brothers’. Di perusahaan tersebut dia menjadi Bos
Traders.
Setelah bekerja sekian lama,
perusahaan tersebut berniat untuk menjual perusahaan tersebut kepada
perusahaan lain. Dalam proses pergantian itu, Bloomberg diangkat menjadi
Kepala Bagian yang menangani komputer yang saat itu hanya mengurusi
masalah administrasi saja. Bloomberg bingung karena itu adalah
pengalaman pertamanya bekerja dengan komputer di belakang meja. Namun
itu semua dilakukannya. Akhirnya waktu pengalihan ke perusahaan lain pun
tibalah. Bloomberg pun akhirnya disingkirkan oleh Solomon Brothers.
Dengan pesangon yang hanya 10 juta dolar, Bloomberg memikirkan strategi
apa yang kiranya cocok untuk memanfaatkan uang pesangonnya itu.
Bloomberg sudah tidak mau lagi jadi karyawan.
Kemudian
dia teringat pengalaman kerjanya saat menjadi trader di Solomon dan
ketika menjadi Kepala Bagian Administrasi dengan menggunakan computer.
Bloomberg pun berpikir, jika para di hadapan para trader ini ada sebuah
computer yang bisa menampilkan informasi pasar saham secara real time
maka ini akan sangat membantu pekerjaan para trader di Wall Street. Demi
ingin mewujudkan hal tersebut, Bloomberg pun menghubungi temannya yang
ahli komputer dan menceritakan idenya.
Temannya
yang ahli computer setuju. Dan mulailah membuat contoh computer yang
dibarengi dengan program informasi pasar saham secara real time. Saat
temannya itu tengah asik mengotak atik program itu, Bloomberg mulai
menjual programnya ke rival Solomon Brother di Wall Street – Mary Lynch.
Di tempat itu Bloomberg melakukan negosiasi yang intinya, Bloomberg
akan memberikan contoh produknya, jika mereka menyukainya dan produk itu
berhasil maka mereka harus membayarnya tapi jika kebalikannya maka
Bloomberg rela produknya itu tidak dibayar. Ternyata produk itu berhasil
baik. Maka sejak itu usahanya berkembang menjadi membuka usaha radio,
televise dan internet.
Dari cerita diatas
jelaslah bahwa kita harus meyakinkan diri kita untuk menyikapi pemecatan
sebagai suatu kesempatan untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik dan
menjadi manusia yang juga paripurna.
Lilin Lilin Kecil
Suatu hari di sebuah kelas seorang ibu guru yang sedang mengajar
memperhatikan salah seorang muridnya yang tampak gelisah dan tidak
konsentrasi dengan pelajaran yang diberikannya. Saat bel berdering guru
itu memanggil anak itu untuk berbincang.
Lalu
menanyakan apa kiranya yang mengganggu pikirannya. Dengan mata berkaca –
kaca anak itu berkata bahwa dia sedang bingung tapi tiap kali mau
berbincang dengan ibu guru nampaknya ibu selalu sibuk. Mendengar itu ibu
guru lalu memberikan waktunya sekarang juga untuk berbincang mengenai
kebingungan murid itu. Tapi murid itu malah menolak bantuan itu dengan
alasan takut menyusahkan ibu guru.
Karena
selain dia masih ada sekitar 40 murid lainnya yang membutuhkan perhatian
ibu guru. Mendapat penolakan dari anak murid padahal ibu guru itu tahu
bahwa anak itu membutuhkan bantuannya, maka ibu guru itu meminta
pertolongan pada anak itu untuk mengambilkan lilin – lilin di atas
lemari. Setelah lilin itu ada di hadapan mereka, Ibu guru meminta
muridnya itu untuk menyalakannya lilin itu, setelah lilin menyala maka
Ib guru itu meminta murid itu untuk menyalakan lilin lainnya dengan
cahaya dari lilin pertama.
Walau tidak mengerti
dengan maksud perintah gurunya, murid itu tetap melakukannya. Setelah
itu Ibu guru meminta anak itu untuk memperhatikan nyala lilin itu. Lalu
Ibu guru mengatakan bahwa lilin pertama nyalanya tetap saja walau telah
diambil oleh lilin berikutnya. Mendengar penjelasan itu si anak jadi
bingung karena masalahnya disamakan dengan lilin itu.
Lalu
Ibu guru menjelaskan bahwa Ibu guru juga sama dengan lilin itu. Dia
tidak akan kekurangan apapun dengan memberikan ilmu, waktu dan
pengetahuan yang dimilikinya kepada murid – muridnya. Dengan memberikan
itu semua, seorang guru akan berarti bagi murid – muridnya.
Orang
tua murid yang menitipkan anaknya pada sekolah ini dan guru juga
menjadi tumpuan harapan segenap bangsa untuk menyiapkan muridnya sebagai
calon pemimpin di masa depan. Dengan memberikan bantuan maka Ibu guru
tidak kekurangan apapun. Setelah mendengar hal itu, dengan tersenyum si
anak mulai menceritakan masalahnya dan pulang ke rumah dengan perasaan
puas dan lega.
Kenyataan sering kali
bertentangan dengan keinginan kita. Ada orang yang ingin membantu tapi
orang yang dibantu tidak mau, ada juga orang yang butuh bantuan orang
lain tapi orang lain tidak mau membantunya. Manusia sebagai mahluk
sosial tidak mampu hidup sendiri. Manusia selalu memiliki sifat
ketergantungan satu dengan lain. Saat kita butuh bantuan biar orang lain
membantu kita, demikian juga sebaliknya. Seperti sifat lilin tadi yang
memberikan nyala lilinnya pada lilin yang lain, dia selalu menjadi
penerang dalam kegelapan dan menghangatkan sekelilingnya tanpa pernah
kehilangan jati dirinya.
Cinta Tanpa Syarat
Pernikahan adalah hal yang menyenangkan bahkan terkadang menjadi
tujuan utama beberapa orang. Namun karena keseringan bersama dalam
sebuah pernikahan terkadang membuat kita bosan bahkan suka mencari –
cari masalah. Dan hal ini wajar, karena semua pasangan pasti mengalami
naik dan turunnya kehidupan pernikahan.
Nah
ilustrasi cerita ini adalah sebuah contoh kisah yang menarik untuk
direnungkan mengenai pasangan harmonis yang memiliki cinta tanpa syarat.
Di
sebuah keluarga besar hiduplah kakek –nenek yang hidup rukun, serasi,
harmonis dan saling mencintai. Suatu hari salah satu cucunya bertanya
mengenai resep mempertahankan cinta mereka. Berceritalah mereka mengenai
resep itu.
Kala itu kakek dan nenek tengah
memperdebatkan artikel yang berjudul ‘Bagaimana Memperkuat Tali
Pernikahan’. Di artikel itu dituliskan bahwa masing – masing diminta
mencatat hal yang kurang disukai dari pasangannya. Selain itu artikel
itu juga membahas cara membuat ikatan tali pernikahan menjadi kuat dan
bahagia. Kakek dan nenek kemudian sepakat untuk membuat daftar itu.
Untuk mencatat apa yang tidak disukai
Dari
pasangannya, kakek dan nenek sepakat berpisah kamar malam itu.
Keesokan
harinya nenek duluan yang membaca daftar dosa kakek, dan daftar
ketidaksukaan nenek kepada kakek banyak juga. Walau demikian nenek tetap
cinta pada kakek. Kemudian giliran kakek yang bercerita mengenai daftar
itu. Kakek bilang pagi itu dia membawa kertas kosong karena memang
tidak mengisinya dengan apapun. Kakek memberikan alasan mengapa dia
tidak mengisi daftar ketidaksukaan kepada nenek. Menurutnya nenek adalah
wanita yang kakek cintai apa adanya jadi kakek tidak mau mengubah
apapun dari nenek. Kakek bilang nenek adalah wanita cantik, baik hati
dan yang penting mau menikah dengan kakek, dan itu lebih dari cukup buat
kakek. Mendengar pernyataan itu nenek sangat tersentuh. Sejak saat itu
tidak ada masalah besar yang dapat membuat mereka bertengkar dan
mengurangi rasa cinta mereka berdua.
Cerita
diatas mencoba untuk mengatakan pada kita bahwa sering kali dalam
kehidupan ini, kita menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan sisi
buruk yang mengecewakan dan menyakitkan. Padahal pada saat yang sama
kita juga punya kemampuan untuk menemukan hal indah.
Kita
akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat dan
melihat serta bersyukur atas hal baik dalam kehidupan ini. Cobalah untuk
senantiasa melupakan hal buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian
hidup akan dipenuhi dengan keindahan, pengharapan dan kedamaian.
Konsistensi
cinta tanpa syarat dapat dibangun dengan cara selalu melakukan
komunikasi. Karena banyak hubungan pasangan yang carut marut dikarenakan
kurangnya komunikasi yang baik. Karena rutinitas kerja, waktu yang
sedikit ini membuat kualitas komunikasi mereka hambar. Dan kondisi ini
rentan dalam hubungan berpasangan sehingga muncullah keinginan –
keinginan yang mengakibatkan cinta bersyarat. Untuk menimbulkan rasa
cinta tanpa syarat maka cobalah untuk bergaul dengan lingkungan yang
bisa memberikan pencerahan mengenai cinta tanpa syarat.
Komentar Lukisan
Hidup di dunia ini penuh dengan perbedaan, walaupun sebenarnya
sebagai manusia kita lebih suka berkumpul dengan orang – orang yang sama
dengan kita. Namun perbedaan adalah hal yang membuat hidup ini jauh
lebih berwarna. Lihat saja di sekeliling kita.
Mulai
keluar dari rumah kita sudah melihat perbedaan. Orang – orang yang
berbeda, jenis orang yang berbeda, cuaca yang berbeda dan pengalaman
yang berbeda. Bahkan ketika kita menghadapi masalah yang sama, kita akan
menyelesaikannya dengan cara yang berbeda. Perbedaan adalah hal yang
wajar selama itu tidak menimbulkan konflik, baik bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Berikut ini adalah suatu ilustrasi cerita
‘Komentar Lukisan’ yang berisi mengenai perbedaan.
Adalah
seorang pelukis terkenal yang hasil lukisannya banyak menghiasi dinding
rumah orang – orang kaya. Pelukis itu dikenal dengan kehalusan,
ketelitian, keindahan dan perhatiannya pada detail dari obyek yang
digambarnya. Banyak para kolektor maupun pecinta barang – barang seni
yang memesan lukisan darinya.
Suatu hari
setelah menyelesaikan sebuah lukisan, pelukis itu merasa sangat puas
dengan hasil lukisannya kali ini. Ia pun berniat mengadakan pameran agar
orang – orang dapat mengagumi kehebatan melukisnya. Untuk mengetahui
masukan dari penikmat karyanya, pelukis itu meletakkan sebuah buku pada
pamerannya, dimana pencinta dan penikmat seni yang telah melihat
lukisannya dapat memberikan masukan mengenai kekurangan dan kelemahan
lukisan tersebut. Pengunjung pun silih berganti mengisi buku itu.
Setelah
beberapa hari pelukis itu pun membaca buku komentar pengunjung pameran.
Demi membaca catatan kelemahan yang diberikan pengunjung pamerannya,
pelukis itu merasa kecewa. Menurutnya pengunjung itu tidak mengerti
keindahan lukisan, sehingga banyak kritikan yang ditujukan pada hasil
lukisannya. Tapi dalam hati pelukis itu tetap yakin, bahwa lukisannya
itu sangat bagus. Untuk itu dia ingin menguji sekali lagi komentar orang
lain mengenai lukisannya dengan metode berbeda. Maka itu pelukis
tersebut membuat pameran sekali lagi di tempat yang berbeda tapi tetap
dengan menyertakan buku komentar yang disediakan untuk pengunjung. Hanya
saja kali ini pengunjung diminta untuk memberikan komentar mengenai
kekuatan dan keindahan lukisan tersebut.
Pameran
itu berhasil dilaksanakan. Beberapa hari setelahnya barulah pelukis itu
berkesempatan untuk kembali membaca buku komentar pengunjung. Dan dia
tersenyum senang setelah membacanya, karena banyak pengunjung yang
memuji dan mengagumi lukisannya.
Dari dua
pameran lukisan itu pelukis memperoleh sebuah kesadaran. Bahwa tidak ada
yang sempurna di dunia ini. Apapun yang kita kerjakan, sehebat dan
sesempurna apapun hasil karya kita menurut pandangan kita, ternyata
tidak demikian di mata orang lain. Di mata mereka selalu ada saja
kelemahan dan kritikan sekaligus ada juga pujian dan kekaguman. Jadi
tidak perlu marah dan berkecil hati terhadap komentar orang lain,
asalkan kita mengerjakannya dengan sungguh – sungguh dan dilandasai
dengan niat baik maka itulah persembahan terbaik bagi diri kita sendiri.
Di
kehidupan ini memang tidak ada yang sempurna. Apa yang kita pikirkan,
yang kita yakini, yang kita kerjakan dan yang kita hasilkan selalu saja
ada pro dan kontra. Jika kita bersikukuh dengan apa yang kita miliki
dan yakini maka itu memungkinkan lahirnya konflik dan antipati. Dan ini
membuat kita tidak bahagaia. Tapi jika kita mampu menghargai setiap
perbedaan, sebagai hak asasi setiap insan maka akan timbul keselarasan
dan keharmonian. Jika kita hidup penuh dengan toleransi maka kemanapun
kita pergi dan dengan siapapun kita bergaul pasti ada tempat yang nyaman
dan damai untuk kita.
Saya Dilahirkan di Dunia Ini Pasti Punya Manfaat
Melihat kehidupan artis nampaknya menyenangkan. Mereka naik turun
mobil mewah, selalu memakai baju bagus dan secara fisik mereka nampak
sempurna. Ada saatnya kita ingin menjadi seperti mereka dan merasa tidak
percaya diri dengan apa yang kita miliki saat ini. Padahal apakah
memang demikian adanya ?
Ilustrasi berikut ini
dapat membangkitkan kembali semangat kita untuk tetap percaya diri dan
yakin bahwa kita tercipta dengan suatu maksud berguna.
Di
tepian sebuah sungai terlihatlah kura – kura yang sedang berjalan. Lalu
datanglah pelanduk mendekatinya dan menanyakan kabar kura – kura itu.
Kura – kura itu menjawab dengan pesimis bahwa walaupun keadaanya baik –
baik saja, tapi dia tetap berjalan pelan dan tidak bisa berlari cepat
seperti pelanduk dan hewan lainnya yang berkaki empat.
Pelanduk
menanggapi keluhan itu dengan mengabarkan bahwa penghuni hutan sedang
resah karena Raja Hutan sedang kelaparan. Jadi semuanya tinggal menunggu
giliran siapa gerangan yang akan menjadi mangsa berikutnya. Mendengar
itu, kecutlah hati kura – kura. Lalu dia meminta pelanduk mengajarinya
berlari cepat. Pelanduk menyetujui permintaan itu.
Tak
lama setelah berhari – hari berlatih berlari, bertemulah kura – kura
dengan Raja Hutan. Larilah kura – kura itu demi melihat Raja Hutan.
Melihat cara jalan kura – kura yang aneh dan lucu, Raja Singa itu hanya
mengikuti sambil memainkan kuku kakinya pada kura – kura. Kura – kura
sangat ketakutan. Karena dirasanya usaha larinya tidak berhasil maka
diapun akhirnya menarik semua anggota tubuhnya untuk disembunyikan di
dalam tempurungnya. Melihat tempurung itu, Raja Hutan tidak lagi
bersemangat untuk bermain dengannya dan juga tidak bernafsu untuk
memakannya. Lalu pergilah Raja Hutan.
Kura –
kura baru kembali mengeluarkan anggota badannya setelah sang kera yang
tengah bergelayut di atas pohon memberitahukan kepergian Raja Hutan.
Kura – kura terkejut dan tidak percaya bahwa dia masih hidup. Lalu kera
mengingatkan kalau tempurungnyalah yang menyelamatkannya dari terkaman
Raja Hutan, walalupun dia tidak bisa berlari. Mendengar itu, sadarlah
kura – kura bahwa tidak ada yang perlu disesali dengan menjadi seekor
kura – kura. Karena sesungguhnya setiap mahluk hidup mempunyai kelebihan
dan kelemahan dalam satu paket.
Setiap manusia
punya cirri khas yang tidak dipunyai orang lain. Tapi jika hidup hanya
berfokus pada kelebihan orang lain dan kelemahan diri sendiri, maka
keyakinan dan kepercayaan diri akan sulit berkembang. Karena itu
pelajari apa yang menjadi kelebihan dan kekuatan kita. Dengan demikian
biar sekecil apapun kemampuan kita pada awalnya namun jika kita tetap
fokus dan sungguh hati dalam mengembangkannya maka keyakinan dan
kepercayaan diri akan tumbuh dengan sehat. Ini akan membawa kita pada
kemenangan dan kesuksesan.
Ulat Kecil Yang Berani
Suatu masa hiduplah seekor ulat kecil yang hidup di tempat yang
kekurangan air. Karenanya ulat itu jadi kekurangan makan. Dengan kondisi
yang kurang menguntungkan itu, si ulat ingin sekali pindah ke tempat
yang lebih baik. Namun hari demi hari, si ulat itu hanya berkeinginan
tanpa melakukan sesuatu.
Pada suatu hari niat
si ulat untuk pindah ke tempat yang lebih baik telah bulat. Ulat pun
keluar dari rumahnya tanpa menoleh kembali ke belakang. Ulat terus
menatap ke depan. Namun setelah berjalan cukup jauh, ulat mulai bimbang.
Mampukah ia melewati semua itu ? Karena kalaupun dia harus kembali,
masih belum terlambat baginya karena dia masih ingat jalan menuju
rumahnya. Ditengah kebimbangan itu, tiba – tiba si ulat mendengar sebuah
suara yang berbicara kepadanya. Ow…ternyata itu adalah suara kepik.
Pada kepik ulat bertanya mengenai perjalanan yang ada dihadapannya.
Apakah perjalanan itu masih jauh ? Apakah perjalanan itu menyeramkan dan
penuh tantangan ? Lalu si kepik pun mengatakan bahwa memang perjalanan
itu penuh dengan tantangan walaupun tidak terlalu panjang. Setelah itu
ada sebuah gua yang sangat gelap yang harus dilewati oleh ulat, tapi di
ujung gua akan ada seberkas cahaya menuju ke kehidupan yang diinginkan
oleh si ulat itu. Mendengar penjelasan itu, si ulat berpikir. Dan kepik
terus memberikan dorongan kepada si ulat untuk terus maju dan melewati
semua itu. Setelah memprovokasi ulat secara positif, maka kepik itu pun
terbang lagi.
Membaca cerita di atas, kita
diingatkan pada keinginan kita sendiri. Trekadang kita mempunyai obsesi
atau cita – cita yang begitu besarnya, tapi enggan untuk mewujudkannya
karena sudah terlanjur ada di zona nyaman. Padahal kemenangan dan
kesuksesan adalah hasil dari perjuangan secara sadar untuk mewujudkan
apa yang dicita - citakan. Untuk menjadi sukses tidak diperlukan teori
yang rumit. Cukup mengetahui nilai yang akan dicapai dan TAKE ACTION !
Ayahku Tukang Batu
Banyak diantara kita yang merasa malu terhadap apa yang sudah
dimiliki, atau terhadap lingkungan yang ada disekelilingnya. Misalnya
malu karena keluarganya tidak mapan, malu karena penampilan yang tidak
cantik atau ganteng, malu karena pendidikan rendah serta hal lain yang
membuat kurangnya percaya diri. Ketika rasa tidak percaya diri terlalu
membungkus diri seseorang, maka dikhawatirkan rasa bersyukur akan hilang
dari diri kita.
Malu atau minder atau tidak
percaya diri juga menimpa seorang putri yang ayahnya bekerja sebagai
tukang batu di perusahaan kontraktor. Putri ini tidak pernah mau
mengakui pekerjaan ayahnya, jika ada yang bertanya padanya. Putri tukang
batu itu selalu mengatakan bahwa ayahnya adalah salah satu petinggi di
perusahaan kontraktor. Sang ayah sedih dengan kebohongan dan
pengingkaran keadaan yang dilakukan oleh anaknya.
Hubungan
kedua anak-ayah itupun menjadi tidak harmonis. Putri lebih banyak
mengurung diri di kamar dan menyesali mengapa dia harus mempunyai ayah
seorang tukang batu.
Suatu hari sang ayah
mencari waktu untuk berjalan – jalan dengan putrinya yang mulai
menginjak remaja itu. Walaupun agak enggan menerima ajakan ayahnya, tapi
putri tukang batu itu menurut juga. Di taman si ayah menunjukkan sebuah
gedung tua. Ayah itu lalu berkata bahwa dia adalah salah satu yang ikut
membangun gedung itu. Dan ayah itu bersyukur dan bangga karenanya.
Ayah
itu ingin agar putrinya juga turut bersyukur dan bangga akan apa yang
telah dilakukannya. Karena apa yang dilakukannya juga telah membiayai
hidup mereka selama ini. Mendengar cerita itu putri tukang batu itu
kemudian tersadar dan bangga akan ayahnya. Ayah dan putri itu kemudian
berpelukan dan menangis haru.
Tidak peduli
apapun pekerjaan yang dikerjakan bila disertai dengan kejujuran, cinta
dan mengetahui tujuan dari apa yang dikerjakan, maka sepantasnya kita
mensyukuri nikmat itu.
Tidak menerima diri
sendiri dengan apa adanya akan membuat diri kita kewalahan dan selalu
merasa was – was karena harus menutupi kepalsuan. Maka itu, daripada
hidup dengan kebahagiaan semu, lebih baik mengikuti kehidupan tukang
batu diatas yang walaupun hidup dalam keadaan pas – pasan, tapi hidup
dengan memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.
Melihat - Bergerak - Menyelesaikan Perubahan dimulai dengan melihat. Anda harus
melihatnya. Lihatlah dengan pikiran yang positif dan terbuka. Lalu
bergerak dan selesaikan perubahan itu... Bertemu Untuk Saling Membangun
Lets Change!Lihatlah negri ini
dengan lebih positif, karena Anda adalah apa yang Anda pikirkan
Pikirkanlah apa yang Anda inginkan, dan konsentrasikanlah energi Anda ke
sana,
- Banjir? Macel? Lislrik mati?
- Energi mahal dan sulit?
-
Sampah?
- Bank kesulitan menyalurkan dana UKM?
- UKM sulit mendapalkan kredil?
-
Sekolah mahal?
- Saya tidak bisa berbisnis
karena tidak ber-DNA pengusaha?
Jangan pikirkan
apa yang Anda tidak inginkan, Karena semua itu kelak akan menjadi
kenyataan. Mari pikirkan saja yang kita inginkan, Insya Allah semua akan
menjadi
Rumah PerubahanDidirikan untuk
menjadikan Indonesia yang lebih baik melalui misi perubahan, baik pada
level individu, komunitas, organisasi usaha sosial, dan pemerintah.
Kenal > Belajar > Berjejaring > Berbuat >
Berubah
"Sebelum perubahan menyentuh cara
berpikir, maka manusia belum berubah ... "
Rhenald
Kasali
PROGRAM
Pada dasarnya Indonesia adalah negeri yang
berkelimpahan, alamnya kaya dan subur, dan potensinya tidak terbatas.
Rumah Perubahan berperan sebagai katalisator, pusat jejaring dan
penggerak untuk mewujudkan potensi itu menjadi sebuah manfaat.Dimana ada belenggu yang membatasi potensi untuk
berkembang, di situ kami terlibat.
MENGAPA JEJARING?
Sebab kita
tidak bisa bekerja sendiri, dan sebab negri kita adalah sebuah distrust
society. Kita tidak saling mengenal, kurang percaya satu dengan yang
lain. Jejaring akan saling mengenal, saling
percaya dan saling memberi tahu Anda akan kaya informasi, kaya teman,
dan memperoleh kepercayaan disini. Jadilah manusia terpercaya!
Mari Bangun Kekuatan Entrepreneur IndonesiaBergabung bersama
kami dalam kelas Dynamic Entrepreneur
Rhenald Kasali School for
Entrepreneurs
Dynamic Entrepreneur
Geliat ekonomi
kerakyatan semakin semarak. Di sudut-sudut kota dan sepanjang jalan
protokol luar kota, UMKM tumbuh menjamur. Mulai dari menjual rokok,
minuman ringan, pisang goreng, bakso, mie ayam, mainan anak-anak, hingga
voucer elektrik. Mereka berlomba menumbuhkan ekonomi rumah tangga
dengan berjualan.
Nampaknya pandangan masyarakat mengenai
pekerjaan telah bergeser. Alih-alih melirik pilihan menjadi pegawai,
mereka malah memilih menggeliatkan ekonominya melalui keringat sendiri.
Masyarakat mulai menumbuhkan jiwa entrepreneurnya.
Memilih
memulai berwirausaha memang tidak salah. Dan pilihan ini cenderung
menjadi pilihan yang tepat untuk menghadapi masa depan. Entrepreneur
merupakan penggerak ekonomi suatu bangsa. Namun diperlukan pengetahuan
yang cukup untuk berwirausaha. Pemahaman mengenai sikap dan cara
berpikir, penggalian isnpirasi, perencanaan bisnis, tren bisnis dan
tingkat resiko, pengelolaan SDM, hingga manejemen operasional yang baik
harus dikuasai.
Rhenald Kasali School for Entrepreneurs (RKSE)
menyusun pelatihan untuk membangkitkan jiwa entrepreneur bagi calon
entrepreneur yang masih terbelenggu oleh paradigma wirausaha. Kemampuan
entrepreneur akan diasah dengan benar, cara berpikir yang bermental
pegawai dirombak, dan disiapkan untuk menjadi entrepreneur sukses.
Objective :
-
Membangkitkan jiwa entrepreneur
-
Merubah paradigma negatif
mengenai berwirausaha
-
Membangun network melalui milist dan fórum
Rhenald Kasali School for Entrepreneurs
-
Mengembangkan potensi diri
untuk mulai berwirausaha
-
Memberikan pemahaman: apa yang
entrepreneur kerjakan, pikirkan, dan eksekusi.
Sepuluh Cara Berpikir Perubahan: 1. Berpikir Besar
(Big Picture Thinking)
2. Berpikir Pasar
(Market-Based Thinking)
3. Berpikir Fokus
(Focused Thinking)
4. Berpikir
Paradox (Paradox Thinking)
5. Berpikir
Sederhana (Simple Thinking)
6. Berpikir
Memungkinkan (Possibility Thinking)
7. Berpikir
Berbagi/Saling Melengkapi (Shared Thinking)
8. Berpikir Kebersamaan (Unselfish Thinking)
9. Berpikir Tidak Populer (Unpopuler
Thinking)
10. Berpikir Hasil
(The Bottom-line Thinking)