Video Betti Ngamen untuk Anak Jalanan

Bakat vs Usaha

“Potensi yang tidak diledakkan akan tetap menjadi potensi saja, tidak akan terwujud sebagai kemampuan untuk melakukan tindakan.”

Saya sering mendapatkan keluhan dari mahasiswa maupun peserta training bahwa mereka merasa tidak berbakat memimpin. Dalam kesempatan lain mereka menyampaikan lagi bahwa mereka tidak berbakat seni, olah raga, menulis, dan sederetan alasan lainnya untuk menjustifikasi bahwa mereka tidak mampu melakukan hal tertentu karena mereka tidak berbakat. Kata “tidak berbakat” nampaknya menjadi kambing hitam yang paling mudah. “Jangan salahkan aku kalau aku tidak mampu melakukan hal tertentu karena aku tidak berbakat” demikian kurang lebih pesan yang terkandung dalam pernyataan mereka.

Namun pada saat saya tanyakan kepada yang merasa “tidak berbakat” mengenai sudah seberapa jauh mereka belajar, berlatih dan mencoba, mereka mulai mencari-cari alasan berikutnya. Mereka katakan bahwa walaupun belum mencobanya tetapi mereka tahu dan bisa merasakan kalau mereka tidak berbakat. “Seperti ejakulasi dini saja, belum apa-apa sudah loyo” demikian saya sering meledek mereka-mereka yang terlampau cepat memvonis dirinya tidak mampu karena tidak berbakat.

Berkaitan dengan masalah bakat, dalam suatu kesempatan pelatihan kepemimpinan saya memulai dengan pertanyaan “Apakah Anda percaya bahwa para pemimpin besar memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin? Atau Anda lebih percaya bahwa para pemimpin besar ditempa dalam perjalanan hidupnya sehingga menjadilah ia seorang pemimpin?” Jawaban yang aman memang ke dua-duanya bisa. Bisa saja kita menjawab dengan enteng bahwa ada seorang pemimpin yang memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin dan ada yang menjadi pemimpin karena dibentuk oleh dirinya sendiri maupun oleh lingkungannya sehingga seseorang menjadi seorang pemimpin. Namun bukan sekedar jawaban tentunya yang kita cari. Kita ingin mendapatkan jawaban yang memiliki landasan pemikiran yang kuat, yang based on evidence, yang berdasarkan bukti! Bisakah kita membuktikan bahwa seseorang memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin? Apa buktinya pemimpin itu ditempa dan dibentuk?

Banyak keturunan pemimpin juga menjadi pemimpin. Kalau kita mendengar nama Kennedy, asosiasi kita langsung ke keluarga Kennedy di Amerika Serikat yang turun menurun menjadi pemimpin. Ada George Bush kemudian munculah George W. Bush. Ada Mahatma Gandhi kemudian muncul Indira Gandhi. Ada Sukarno dan kemudian muncullah Megawati Sukarno Putri. Jadi nampaknya di sini sifat-sifat kepemimpinan bisa diturunkan sehingga seorang pemimpin bisa melahirkan pemimpin berikutnya. Benarkah sifat-sifat kempemimpinan bisa diturunkan secara biologis?

Saya tidak akan memperdebatkan masalah ini dari aspek genetika karena memang hal tersebut bukan dalam bidang keahlian saya. Namun demikian saya yakin bahwa manusia dilahirkan dengan potensi sendiri-sendiri. Setiap manusia itu unik. Tidak ada yang sama persis. Meskipun seorang manusia dilahirkan seperti halnya kertas putih bersih yang belum tercoret, mereka dianugrahi potensi yang berbeda antara satu dengan lain. Saya termasuk yang tidak yakin bahwa manusia dilahirkan dengan potensi yang sama. Oleh karenanya saya katakan berulang kali bahwa manusia memiliki potensi yang unik antara satu orang dengan lainnya.

Seorang anak yang lahir dari pasangan yang cerdas memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk memiliki potensi kecerdasan seperti halnya orang tuanya. Ini logika yang wajar saja. Buah akan akan jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kalau bakat dan sifat orang tuanya menurun kepada anaknya itu tentunya sudah sewajarnya. Namun ingat, yang diturunkan kepada anaknya masih bersifat potensi. Potensi itu akan tetap diam tidak akan menjadi realitas kalau tidak diwujudkan dalam tindakan. Seorang anak yang berpotensi menjadi pelari cepat tidak akan menjadi pelari cepat kalau ia tidak mencoba berlari. Seorang anak yang memiliki potensi memimpin tidak akan pernah benar-benar menjadi pemimpin kalau tidak melakukan tindakan sebagai seorang pemimpin. Seorang anak yang memiliki bakat menulis tidak akan pernah menjadi penulis apabila ia tidak menulis. Potensi yang mereka miliki bukan apa-apa apabila tidak diwujudkan dalam suatu tindakan. Sebuah senapan tidak akan meletus apabila tidak ditarik pelatuknya. Kalau demikian, dari pada meributkan seorang pemimpin itu dilahirkan atau tidak lebih baik kita langsung saja mengambil tindakan untuk menjadi seorang pemimpin. Hal ini lebih efektif dari pada kita disibukkan untuk memikirkan apakah kita berbakat untuk menjadi pemimpin atau tidak.

Kalau kita bicara tentang bakat, harus diakui bahwa orang yang memilki bakat tertentu akan belajar lebih cepat dari pada yang kurang berbakat. Seseorang yang memiliki bakat seni musik akan lebih cepat belajar musik dari pada yang tidak atau kurang berbakat dalam hal seni. Namun perlu dicatat di sini bahwa orang yang berbakat seni tetapi tidak mau belajar seni tidak akan memiliki kemampuan seni. Mengapa? Karena bakat itu hanya berupa potensi. Kalau potensi tersebut tidak diledakkan ya akan tetap menjadi potensi saja. Tidak akan terwujud sebagai kemampuan untuk melakukan tindakan. Dengan kata lain, seorang yang tidak memiliki bakat musik tetap bisa memiliki kemampuan di bidang musik apabila mereka mau belajar. Konotasi belajar di sini tidak berarti belajar dalam arti formal maupun informal, tetapi juga belajar dalam arti mencoba melakukan (experiental learning). Maka jangan pernah memvonis diri sendiri tidak berbakat dalam suatu bidang tertentu sebelum mencobanya. Sampai di sini kita masih memiliki kesimpulan yang sama bahwa seberapa besarpun bakat kita tidak akan menjadi kemampuan yang sebenarnya kalau kita tidak pernah mencobanya. Dengan kata lain, dari pada sibuk memikirkan bakat kita lebih baik kita sibuk melatih diri kita untuk menjadi seperti apa yang kita harapkan.

Saat kita merasa tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan sesuatu, hal tersebut bukan selalu karena bakat. Bahkan beberapa pakar menyatakan bahwa kemampuan yang kita miliki hanya 15% yang berasal dari bakat. Selebihnya, yaitu 85%, berasal dari belajar, latihan, dan mencoba. Dengan demikian, kalau kita belajar dengan benar, melatih diri dengan benar, dan mencoba dengan benar maka kita akan menghasilkan kemampuan yang jauh lebih besar dari pada mengandalkan hanya pada faktor bakat saja.

Mau memiliki kemampuan yang hebat? Keep trying, keep doing! Ledakkan potensi Anda.

*) Agung Praptapa adalah penulis buku “The Art of Controlling People”, Gramedia, 2009. Ia seorang dosen, konsultan bisnis, dan trainer di bidang personal and organizational development. Alumni Writer Schoolen dan Trainer Schoolen. Email: praptapa@yahoo.com Web: www.praptapa.com

Kebiasaan Optimis Dalam Belajar

Hampir semua kenakalan remaja terjadi karena mereka merasa kurang diperhatikan dan disayangi oleh orang tua mereka. (Syahril Syam)

Apa yang menyebabkan kebanyakan siswa tidak menyukai belajar? Atau tidak menyukai mata pelajaran tertentu, bahkan semua mata pelajaran? Jika pertanyaan ini kita tanyakan kembali pada orang-orang tua, sewaktu mereka masih belajar dulu, apakah masih pantas? Dengan kata lain, kebanyakan orang-orang tua pun tidak menyukai belajar, bukan hanya semasa sekolah dulu, mungkin masih sampai sekarang.

Lantas, apa yang menjadi penyebabnya? Peter Kline mengemukakan sebuah pernyataan menarik: Belajar Akan Efektif Jika Dilakukan Dalam Suasana Menyenangkan. Ini berarti, kegiatan belajar-mengajar akan membosankan dan tidak menarik, kalau tidak tercipta suasana yang menyenangkan. Dari sini dapat kita telusuri lagi dengan sebuah pertanyaan: Kenapa suasana belajar tersebut tidak menyenangkan? Atau kenapa sebuah mata pelajaran bahkan semua itu tidak menarik dan tidak menyenangkan? Buckminster Fuller memberikan jawabannya. Kata beliau, “Setiap anak terlahir jenius, tetapi kita memupuskan kejeniusan mereka dalam enam bulan pertama.” Lho, kok bisa demikian? Bukankah setiap orang tua menginginkan anaknya itu jenius. Lantas apa sebabnya?

Dalam buku The 10 Basic Principles of Good Parenting, Laurence Steinberg menulis tentang sepuluh prinsip dasar dalam mengasuh anak. Pada prinsip yang kedua berbunyi: Anda Tak Bisa Terlalu Mencintai. Prinsip ini banyak dipakai oleh kebanyakan orang. Arti prinsip ini adalah: Anda tak boleh terlalu mencurahkan kasih sayang pada anak, karena hal itu akan membuat dirinya menjadi manja, dan nanti akan sulit diatur. Menurut Steinberg, ini adalah pengasuhan “aliran keras”.

Padahal dalam penelitian ilmiah yang dilakukan dibidang psikologi dan neurosains menunjukkan sebaliknya. Anda tak perlu ragu dalam menunjukkan kasih sayang kepada anak. “Jika anak merasa benar-benar dicintai, mereka mengembangkan rasa aman yang kuat sehingga tidak lagi terlalu menuntut. Sebagai hasilnya, orang dewasa yang paling besar kebutuhan emosionalnya adalah mereka yang tidak menerima cukup cinta orangtua saat kecil atau yang cinta orangtuanya kurang konsisten atau kurang tulus. Orang dewasa tersehat, dan mereka yang mampu mengungkapkan cinta mereka pada orang lain, pastilah mereka yang tumbuh dengan perasaan dicintai secara penuh dan tanpa syarat oleh orangtuanya, bukan mereka yang dipaksa menerima kasih sayang yang kurang lengkap”, demikian ungkap Steinberg.

Ini berarti, bayi belajar paling baik dalam sebuah kondisi ideal, dengan kasih sayang, kehangatan, dorongan, dan dukungan. Bila sikap yang sama berlanjut di sekolah, kecepatan dan kesenangan belajar tadi akan terus berlanjut.

Mari kita lihat lagi, penemuan tak sengaja oleh Harry Balkwin. Beliau menemukan hal yang menakjubkan di Rumah Sakit Bellevue tahun 1931. Semula, sebagaimana kebiasaan rumah sakit waktu itu, bayi dilarang disentuh karena alasan higienis. Balkwin menghapuskan larangan itu dan menyuruh para perawat menyentuh dan menggendong bayi. Ajaib, tingkat infeksi menurun dengan drastis. Sebetulnya bukan sentuhan itu sendiri yang menyembuhkan tetapi rasa bahagia dan cinta yang dirasakan oleh bayi-bayi kecil itu.

Dari sini dapat kita ketahui bahwa, terciptanya rasa bahagia sangat penting, bukan saja terhadap perkembangan fisik anak, tapi juga terhadap perkembangan otak dan emosi anak. Gordon Dryden dan Jeannette Vos mengatakan, “Dalam setiap sistem yang terbukti berhasil – yang kami pelajari di seluruh dunia – citra diri ternyata lebih penting daripada materi pelajaran”. Citra diri yang positif menunjukkan bahwa suasana menyenangkan akan melahirkan optimisme dalam belajar. Selama ini, kebanyakan dari kita terperangkap oleh keyakinan lama dalam mendidik anak, sehingga pertumbuhan emosi anak dalam masa pertumbuhannya terganggu.

Hal inilah yang melahirkan sikap pesimis atau tidak percaya diri dalam belajar, yang melahirkan keengganan untuk memulai suatu pelajaran. Dengan kata lain, kehilangan perasaan bahagia. Coba perhatikan penelitian berikut ini:

Ahli psikologi Al Siebert menjadi berminat pada kepribadian orang-orang yang bertahan hidup ketika ia bergabung dengan pasukan payung setelah baru lulus dari pendidikan tingginya pada tahun 1953. Kelompok latihannya terdiri atas beberapa orang yang bertahan hidup dari sebuah unit yang bisa dibilang musnah di Korea. Ia menemukan bahwa veteran-veteran ini ulet tetapi lebih sabar daripada yang diduganya. Dalam menanggapi kesalahan, mereka biasanya menjadikannya sebagai lelucon bukannya menjadi marah.

Yang lebih penting, tulis Siebert, “Saya mengamati bahwa mereka mempunyai kesadaran yang santai. Mereka masing-masing tampaknya mempunyai semacam radar pribadi yang terus-menerus melacak.” Ia menyadari bahwa bukan hanya nasib mujur yang membuat orang-orang ini mampu mengatasi nasib buruk.

Sepanjang karirnya, Siebert secara kontinyu mengamati mereka yang bertahan hidup. Ia menemukan bahwa salah satu karakteristik mereka yang paling menonjol adalah kompleksitas karakter, suatu paduan dari banyak sifat yang berlawanan yang disebutnya sifat bifasik (berfase dua). Mereka itu serius sekaligus suka melucu, keras sekaligus lembut, logis sekaligus intuitif, suka bekerja keras sekaligus pemalas, pemalu sekaligus agresif, introspektif sekaligus suka bergaul, dan seterusnya. Mereka adalah orang-orang yang penuh pertentangan yang tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori-kategori psikologis yang lazim. Ini membuat mereka lebih luwes daripada kebanyakan orang, dengan serangkaian sumber-sumber yang lebih luas yang dapat mereka manfaatkan.

Melalui penelitian panjang, Siebert menemukan bahwa mereka yang bertahan itu mempunyai hierarki kebutuhan dan bahwa, berbeda dengan kebanyakan orang, mereka mengejar semua kebutuhan itu. Di mulai dari kebutuhan yang paling dasar, kebutuhan-kebutuhan itu adalah: kelangsungan hidup, rasa aman, penerimaan oleh orang lain, harga diri, dan aktualisasi diri. Namun, salah satu kebutuhan utama yang membedakan mereka dari orang-orang lain adalah lebih dari aktualisasi diri: kebutuhan akan sinergi. Siebert mendefenisikan kebutuhan akan sinergi itu sebagai kebutuhan untuk membuat segala sesuatunya berjalan lancar bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Oleh karena itu, mereka yang bertahan hidup bertindak bukan atas kepentingannya sendiri saja melainkan juga atas kepentingan orang lain, bahkan dalam situasi yang sangat membuat stres. Kadang-kadang mereka tampak tidak terlibat, tetapi mereka adalah “sahabat dalam keadaan yang buruk”. Mereka muncul apabila timbul masalah. Orang-orang seperti ini, biasanya, menafsirkan masalah sebagai pengarahan ulang, bukan kegagalan.

Dengan melihat penelitian Siebert ini, memberi pemahaman kepada kita untuk selalu optimis dalam hidup dan senantiasa tidak mementingkan diri sendiri, apalagi jika ada sebuah masalah yang dihadapi. Sebagai penutup, saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah pengalaman nyata yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah:

Ketika Dr. Dan Yunk datang menjabat sebagai kepala sekolah baru di SD Northview di Manhattan, Kansas, pada 1983, dia mendapati rendahnya nilai ujian, lemahnya disiplin, dan loyonya staf pengajar. Tujuh tahun kemudian, seorang kru televisi PBS menemukan perubahan mendasar dalam hal lingkungan dan hasil belajar. Anak-anak kelas empat belajar pembagian dengan memotong-motong pizza; belajar bahasa Spanyol sambil bernyanyi; belajar sejarah Amerika melalui permainan dan lagu. Anak-anak kelas empat itu dipasangkan dengan murid TK, mereka bertindak sebagai guru, dan menggunakan kata-kata tertulis menjadi cerita untuk anak umur lima tahun.

Anak-anak aktif di gedung olahraga sejak pukul 7 pagi. Di kelas, guru-guru melayani seluruh gaya belajar mereka: dengan melibatkan penglihatan, pengucapan, dan tindakan; sebuah sekolah yang memungkinkan kebanyakan muridnya bermain alat musik, dan kurikulumnya diperkaya dengan seni. Dengan cara kerja yang mungkin sulit dimengerti oleh kebanyakan guru di negara-negera lain, pada 1983 Yunk menemukan bahwa guru-guru “dalam 20 tahun tidak pernah bertukar ruang kelas”. Lalu dia menetapkan norma kerjasama antarguru.

Ketika dia datang pertama kali, “orangtua tidak menyukai dirinya. Sekarang mereka bertindak sebagai tutor, pembantu, dan mentor; bahkan salah satunya menjadi ketua klub komputer”. Dari semua sekolah dasar di negara bagian itu pada 1983, hanya sepertiga dari anak kelas empat di SD Northview yang meraih tingkat kompetensi yang diharapkan. Pada 1990: 97 persen – di tiga persen teratas. Dan di beberapa daerah, di atas satu persen teratas. Resep keberhasilan Yunk? Sama seperti Bill Hewlett dan Dave Packard di dunia bisnis: Manajemen Kebersamaan”. “Berdayakan para siswa, orangtua, dan guru, mereka harus merasa ikut memiliki.”

*) Syahril Syam adalah seorang konsultan, terapis, public speaker, dan seorang sahabat yang senantiasa membuka diri untuk berbagi dengan siapa pun. Ia memadukan kearifan hikmah (filsafat) timur dan kebijaksanaan kuno dari berbagai sumber dengan pengetahuan mutakhir dari dunia barat. Ia juga adalah penulis buku best seller The Secret of Attractor Factor. Teman-temannya sering memanggilnya sebagai Mind Programmer, dan dapat dihubungi melalui ril@trainersclub.or.id

 

FINANCIAL ENGINEERING TUKANG OJEG

Kali ini saya sekadar ingin berbagi cerita mengenai keterkejutan saya soal bagaimana seorang tukang ojek melakukan rekayasa keuangan (financial engineering). Sebagai catatan awal, saya tidak ingin memberikan penilaian (judgment) moral apa pun atas orang yang saya ceritakan berikut ini. Cerita ini saya sodorkan sekadar untuk berbagi bahwa mereka yang secara umum dipandang dengan sebelah mata sekalipun ternyata memiliki kecerdasan keuangan sekelas dengan mereka yang namanya menghiasi halaman-halaman koran ekonomi.

Sekitar November tahun silam saya memesan tukang ojek langganan, Pak Nikmat namanya, via telepon. Saya harus berangkat ke studio kerja (yang masih berada di kompleks yang sama dengan tempat tinggal saya) dengan ojek, tidak dengan sepeda seperti biasanya, karena harus membawa buku dalam jumlah yang cukup banyak.

Kurang dari lima menit setelah ditelepon Pak Nikmat datang, kali ini dengan sepeda motor baru merek Jepang buatan dalam negeri. “Wah, baru nih Pak, motornya…,” saya membuka pembicaraan.

“Ah, cuma barang gadean, Pak…,” dia menjawab dengan mimik biasanya, malu-malu.

“Lho, barang baru ada yang gadein?” saya sampaikan rasa penasaran saya.

“Orangnya memang seneng begitu, Pak.”

“Maksudnya?”

“Kredit motor, terus digadein…”

Saya penasaran. Jadi setelah nangkring di sadel bagian belakang motornya saya terus mencoba mengorek apa yang dimaksud dengan “orangnya senang begitu… kredit motor terus digadein”.

Dalam perjalanan ojek yang tidak terlalu lama itu saya berhasil mengorek sejumlah informasi dari Pak Nikmat, informasi yang membuat saya geleng kepala, mengagumi cara kerja orang yang disebutnya sebagai temannya itu.

“Orangnya nembak dua tingkat Pak…,” katanya memulai cerita. Menurut dia, teman itu, sebut saja Udin Peang, mengambil kredit sepeda motor dengan “modal” uang muka Rp500.000. Setelah motor didapat, dia tidak langsung menggunakan motor itu, tetapi menggadaikannya pada Pak Nikmat seharga tiga juta rupiah. Uniknya, uang gadai ini nilainya tetap, tapi periodenya fleksibel. Sang empunya motor boleh mengambil motornya kapan saja dengan uang tiga juta rupiah. Loh, kok tanpa bunga? “Kan saya sudah pakai motor ini. Kalau dianggurin memang rugi, tapi kalau buat ngojek ya enggak, Pak…”

Itu tembakan tingkat satu.

Tembakan tingkat duanya adalah, dari uang gadai tiga juta itu dia mengambil yang satu juta rupiah untuk membeli dua sepeda motor lainnya. Anda tahu apa yang dilakukannya kemudian? Dua sepeda motor baru itu “dikaryakan” pada adik dan sepupunya dengan setoran harian. Menurut perhitungan Pak Nikmat, setoran dari dua sepeda motor ini cukup untuk membayar cicilan tiga sepeda motor sekaligus setiap bulan.

“Dia sendiri ngapain sekarang?”

“Dia nggak ngojek lagi, Pak… Katanya sih mau jualan bakso. Bakso sama bumbu jadi dia ambil dari Cileduk pakai modal yang dua juta itu…”

Saya tidak bisa bertanya lebih lanjut karena saya sudah sampai ke tempat kerja saya. Tetapi saya dibuat termangu-mangu untuk waktu yang lama. Bahkan seringkali, terutama ketika menulis artikel keuangan, saya selalu teringat pada cerita Pak Nikmat. Ada rasa penasaran ingin berkenalan dengan sang financial-engineer tersebut. Tetapi, saya menunda keinginan itu karena pelajarannya sudah bisa dirumuskan: (1) Ternyata modal kecil bukan masalah, (2) Jangan sepelekan kecerdasan finansial “orang kecil”, (3) Kecerdasan finansial hanya akan efektif kalau disertai dengan keberanian dan aksi.

Bayangkan, dengan modal lima ratus ribu rupiah ada tiga sepeda motor yang produktif, ada tiga pengojek mendapat kesempatan kerja, dan ada satu warung bakso (entah berapa pun skalanya) dengan minimal satu tenaga kerja. Ck…ck…ck…[her]

* Her Suharyanto, editor ekonomi.

Kabar Baik: Anda Dapat Mengubah Dunia!

Banyak orang yang merasakan bahwa situasi disekelilingnya tidak nyaman, tidak sesuai dengan keinginannya, dan perlu diubah menjadi lebih baik. Mereka berharap dan bahkan kerap kali memaksa orang-orang lain disekitarnya untuk berubah sesuai keinginannya.

Banyak orang yang tidak sadar bahwa kunci untuk mengubah situasi itu ada pada dirinya sendiri, bukan pada orang lain. Saya teringat pada sebuah cerita yang pernah dua kali saya dengar sejak beberapa tahun yang lalu. Saya akan coba ceritakan kembali dalam tulisan saya agar dapat memberi inspirasi dan motivasi pada para pembaca artikel ini.

Seorang wanita yang telah lanjut usia tinggal di rumah seorang anak lelakinya. Sejak wanita ini tinggal di rumah tersebut sang menantu wanita merasa tidak nyaman. Dia merasa sangat terganggu dengan kehadiran sang ibu mertua. Seringkali terjadi pertengkaran hebat antara dirinya dengan sang ibu mertua. Sang ibu mertua merasa dirinya benar dan harus dihormati sebagai orang tua yang sudah memiliki banyak pengalaman. Sedangkan sang menantu merasa bahwa ibu mertuanya masih berpikir kolot (jadul) tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman sekarang.

“Mertua saya cerewet, suka ikut campur urusan rumah tangga anak-anaknya, biang protes, judes, dan juga sok ngatur, termasuk dalam hal mendidik anak-anak saya”, kata sang menantu.

“Sejak dia tinggal di sini, saya merasakan situasi rumah tangga saya menjadi seperti di neraka!”, tambahnya lagi. Memang, sempat terjadi juga beberapa pertengkaran besar dengan suaminya yang membela ibunya saat sang istri ingin agar sang mertua segera dipindahkan ke panti jompo.

Akhirnya dengan merasa begitu putus asa dan sangat membenci sang ibu mertua, sang menantu pergi menemui seorang sinshe (ahli pengobatan tradisional Cina) bernama Ling yang juga adalah sahabat karibnya. Dia berkeluhkesah kepada sahabatnya itu mengenai berbagai masalah yang dideritanya setelah sang ibu mertua tinggal di rumahnya.

“Sebagai sesama wanita, kamu pasti mengerti kan bagaimana perasaan sakit hatiku pada ibu mertuaku itu, Ling?”, katanya sebagai penutup ceritanya.

“Coba saja kalau ibu mertuaku itu cepat mati, rumah tanggaku akan kembali tentram dan bahagia kembali”, celetuknya.

“Kamu mau kalau ibu mertuamu cepat mati?”, tanya Ling.

“Sebagai sahabat saya bisa membantu. Saya akan membuat racun ampuh yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan akan membunuh secara perlahan tanpa jejak”, kata Ling.

“Oh, ya?”, terlintas pikiran jahat sang menantu.

“Tolong buatkan untuk ibu mertuaku ya, Ling! Kamu memang sahabat sejatiku!”, kata sang menantu sambil tertawa karena merasa mendapatkan solusi masalahnya.

“Tetapi ada syaratnya!”, kata Ling tegas.

“Sejak saat ini, kamu harus selalu berpura-pura baik kepada ibu mertuamu. Jangan sampai sekali pun bertengkar dengannya. Turuti saja apa pun keinginannya. Toh, hanya sementara dia hidup. Jangan membantah sekali pun dan kamu tersenyum saja setiap kali dia cerewet. Cuma sementara saja kok…”, pesan Ling.

“Hal ini dilakukan supaya tidak ada seorang pun yang akan curiga bahwa kamu yang telah meracuninya begitu dia mati. Kamu bersedia?”, tanya Ling.

“Baiklah. Apa pun akan saya lakukan, asalkan dia lenyap dari rumahku”, jawab sang menantu dengan cepat.

Sejak saat itu, sang menantu terlihat selalu bersikap sangat baik kepada sang ibu mertua. Setiap hari dia selalu memasakkan makanan kesukaan sang ibu mertua. Tentunya dengan tak lupa menyertakan campuran racun buatan sahabatnya ke dalam masakan tersebut.

Tidak pernah lagi terdengar pertengkaran di rumah itu karena sikap sang menantu terlihat berubah menjadi sangat baik. Dia tidak pernah membantah. Dia selalu memperhatikan keperluan sang ibu mertua dan selalu tersenyum menanggapi protes apa pun yang dilontarkan sang ibu mertua.

“Hanya sementara saja! Saya harus bisa menahan perasaan sakit hati saya supaya rencana berhasil”, kata sang menantu dalam hati setiap kali merasa sakit hati.

Setelah berminggu-minggu kemudian…

Melihat menantunya berubah menjadi sangat baik kepadanya, sang ibu mertua merasa malu sendiri dalam hati. Akhirnya ia berusaha keras untuk berubah menjadi mertua yang sangat baik bagi menantunya. Ia tidak pernah lagi ikut campur urusan rumah tangga menantunya, tidak lagi cerewet, dan tidak pernah lagi berkata-kata pedas. Kata-katanya berubah menjadi lembut dan selalu tersenyum kepada menantunya. Kepada tiap orang yang ditemuinya dia selalu bercerita dengan bangga bahwa menantunya adalah menantu teladan yang diidam-idamkan oleh semua mertua di dunia.

Hubungan sang menantu dan sang ibu mertua menjadi sangat harmonis Suasana di keluarga tersebut terlihat sangat berbahagia dengan kehadiran sang ibu mertua. Mereka sering berbincang, bercanda dan tertawa bersama. Hingga suatu saat sang ibu mertua mengeluh pusing-pusing karena masuk angin.

Sesaat sang menantu tersadar, “Bagaimana kalau sekarang tiba-tiba sang ibu mertua meninggal karena racun yang dahulu pernah dimakannya tiba-tiba bereaksi?”

Seketika wajah sang menantu menjadi pucat pasi. Dia tergopoh-gopoh pergi ke rumah sinshe Ling sahabatnya.

“Ling..! Ling…!”, teriaknya sambil menggedor-gedor pintu pintu rumah sahabatnya.

“Tolong! Cepat buatkan penawar racunnya! Jangan sampai terlambat…”, pintanya dengan memelas dan berurai air mata.

“Apanya yang terlambat?”, tanya Ling setelah membukakan pintu.

“Ibu mertua saya…. racunnya bereaksi”, jawabnya dengan lemas.

“Bukannya kamu mau ibu mertuamu cepat mati?”, tanya Ling.

“Ya…Itu waktu dahulu! Sekarang saya mau dia selalu sehat dan saya tidak mau dia sampai meninggalkan kami! Saya akan merasa sangat kehilangan seorang ibu yang baik, Ling!”, jawabnya dengan malu-malu.

“Oh…begitu…”, gumam Ling sambil tersenyum.

“Tenang saja. Racun yang kuberikan itu vitamin dan obat penguat stamina kok! Mertuamu tidak akan meninggal karena racun itu. Nanti saya buatkan lagi supaya stamina mertuamu cepat pulih kembali”, kata Ling.

Sang menantu seketika termenung, “Pantas saja, dahulu setiap kali saya berikan racun itu dia semakin bertambah sehat dan kuat dari hari ke hari. Saya pikir itu adalah reaksi sementara racun tersebut sebelum mematikan.”

Lalu dia tertawa sendiri.

“Terima kasih ya, Ling! Kamu memang sahabat terbaik”, katanya sambil memeluk sahabatnya itu.

Dari cerita tersebut dapat terlihat kebenaran pepatah yang sering saya dengar,”Kalau anda ingin mengubah dunia, ubahlah diri anda sendiri!”. Dengan mengubah diri sendiri menjadi lebih baik, kita dapat mengubah orang di sekitar kita menjadi lebih baik. Dan jika tiap orang di sekitar kita berubah menjadi lebih baik maka akan mengubah lebih banyak orang lagi disekitarnya menjadi lebih baik. Pada akhirnya, efek berantai ini akan mengubah situasi dunia menjadi lebih baik lagi dan menyenangkan.

Bravo! Semua ini dimulai dari diri anda… dan lingkungan sekitar anda.. yang dapat mengubah situasi dunia ini menjadi lebih baik lagi dan menyenangkan!

Mengenai kelanjutan dan lebih terinci bagaimana cara mengubah dunia disekeliling anda menjadi lebih baik dan menyenangkan, anda dapat membacanya di buku “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”. “Buku Ajaib”, demikian komentar banyak orang yang telah membacanya.

[Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur, Inspirator, Motivator, Software Engineer & Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”]. Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id atau kunjungi websitenya www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com

Berani untuk Memulai

Tak ada yang mudah untuk memulai sesuatu. Wajar saja jika banyak orang yang takut untuk memulai sesuatu. Motivator dan inspirator muda, Rudy Lim akan memandu Anda untuk memulai sesuatu dengan keyakinan.

Ketika perlahan Anda akan memasuki suatu keadaan yang baru ada suatu ketakutan berkecamuk dalam diri. “Mampukah saya memulainya?” Itulah pertanyaan mendasar yang akan menggoyahkan keyakinan Anda. Hanya ada dua pilihan di depan Anda: mencoba memulainya atau mundur—dan berarti Anda menyerah.

Padahal, Anda tidak akan pernah tahu seberapa besar potensi yang Anda miliki jika tidak berani untuk memulai. Jika diibaratkan hidup adalah sebuah per, Anda tidak akan pernah tahu sepanjang apa per itu dapat ditarik jika Anda tidak pernah mencoba atau takut untuk menariknya.

Maka Mulailah! Atasi rasa takut Anda karena itu adalah hal yang wajar. Bahkan, Anda telah
berada di jalan yang tepat. Mengapa? Karena, apa yang akan Anda mulai itu sangat berharga
bagi diri Anda.

1. Pilihlah Impian Anda (Tentukan Target yang Jelas)
Sebelum Anda memulai dengan hal baru, yakinkan diri Anda bahwa ini merupakan impian yang selama ini ingin Anda raih. Dengan pilihan yang tepat, Anda akan lebih yakin untuk memulai segalanya. Pencapaian seseorang ditentukan dari berbagai hal, mulai dari usahanya, keyakinannya, hingga ada pula yang mengaitkannya dengan keberuntungan. Namun, hal-hal tersebut hanya seperti mutiara-mutiara yang berceceran. Karena, ada satu yang sangat penting untuk menyatukan semua mutiara tersebut, yaitu talinya. Ketika mutiara-mutiara tersebut dirangkai dengan talinya, akan menjadi sebuah kalung yang berharga. Lalu apa sebenarnya tali tersebut dalam hidup kita? Pilihan, pilihan untuk menjadi apa yang Anda inginkan. Orang bisa sukses karena dia memilih untuk sukses. Jika Anda tidak memiliki dasar yang kuat tentang apa yang ingin Anda raih, keyakinan Anda untuk memulai lebih menggoyahkan.

2. Jangan Terpengaruh oleh Kegagalan Masa Lalu.
Jangan pernah menganggap ketakutan yang muncul ketika Anda ingin memulai sesuatu sebagai akibat dari kegagalan di masa lalu. Anggaplah kegagalan itu sebagai suatu proses menuju kesuksesan atau hasil lain dari kesuksesan. Syukuri kegagalan tersebut. Karena, dengan kegagalan, Anda memiliki pengalaman berharga untuk memulai lembaran baru dalam kehidupan ini. Anda belajar untuk mengetahui mana yang baik dan buruk bagi Anda melalui kegagalan.

Ubah mindset tentang diri Anda sendiri. Jika Anda hanya memikirkan tiga kata, yaitu gagal, gagal, dan gagal, Anda akan gagal. Jika mindset Anda tidak diubah, Anda akan terus terpuruk dalam kegagalan.

Jangan pernah menyerah karena kegagalan. Jika Anda menyerah, impian Anda tidak akan tercapai. Parahnya, semakin sering Anda menyerah karena kegagalan, hal tersebut menjadi biasa dalam hidup Anda. Maka, mulailah lembaran baru dalam hidup Anda dengan keyakinan, bukan dengan berkaca pada masa lalu.

Cukup ambil hal-hal penting dari kegagalan yang pernah terjadi. Jangan menjadikannya pedoman bagi hidup Anda. Seperti ketika menyetir mobil, Anda tidak akan terus melihatke kaca spion, melihat apakah kendaraan di belakang Anda lewat, melihat bagaimana kondisi di belakang Anda. Namun, Anda harus fokus melihat ke depan dan hanya sesekali melihat ke belakang untuk melihat keadaan di belakang Anda. Life must go on !

3. Buka Pikiran Anda Terhadap Segala Kemungkinan Baru.
Jangan pernah takut untuk memulai hanya karena orang di sekeliling Anda meragukan kemampun Anda. Buka pikiran Anda dan jadilah diri sendiri. Jika Anda hanya memikirkan tanggapan orang, Anda tidak akan bisa berkembang. Bukan orang lain yang menentukan apa yang harus dilakukan, tapi Anda sendirilah pembuat keputusannya. Maka, ketika keputusan itu sudah yakin Anda buat, jangan pernah mundur. Jangan pernah menyerah !

Sesuatu yang menjatuhkan Anda harus menjadi sesuatu yang memotivasi diri Anda untuk mengejar impian. Semakin banyak orang yang meragukan Anda, seharusnya Anda semakin termotivasi untuk mencapai cita-cita. Buktikan kepada mereka bahwa Anda bisa dan mampu untuk menggapainya.

Seperti sebuah ungkapan “A great pleasure in life is doing what other people say you can’t do it”. Slogan ini adalah cara saya untuk menangkis tanggapan orang. “Setiap kali orang mengatakan kita tidak bisa, malah semakin mendorong kita untuk menggapai impian tersebut.”

Orang bijak berkata bahwa nasib di tangan kita. Kita sendiri yang meramal masa depan kita dan jalan apa yang akan Anda ambil berikutnya. Jika ada lembaran baru yang harus Anda buka, jangan ragu untuk memulai. Yakinkan kepada diri sendiri dan semua orang bahwa Anda bisa. Anda mampu!

Semoga bermanfaat dan Salam Hebat Luar Biasa!

*) Rudy Lim adalah inspirator muda, motivator, trainer, dan public speaker, sekaligus Founder & Director of Youngs Spirit - Seminar & Workshop Training. Rudi dapat dihubungi di nomor handphone 0812 8500 686 atau kunjungi website pribadinya di www.rudylim.com

The Power of Action: Melawan Rintangan, Menaklukan Hambatan (Local Wisdom 6)

Anda menginginkan sesuatu tetapi belum terwujud? Saya yakin banyak dari kita mengalami hal ini. Banyak dari kita menginginkan sesuatu tetapi belum juga didapatkan. Mari kita telusuri mengapa apa yang kita inginkan belum juga kita dapatkan? Tentunya banyak sekali alasan. Tetapi coba kita amati dengan cermat. Ternyata hampir semua yang kita inginkan tersebut belum juga kita dapatkan karena kita hanya “ingin”, tetapi tidak pernah bertindak sama sekali untuk mendapatkan yang kita mau. Think only, talk only, but NO ACTION! Mengapa penyakit NO ACTION ini hinggap dibanyak orang? Mari kita telusuri satu persatu.
Terdapat beberapa alasan mengapa orang memilih “no action”. Alasan pertama adalah karena mereka tidak bisa melihat pentingnya dan kemendesakan dari apa yang kita inginkan tersebut. Tidak ada sense of urgency. Kalau realitanya apa yang kita inginkan tersebut memang tidak penting, tidak apa-apa kalau hal tersebut tidak terlaksana. Toh hanya sesuatu yang tidak penting. It’s still all right. Tetapi masalahnya banyak hal yang sebetulnya penting (urgent) tetapi kita tidak menyadari kalau hal tersebut adalah penting. Pada kondisi ini sudah muncul adanya aspek kerugian (atau mungkin kecerobohan, bahkan kebodohan), karena kita tidak berhasil menempatkan sesuatu yang “urgent” pada posisi “urgent” pula.

Alasan kedua mengapa orang memilih “no action” adalah aspek kemalasan. Disini orang sudah menyadari bahwa apa yang mereka inginkan tersebut sebetulnya adalah penting, tetapi mereka tetap memilih tidak melakukan “action” karena alasan sederhana, yaitu malas. Kemalasan ini sering dimanipulasi dengan alasan “mendahulukan yang lain yang lebih penting”. Padahal yang sebetulnya terjadi adalah kita memilih untuk “menunda” hal yang penting tersebut karena hati kecil kita memang memilih “no action”. Mengapa demikian? Karena malas.

Takut pada kegagalan juga merupakan alasan mengapa orang “no action”. Mereka takut pada rintangan dan tantangan. Mereka berasumsi bahwa dari pada menghadapi kesulitan dan gagal menghadapi rintangan dan tantangan yang ada di depan lebih baik tidak bertindak. Jadi mereka kalah sebelum berperang!

Alasan keempat mengapa orang “no action” adalah karena dalam perhitungannya hal tersebut lebih mulia dari pada melakukan “action”. Hal ini terutama pada saat seseorang akan melakukan hal-hal yang bersifat negatif, seperti mencuri, menyakiti, dan berbuat kejahatan. Di sini manfaat dari “no action” dipandang lebih besar dibanding dengan akibat yang akan muncul apabila kita melakukan “action” pada hal tersebut. Pada kondisi seperti inilah “no action” tepat untuk dilakukan.

Jadi bisa dikatakan bahwa kebanyakan orang tidak segera melakukan “action” karena kurang cerdas, karena malas, dan karena kalah sebelum bertanding. Kalau alasan kurang cerdas tidak bisa kita salahkan karena hal tersebut sudah dari sananya begitu (given), kemudian alasan malas merupakan pilihan yang merupakan hak seseorang untuk mendapatkan kenikmatan dalam bentuk lain, maka kalah sebelum bertanding merupakan alasan yang patut disayangkan dan bahkan harus dilawan. Kalah sebelum bertanding merupakan musuh utama bagi keberhasilan di bidang apa saja. Banyak sekali kegagalan yang ternyata disebabkan karena belum mencoba ataupun berhenti mencoba. Belum mencoba sudah bilang tidak bisa. Sudah mencoba, begitu ada rintangan dan tantangan kemudian berhenti mencoba.

Untuk itulah maka para leluhur yang arif dan bijak di tanah jawa selalu menegaskan untuk “rawe-rawe rantas, malang-malang putung”, yang berarti “lawan semua rintangan dan taklukkan semua halangan”. Petuah tersebut sebenarnya adalah untuk menegaskan kepada kita bahwa rintangan dan halangan merupakan sesuatu yang natural, yang pasti ada, dimanapun, kapanpun. Untuk itu maka kita harus pandai-pandai menempatkan diri pada saat kita melihat dan mengalami adanya rintangan dan halangan. Lawanlah rintangan, taklukkan halangan!

Melawan rintangan dan menaklukkan halangan bukanlah sekedar kata-kata motivasi. Pada kondisi tertentu hal ini wajib dilakukan, yaitu pada saat kita melakukan sesuatu yang luhur yang sangat penting bagi kehidupan kita. Seorang mahasiswa yang berjuang untuk lulus sarjana demi masa depannya dan juga demi kehormatan keluarganya harus menempatkan rawe-rawe rantas malang-malang putung sebagai sesuatu yang wajib. Apalagi kalau mahasiswa tersebut telah berhasil menerjemahkan dengan cerdas arti kesarjanaan bagi hidupnya, bagi keluarganya, masyarakat, dan bangsanya. Kesarjanaan bukanlah urusan pribadi karena menyangkut keluarga, bangsa dan negara. Kesarjanaan berarti menambah SDM cerdas di negeri ini, yang membantu pengentasan kemiskinan, yang membangkitkan optimisme keluarga atas masa depan anak-anaknya. Seorang sarjana akan mampu membangun negeri dengan kepandaian dan ketrampilannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang siap bersaing, yang akhirnya bangsa ini akan menjadi bangsa yang bermartabat di mata dunia. Kalau mahasiswa telah berhasil menerjemahkan arti kesarjanaan menjadi hal mulia seperti itu maka rawe-rawe rantas malang-malang putung hukumnya wajib. Gilas semua hambatan dan tantangan, dan jadilah pemenang!

Rawe-rawe rantang malang-malang putung adalah wajib saat kita melawan kebatilan dan kejahatan. Kebatilan dan kejahatan akan terang-terangan memberikan rintangan, halangan, dan bahkan perlawanan kepada kebaikan. Kalau sudah begini, tidak ada pilihan lain. Harus rawe-rawe rantas malang-malang putung. Di sini kita harus menempatkan diri pada point of no return, titik dimana kita tidak boleh mundur ataupun berbalik arah. Apapun alasannya, kita harus ACTION, lawan rintangan, taklukan halangan, menangkan pertempuran!

Pesan penting dari rawe-rawe rantas malang-malang putung adalah kita jangan ragu-ragu untuk melakukan ACTION. Satu action akan memberikan kekuatan pada action lain. The more you make actions, the more you make another actions, and the more you get results. Inilah yang disebut dengan the power of action. Rintangan dan halangan tidak mungkin kita hindari. Akan selalu ada kapan pun dan dimana pun. Maka hadapilah. Do action, rawe-rawe rantas malang-malang putung! Lawan rintangan, taklukan halangan, dan menangkan pertempuran!

* Agung Praptapa, adalah seorang dosen, pengelola Program Pascasarjana Manajemen di Universitas Jenderal Soedirman, dan juga sebagai konsultan dan trainer profesional di bidang personal and organizational development. Alumni UNDIP, dan kemudian melanjutkan studi pascasarjana ke Amerika dan Australia, di University of Central Arkansas dan University of Wollongong. Mengikuti training dan mempresentasikan karyanya di berbagai universitas di dalam negeri maupun di luar negeri termasuk di Ohio State University, Kent State University, Harvard University, dan University of London. Agung Praptapa juga seorang entrepreneur, Direktur AP Consulting. Alumni writer schoolen dan trainer schoolen. Website: www.praptapa.com; Email: praptapa@yahoo.com.

Menganjurkan untuk Bertindak

Berbeda dengan menulis fiksi seperti novel yang cenderung menghibur, menulis nonfiksi seperti buku-buku “how to”, “help self’ atau buku-buku motivasi adalah untuk mengenjurkan supaya bertindak. Kemampuan kita untuk mempengaruhi orang lain, dan membuat mereka supaya bertindak melakukan apa yang kita tulis berarti akan membuat kita selangkah lebih maju atau sedikit berada di atas. Ini akan berarti tambah pengaruh, tambah keuntungan-keuntungan dan tambah kesenangan.

Menganjurkan orang untuk bertindak adalah hal yang sangat penting dalam hal apapun termasuk dalam bisnis. Seperti halnya para penulis, pemasang iklan, pembicara, pegawai maupun perusahaan-perusahaan. Demikian juga kita sebagai orang tua yang menginginkan anak-anaknya supaya rajin belajar.

Langkah pertama kea rah sana adalah kita harus menimbulkan perhatian atau minat. Jika kita tidak menimbulkan minat atau perhatian, maka orang tidak akan memperhatikan apa yang Anda tulis atau katakana. Apapun profesi kita, terutama sebagai penulis buku, minimal pemilihan judul harus menimbulkan minat atau perhatian. Seperti yang dikatakan oleh Edy Zaqeus bahwa judul ibarat sebuah petasan yang akan mengagetkan orang-orang sehingga akan menimbulkan perhatian.

Langkah keduanya adalah mendapatkan kepercayaan dari orang-orang. Bagaimana bisa membuat orang untuk bertindak, jika mereka tidak percaya terhadap apa yang kita tulis atau kita katakan? Namun sebelumnya kita harus yakin terhadap diri sendiri dulu. Sehingga akan membuat orang lain percaya kepada kita. Kita harus yakin terhadap kebenaran dari apa yang kita tulis.

Kedua langkah diatas adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan, agar tujuan kita membuat orang bertindak akan terwujud. Buku yang menarik perhatian saya adalah “Resep Cespleng Menulis Buku Best Seller” (Gradien, 2005). Dari judulnya, buku tersebut menimbulkan minat saya. Setelah say abaca siapa yang menulis yaitu Edy Zaqeus, penulis buku best seller dan ternyata dari profil penulis yang ada di buku tersebut, memang benar adanya. Hal ini yang membuat saya percaya. Apalagi beliau editor dari sebuah situs bergengsi –www.pembelajar.com-yang bisa saya akses. Kepercayaan saya semakin bertambah. Sehingga selama membaca buku tersebut, saya tidak dilanda keraguan-raguan. Ini berbeda dengan jika yang menulis adalah seorang penulis buku yang tak satu pun bukunya best seller. Maka tentu tidak akan menimbulkan kepercayaan pembaca. Setelah membaca buku tersebut saya tergerak untuk bertindak, melakukan apa yang ditulis di buku tersebut. Banyak pembaca buku itu yang melakukan hal yang sama. Ini berarti buku tersebut telah berhasil menganjurkan para pembacanya untuk bertindak.

Tidak mudah memang menulis sesuatu yang akan membuat mereka termotivasi, terinspirasi maupun bertindak. Kita semua tahu bahwa semua yang terjadi di alam semesta adalah menurut hukum sebab-akibat. Maka jika seseorang itu mau bertindak, tidak lain hanyalah diakibatkan oleh sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab yang menguasai kita dari waktu ke waktu tak lain hanyalah keinginan. Adakah seseorang yang melakukan sesuatu tanpa menginginkan terlebih dahulu? Tetapi sedikit sekali orang-orang yang memiliki keinginan. Mereka sering kali mengubur keinginan mereka sebelum memulainya dengan mengemukakan berbagai alasan-alasan yang menghalanginya.

Kita tahu bukan, bahwa hal yang membuat orang-orang bertindak adalah demi sebuah keinginan. Maka kita tentu akan memanfaatkannya. Banyak pembicara-pembicara maupun sales-sales yang memanfaatkan ini. Mereka mengetahui motif-motif para pendengar dan para pelanggannya. Mereka menempatkan diri sebagai pendengar atau sebagai pelanggan-pelanggannya dengan tidak lupa menyebut keinginan-keinginan para pendengar ataupun para pelanggannya. Untuk itu mereka berhasil.

Kita sebagai penulis, sudah tentu harus tahu motif-motif dan keinginan para calon pembaca kita. Apa motif terkuat yang menyebabkan kita mau melakukan sesuatu? Uang dan kesuksesan, bukan? Ini hal yang membuat tiap orang meloncat dari tempat tidur dan menunda untuk mendengkur. Banyak buku-buku yang menawarkan bagaimana mendapatkan uang dan kesuksesan bahkan kebahagiaan dengan berbagai versi. Seperti buku-buku cara berbisnis, cara menulis, cara berpidato, cara mendapatkan pengaruh, cara membuat personal brand, cara sukses mengejar cinta, cara sukses merawat anak, rumah, kesehatan dan lain-lain. Yang semuanya ditujukan untuk memenuhi motif-motif para calon pembaca.

Berbicara tentang keinginan atau motif supaya membuat orang-orang bertindak, saya jadi teringat ketika saya masih bekerja menjadi pembantu rumah tangga di Hong Kong. Saya yang “ngemong” anak majikan, saya harus bisa membuat dia bertindak atau melakukan sesuatu sesuai keinginan orang tuanya yang diperintahkan kepada saya. Tentu keinginan tersebut adalah demi kebaikannya sendiri. Sulit memang untuk membuat anak balita belajar membaca, menulis dan berhitung atas kemauannya sendiri, meskipun dengan cara bermain. Karena konsentrasinya terputus-putus. Sejak usia dini saya selalu mengajaknya berbicara “face to face”. Tidak penting apakah ia mengerti makna kata-kata saya. Tapi yang jelas ia mengerti jika saya memperhatikannya. Itu yang penting. Saya memanfaatkan keinginannya untuk dijadikan ‘sebab’ melakukan sesuatu, sesuai keinginan yang saya kehendaki. Misalnya jika ia ingin es krim atau kue, ia harus bisa mengingat apa yang saya ajarkan. Seiring dengan usianya ia mulai mengerti dan telah menjadi kebiasaan. Pelajaran yang saya berikan juga mulai berkembang.

Demikian juga dengan motif keinginannya. Tidak hanya es krim, atau kue tapi juga nonton TV, atau DVD kartun dan bermain di taman di sore hari.Ternyata strategi ini sangat jitu. Anak akan mengerjakan tugas-tugasnya tanpa merasa dipaksa. Tetapi merasa itu justru menjadi kewajibannya. Karena ia pun akan mendapat hak-haknya, seperti hak bermain, atau hak yang membuatnya senang. Tentu saja semakin bertambah usianya, semakin banyak “alasan” atau “nego” yang menguntungkan dirinya. Maka kita harus pandai-pandai menyiapkan alasan-alasan yang benar-benar masuk akal. Karena kitalah yang mengontrolnya, bukan sebaliknya.

Dengan demikian, kita bisa menggerakkan orang-orang untuk bertindak dengan memanfaatkan motif keinginannya. Keinginan lain yang tak kalah kuat dengan uang adalah “perasaan ingin dikagumi”. Banyak orang-orang mempelajari buku-buku, ikut workshop ataupun seminar-seminar tentang kepribadian, leadership, cara menulis, cara berbicara dan lain-lain supaya menimbulkan kesan yang lebih baik. Apakah itu ingin dihormati orang lain, mendapat kepuasan batin, mendapat kekuasaan, kepemimpinan di lingkungannya maupun di kantor dan lain-lain.

Kita semua adalah manusia yang memiliki rasa. Maka kita pun sangat menginginkan segala sesuatu yang menyenangkan. Kita ingin punya rumah besar dan mewah, mobil, bebergian –jika perlu ke luar negeri-, berpakaian bagus dan bermerk dan sebagainya. Semua itu bukan karena baik untuk kita. Tetapi karena menyenangkan dan menaikkan gengsi. Jika kita piawai memanfaatkan motif dan keinginan ini, maka kita akan membangkitkan alasan mereka untuk bertindak. Meskipun itu keinginan untuk mendapat hiburan.

So, pelajari motif-motif atau keinginan dari calon pembaca kita dan menulislah!!

* Eni Kusuma adalah mantan TKW di Hongkong, penulis buku laris “Anda Luar Biasa!!!”, dan kini menjadi motivator. Ia dapat dihubungi di: ek_virgeus@yahoo.co.id.


ADD/ADHD Menurut Perspektif Cara Kerja Otak dan Pikiran

Dua hari berturut-turut saya mendapat klien yang “unik”. Pertama seorang murid SD kelas 2 yang sangat aktif. Kemarin, seorang murid SMP kelas 3 dari Malang yang juga punya history pernah sangat aktif waktu kecil. Kedua klien ini mendapat “diagnosa” ADD/ADHD.

Saat melakukan intake interview saya menemukan jawaban yang memvalidasi “kecurigaan” saya selama ini terhadap penyebab ADD/ADHD dari sudut ilmu pikiran. Hasil intake interview ini saya bandingkan dengan intake interview yang saya lakukan terhadap lebih dari 20 orang klien dengan diagnosa yang sama, ADD/ADHD. Hasilnya? Konsisten.

Dari apa yang saya pelajari sejauh ini ada 2 penyebab ADD/ADHD:
1. Masalah pada otak (fisik/hardware)
2. Masalah pada pikiran (software)

Masalah Pada Otak

Dari berbagai riset mengenai otak, didapatkan hasil yang menarik yaitu bahwa otak kiri dan kanan penderita ADD/ADHD bekerja dengan “kecepatan” yang berbeda. Dulu saya bingung dengan pernyataan ini. Namun setelah mendalami Brain Wave 1 di Lugano, Swiss, dibawah bimbingan langsung Prof. Sean Adams, penemu BW 1, akhirnya saya memahaminya.

Memang benar, bila kita mengukur pola gelombang otak penderita ADD/ADHD maka terlihat sangat jelas bahwa otak kanan jauh lebih aktif daripada otak kiri. Nah, berangkat dari temuan ini para pakar lalu merancang alat untuk bisa membantu mensinkronkan atau menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan.

Ketidakseimbangan otak kiri dan kanan bisa muncul akibat dari sebab-sebab berikut:
1. Otak kekurangan suplai oksigen. Biasanya terjadi saat persalinan yang sulit, di mana tali pusar melilit di leher bayi. Bisa juga terjadi karena anak sempat tenggelam sehingga tidak bisa bernapas untuk jangka waktu yang lama.
2. Benturan keras di kepala.
3. Panas yang tinggi sehingga anak mengalami kejang. Panas ini bisa disebabkan oleh infeksi, radang, atau akibat dari pemberian vaksin yang mengakibatkan anak demam dan panas tinggi.

Ada beberapa cara untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan. Yang paling murah dan mudah dilakukan adalah dengan menggunakan latihan Brain Gym. Untuk lebih jelas mengenai Brain Gym bisa baca bukunya. Sudah diterbitkan Gramedia plus ada videonya.

Kedua, dengan menggunakan terapi suara atau Sound Therapy. Terapi ini berdasarkan penelitian Dr. Alfred Tomatis di Perancis. Caranya adalah dengan mendengar musik, dengan frekuensi khusus, di telinga kiri dan kanan penderita ADD/ADHD, sehingga akan terjadi keseimbangan. Musik ini dulunya hanya bisa didengarkan di klinik khusus. Namun berkat perkembangan teknologi maka sudah bisa “dikasetkan”, dengan jenis pita khusus, dan hanya bisa didengarkan dengan menggunakan headphone atau earphone khusus yang mampu melewatkan frekuensi tinggi hingga mencapai 18.000 Hz. Player untuk kaset inipun harus khusus merek dengan tipe tertentu.

Mengapa khusus? Ya itu tadi. Player kaset yang biasa-biasa tidak akan mampu memainkan musik dengan frekuensi tinggi. Ini juga salah satu alasan mengapa rekaman lagu atau musiknya tidak bisa menggunakan media CD.

Saat ini di pasaran ada sangat banyak “teknologi otak” yang menawarkan program penyeimbangan otak kiri dan kanan. Beberapa yang pernah saya lihat made in China dengan lisensi dari Amerika. Saat di-browsing situsnya tidak menjelaskan dasar teori dan riset yang mendasasari pembuatan alat ini. So.. hati-hati ya…

Cara yang paling umum dilakukan untuk menangani anak ADD/ADHD adalah dengan memberikan Ritalin. Ritalin cara kerjanya adalah dengan menekan pusat “keaktifan” , di otak, sehingga anak terkesan “rileks” dan bisa tenang. Namun obat ini hanya mengobati simtom, bukan akar masalah. Begitu pengaruh obat habis maka anak kembali ke kondisi awal, seperti sebelum minum obat.

Ada pakar yang berpendapat bahwa ADD/ADHD ini adalah penyakit bawaan atau congenital disorder. Yang paling banyak mengalami masalah ini adalah anak laki (20%), sedangkan anak perempuan lebih sedikit yaitu hanya 8%.

Ketiga, dengan menggunakan Sound Therapy yang dikombinasi dengan Light Therapy (terapi dengan cahaya). Kombinasi ini yang digunakan di mesin BW 1. Untuk cahaya, yang digunakan adalah cahaya dengan panjang gelombang yang sangat khusus dan presisi, yang menghasilkan cahaya berwarna kuning keemasan, seperti warna kuning yang ada di pusat api lilin. Dari riset didapatkan temuan bahwa cahaya kuning keemasan mempunyai efek yang paling maksimal terhadap otak.

Untuk lebih jelas mengenai BW 1 bisa dilihat di www.alphalearning.ch . Sedangkan buku yang membahas mengenai berbagai riset di dunia mind technology judulnya Mega Brain karya Michael Hutchinson. Buku ini sudah tidak dicetak lagi. Sudah out of print dan menjadi buku classic. Saya dapatnya yang bekas. Inipun setelah susah payah berburu di berbagai situs yang menjual buku-buku bekas.

Masalah Pada Pikiran

Penanganan anak ADD/ADHD dengan paradigma ilmu pikiran (software) tentunya berbeda bila kita menggunakan paradigma cara kerja otak (hardware).

Dari berbagai literatur yang saya pelajari disimpulkan bahwa manusia terlahir dengan kondisi pikiran yang sempurna. Saat lahir manusia hanya punya satu jenis pikiran yaitu Pikiran Bawah Sadar. Pikiran Bawah Sadar sudah aktif sempurna sejak bayi berusia (tiga) bulan di dalam kandungan ibunya dan merekam dengan sempurna semua peristiwa yang dialami ibunya, baik positif maupun negatif, dan juga apa yang ia, si jabang bayi, alami atau rasakan.

Pikiran Bawah Sadar terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian yang disebut dengan Pikiran Nir Sadar atau Unconscious Mind, atau ada juga yang menyebutnya sebagai Primitive Area. Kedua, bagian yang disebut dengan Modern Memory Area atau yang lebih dikenal dengan nama Subconscious Mind. Jika orang berkata atau bicara mengenai Pikiran Bawah Sadar maka yang mereka maksud adalah Modern Memory Area ini.

Pikiran Nir Sadar berisi berbagai program, yang “ditulis” oleh Sang Pencipta, untuk kelangsungan hidup kita. Program-program ini antara lain untuk menjalankan fungsi tubuh otonom, seperti pernapasan, detak jantung, pencernaan, sistem kekebalan tubuh, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kelangsungan hidup (survival).

Bila di komputer, program-program di Pikiran Nir Sadar ini adalah BIOS atau Basic Input Ouput System. Tanpa BIOS komputer tidak akan bisa jalan. BIOS dibutuhkan untuk meng-instal Operating System (OS). Setelah OS selesai kita instal barulah kita meng-instal berbagai program aplikasi.

Nah, apa hubungan cerita saya ini dengan anak yang ADD/ADHD?

Begini, hasil penelusuran terhadap sumber penyebab ADD/ADHD, dari sudut ilmu pikiran, didapatkan hasil bahwa ADD/ADHD ini sebenarnya hanyalah simtom atau gejala dari suatu masalah.

Apa masalahnya?

Perilaku ADD/ADHD ini adalah efek dari kecemasan yang tinggi, yang dialami oleh anak sewaktu kecil. Karena anak cemas maka pikirannya bekerja sangat aktif, memunculkan berbagai gambar mental atau buah pikir, dengan tujuan agar anak bisa sibuk memikirkan gambar mental atau buah pikir itu sehingga dengan sendirinya kecemasan mereka akan berkurang.

Kita, orang dewasa, jika merasa cemas, apa yang kita lakukan?

Kita akan menyibukkan diri kita, benar nggak? Bahkan, bila sudah cukup parah, maka kita akan mengalami OCD (Obsessive Compulsive Disorder) , antara lain seperti sering cuci tangan, memeriksa kunci berkali-kali, menghitung angka naik turun (counting numbers), atau melafalkan alfabet.

Pertanyaannya sekarang adalah, “Mengapa anak cemas? Apa yang menyebabkan anak cemas?”

Jawabannya sederhana sekali yaitu karena tangki cinta anak kosong. Tingkat kecemasan seorang anak berbanding terbalik dengan isi tangki cinta. Semakin penuh isi tangki cinta maka anak akan semakin rileks, percaya diri, dan kuat menghadapi berbagai “benturan” emosi. Semakin kosong tangkinya maka anak akan semakin lemah dan cemas.
Semakin cemas anak maka akan semakin banyak gambar mental atau buah pikir yang muncul. Ini adalah hal yang sangat alamiah dan normal. Saya katakan normal karena memang sudah menjadi salah satu fungsi dari Pikiran Bawah Sadar yaitu untuk melindungi diri kita dari bahaya nyata, atau yang dipandang sebagai bahaya, baik yang bersifat fisik maupun psikis.

Nah, agar anak bisa “selamat” dari tekanan mental (baca: kecemasan tinggi) maka Pikiran Bawah Sadar akan menyibukkan pikiran anak, agar tidak memikirkan kecemasannya, dengan memunculkan sangat banyak gambar mental atau buah pikir secara cepat. Lama-lama defense mechanism ini menjadi suatu kebiasaan atau habit dan menjadi ADD/ADHD

Langkah awal membantu anak kita yang ADD/ADHD adalah dengan mengurangi tingkat kecemasannya. Kalau bisa dihilangkan sama sekali.

Bagaimana caranya?

Mulailah dengan mengisi tangki cinta anak. Tangki cinta ini ada dua. Yang satu diisi oleh ibu dan satu lagi oleh ayah. Tidak bisa dirangkap. Harus diisi oleh masing-masing orangtua.

Cara mengisinya adalah dengan menggunakan bahasa cinta. Ada lima bahasa cinta yang bisa kita gunakan. Pertama, tatapan mata. Jika berkomunikasi dengan anak, pandanglah matanya dengan lembut dan penuh cinta kasih. Tatapan mata ini sangat penting.

Kedua, sentuhan fisik . Anak harus sering mendapat sentuhan fisik, baik itu pelukan atau kecupan sayang dari orangtuanya.

Ketiga, waktu yang berkualitas. Orangtua perlu menyediakan waktu yang cukup dengan intensitas perhatian dan kedekatan emosi yang baik dengan anak. Waktu berkualitas juga meliputi kuantitas. Tanpa kuantitas yang cukup maka tidak ada yang namanya waktu berkualitas.

Keempat, kata-kata pendukung. Orangtua sering mengucapkan kata-kata negatif. Tujuannya sebenarnya positif yaitu ingin memacu anak agar berubah menjadi lebih baik. Namun dari perspektif ilmu pikiran, kita harus mengucapkan hanya hal-hal yang positif, hal-hal yang menguatkan dan meneguhkan hati anak.

Kelima, pemberian hadiah. Hadiah yang dimaksud di sini tidak perlu hadiah yang besar atau mahal. Cukup hadiah-hadiah kecil Misalnya orangtua pas ke luar kota atau dari mal, belikan anak sesuatu yang ia suka dan tidak disangka-sangka.

Anak-anak sekarang banyak yang cemas karena orangtua sibuk cari uang atau bekerja sehingga mereka hanya diserahkan kepada baby sitter. Baby sitter bisa memberikan makanan pada tubuh fisiknya namun tidak bagi jiwanya. Belum lagi bila baby sitter ini sering bersikap keras terhadap anak. Efeknya akan sangat destruktif. Baby sitter hanya bisa mengisi tangki fisik (baca: perut) anak tapi tidak bisa mengisi tangki cinta anak.

Saat anak sudah agak besar, kecemasan bisa timbul saat mulai masuk sekolah. Tekanan sistem pendidikan terhadap anak kita, ditambah lagi bila lingkungan sekolah dan guru tidak kondusif, membuat anak semakin cemas. Tekanan bisa juga timbul dari orangtua yang overconfident terhadap kemampuan anaknya sehingga menuntut anak harus bisa mencapai prestasi yang tinggi. Sayangnya tuntutan yang tinggi ini tidak disertai dengan memberikan anak berbagai strategi dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan keunikan anak. Akibatnya anak menjadi tegang, cemas, dan proses belajar menjadi suatu hal yang menyakitkan.

Seringkali, dan kasus ini sangat banyak saya temui, kecemasan anak justru merupakan hasil “transfer” dari orangtuanya, terutama ibunya. Banyak ibu yang cemas, mungkin karena ini adalah anak pertama, sehingga ingin yang terbaik untuk anaknya. Karena ingin yang terbaik, Ibu ini menjadi cemas dan selalu was-was terhadap perkembangan anaknya.

Semakin si ibu cemas maka semakin cemas pula si anak. Dan ibu yang tidak tahu mengenai hal ini akhirnya bingung sendiri dan mencari terapis untuk membantu anaknya yang “bermasalah”. Terapis melakukant terapi pada anak tapi tidak pada si ibu. Hasilnya? Tidak bisa optimal.

Saat saya menceritakan hal ini kepada orangtua klien saya, ayah klien saya membenarkan bahwa istrinya sangat cemas terhadap anaknya. Sedemikian khawatirnya si istri kalau anaknya mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, sampai-sampai ia tidak pernah mempercayakan perawatan anaknya kepada orang lain. Semua dikerjakan sendiri.

Salah satu bentuk kecemasannya adalah untuk selalu mensterilkan semua peralatan makan si anak. Ini benar-benar merepotkan. Botol susu, piring, gelas, sendok, garpu, semuanya harus disterilkan, dicelupkan ke dalam air mendidih agar kuman mati semua. Bahkan saat liburan ke Bali si ibu sampai membawa panci yang biasa ia gunakan untuk mensterilkan peralatan si anak.

Klien saya, murid kelas 2 SD yang ADD, mampu duduk diam dan tenang saat diminta memvisualisasi, di pikirannya, jalan yang harus ditempuh dari satu mal ke rumahnya. Anak ini mampu dengan sangat jelas membayangkan jalan yang harus dilalui, ada apa saja di jalan itu, harus belok ke mana, dan akhirnya sampai di rumah.

Nah, apa yang terjadi saat saat anak ini melakukan visualisasi?

Tanpa si anak sadari saya meminta ia memilih hanya satu objek pikiran untuk ia pikirkan. Saat itu ia melakukan konsentrasi. Dan karena ia “memutuskan” hanya memilih satu objek pikiran maka gambar mental yang lain, yang muncul dengan sangat cepat di pikirannya, diabaikan. Dengan demikian ia bisa menjadi tenang dan rileks. Hal ini yang perlu dilatih. Anak harus bisa mengarahkan pikiran pada hal-hal yang memang ia inginkan. Jika kita bisa membuat anak terbiasa melakukan hal ini maka cepat atau lambat kita membentuk kebiasaan atau habit baru dalam diri anak.

Anak yang pikirannya sangat aktif akan sulit konsentrasi dan belajar. Umumnya mereka dilabel sebagai anak yang menjadi trouble maker di kelas. Jika sudah agak besar, saat belajar mereka akan menyalakan televisi, menyalakan radio atau tape, sambil melakukan aktivitas belajar. Mengapa mereka bisa belajar ditengah berbagai “keributan” atau “distorsi” ini?

Yang mereka lakukan adalah mereka membuat sibuk bagian pikiran yang selama ini mengganggu konsentrasi mereka. Bagian ini mendengarkan suara acara televisi dan radio. Bagian ini menjadi sibuk. Sehingga anak bisa fokus pada materi yang ia pelajari.

Oh ya, satu hal lagi yang bisa menyebabkan anak mengalami ADD/ADHD yaitu salah diagnosa. Seringkali anak yang sangat aktif, yang sebenarnya tidak mengalami ADD/ADHD, dengan mudahnya, oleh lingkungan atau guru di sekolah, diberi label anak hiperaktif. Pada saat kita memberikan label pada anak maka label ini akan melekat pada diri si anak. Dengan pengulangan atau penguatan (reinforcement) , karena lingkungan memperlakukan dirinya sebagai anak ADD/ADHD, maka cepat atau lambat label ini akan menjadi belief yang terintegrasi ke belief system anak dan akhirnya menjadi identity. Kalau sudah jadi identity… wah sulit sekali untuk bisa dibereskan. Identity ini adalah program yang bersifat self fullfiling prophecy.

Penanganan Anak ADD/ADHD

Saya biasa melakukan penanganan dengan menggunakan pendekatan kombinasi. Jika dirasa perlu saya akan menggnakan BW 1. Pertama saya akan mengukur kondisi gelombang otak kiri dan kanan. Dari hasil pengukuran ini selanjutnya dengan menggunakan Optical Neuron Synergizer saya melakukan tune up otak dan menyeimbangkan otak kiri dan kanan.

Pada umumnya hanya dengan satu kali sesi tune up sudah bisa seimbang. Namun untuk menstabilkan saya butuh lima sesi. Efek penyeimbangan bersifat permanen. Ini pendekatan terapi dari sisi hardware.

Untuk software, saya menggunakan berbagai teknik ilmu pikiran untuk membantu anak menghilangkan kecemasannya. Selanjutnya saya melatih dan membantu anak untuk bisa mengarahkan pikiran sesuai dengan yang mereka inginkan.

Keterlibatan orangtua juga sangat saya tekankan. Orangtua juga perlu diajari beberapa tenik yang bisa mereka lakukan di rumah agar bisa membantu anak mereka. Salah satunya adalah cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar anak sehingga bisa memasukkan sugesti positif yang membantu perkembangan anak.

Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams Into Reality”, dan The Secret of Mindset . Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com dan www.adiwgunawan.com.

Bob Sadino, Memilih Miskin Sebelum Kaya

Entrepreneur sukses yang satu ini menjalani jalan hidup yang panjang dan berliku sebelum meraih sukses. Dia sempat menjadi supir taksi hingga kuli bangunan yang hanya berpenghasilan Rp100.

Penampilannya eksentrik. Bercelana pendek jins, kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, dan kerap menyelipkan cangklong di mulutnya. Ya, itulah sosok pengusaha ternama Bob Sadino, seorang entrepreneur sukses yang merintis usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Siapa sangka, pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket) ini pernah menjadi sopir taksi dan kuli bangunan dengan upah harian Rp100.

Celana pendek memang menjadi "pakaian dinas" Om Bob --begitu dia biasa disapa-- dalam setiap aktivitasnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933, yang mempunyai nama asli Bambang Mustari Sadino, hampir tidak pernah melewatkan penampilan ini. Baik ketika santai, mengisi seminar entrepreneur, maupun bertemu pejabat pemerintah seperti presiden. Aneh, namun itulah Bob Sadino.

"Keanehan" juga terlihat dari perjalanan hidupnya. Kemapanan yang diterimanya pernah dianggap sebagai hal yang membosankan yang harus ditinggalkan. Anak bungsu dari keluarga berkecukupan ini mungkin tidak akan menjadi seorang entrepreneur yang menjadi rujukan semua orang seperti sekarang jika dulu tidak memilih untuk menjadi "orang miskin".

Sewaktu orangtuanya meninggal, Bob yang kala itu berusia 19 tahun mewarisi seluruh hartake kayaan keluarganya karena semua saudara kandungnya kala itu sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih sembilan tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam, Belanda, juga di Hamburg, Jerman. Di Eropa ini dia bertemu Soelami Soejoed yang kemudian menjadi istrinya.

Sebelumnya dia sempat bekerja di Unilever Indonesia. Namun, hidup dengan tanpa tantangan baginya merupakan hal yang membosankan. Ketika semua sudah pasti didapat dan sumbernya ada menjadikannya tidak lagi menarik. "Dengan besaran gaji waktu itu kerja di Eropa, ya enaklah kerja di sana. Siang kerja, malamnya pesta dan dansa. Begitu-begitu saja, terus menikmati hidup," tulis Bob Sadino dalam bukunya Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila.

Pada 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Kala itu dia membawa serta dua mobil Mercedes miliknya. Satu mobil dijual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri. Satu mobil Mercedes yang tersisa dijadikan "senjata" pertama oleh Bob yang memilih menjalani profesi sebagai sopir taksi gelap. Tetapi, kecelakaan membuatnya tidak berdaya. Mobilnya hancur tanpa bisa diperbaiki.

Setelah itu Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan. Gajinya ketika itu hanya Rp100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya. Bob merasakan bagaimana pahitnya menghadapi hidup tanpa memiliki uang. Untuk membeli beras saja dia kesulitan. Karena itu, dia memilih untuk tidak merokok. Jika dia membeli rokok, besok keluarganya tidak akan mampu membeli beras.

"Kalau kamu masih merokok, malam ini besok kita tidak bisa membeli beras," ucap istrinya memperingati.

Kondisi tersebut ternyata diketahui teman-temannya di Eropa. Mereka prihatin. Bagaimana Bob yang dulu hidup mapan dalam menikmati hidup harus terpuruk dalam kemiskinan. Keprihatinan juga datang dari saudara-saudaranya. Mereka menawarkan berbagai bantuan agar Bob bisa keluar dari keadaan tersebut. Namun, Bob menolaknya.

Dia sempat depresi, tetapi bukan berarti harus menyerah. Baginya, kondisi tersebut adalah tantangan yang harus dihadapi. Menyerah berarti sebuah kegagalan. "Mungkin waktu itu saya anggap tantangan. Ternyata ketika saya tidak punya uang dan saya punya keluarga, saya bisa merasakan kekuatan sebagai orang miskin. Itu tantangan, powerfull. Seperti magma yang sedang bergejolak di dalam gunung berapi," papar Bob.

Jalan terang mulai terbuka ketika seorang teman menyarankan Bob memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan depresinya. Pada awal berjualan, Bob bersama istrinya hanya menjual telur beberapa kilogram. Akhirnya dia tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Padahal saat itu telur ayam negeri belum populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang.

Ketika bisnis telur ayam terus berkembang Bob melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Kini Bob mempunyai PT Kem Foods (pabrik sosis dan daging). Bob juga kini memiliki usaha agrobisnis dengan sistem hidroponik di bawah PT Kem Farms. Pergaulan Bob dengan ekspatriat rupanya menjadi salah satu kunci sukses. Ekspatriat merupakan salah satu konsumen inti dari supermarketnya, Kem Chick. Daerah Kemang pun kini identik dengan Bob Sadino.

"Kalau saja saya terima bantuan kakak-kakak saya waktu itu, mungkin saya tidak bisa bicara seperti ini kepada Anda. Mungkin saja Kemstick tidak akan pernah ada," ujar Bob.

Pengalaman hidup Bob yang panjang dan berliku menjadikan dirinya sebagai salah satu ikon entrepreneur Indonesia. Kemauan keras, tidak takut risiko, dan berani menjadi miskin merupakan hal-hal yang tidak dipisahkan dari resepnya dalam menjalani tantangan hidup. Menjadi seorang entrepreneur menurutnya harus bersentuhan langsung dengan realitas, tidak hanya berteori.

Karena itu, menurutnya, menjadi sarjana saja tidak cukup untuk melakukan berbagai hal karena dunia akademik tanpa praktik hanya membuat orang menjadi sekadar tahu dan belum beranjak pada taraf bisa. "Kita punya ratusan ribu sarjana yang menghidupi dirinya sendiri saja tidak mampu, apalagi menghidupi orang lain," jelas Bob.

Bob membuat rumusan kesuksesan dengan membagi dalam empat hal yaitu tahu, bisa, terampil, dan ahli.

"Tahu" merupakan hal yang ada di dunia kampus, di sana banyak diajarkan berbagai hal namun tidak menjamin mereka bisa. Sedangkan "bisa" ada di dalam masyarakat. Mereka bisa melakukan sesuatu ketika terbiasa dengan mencoba berbagai hal walaupun awalnya tidak bisa sama sekali. Sedangkan "terampil" adalah perpaduan keduanya. Dalam hal ini orang bisa melakukan hal dengan kesalahan yang sangat sedikit. Sementara "ahli" menurut Bob tidak jauh berbeda dengan terampil. Namun, predikat "ahli" harus mendapatkan pengakuan dari orang lain, tidak hanya klaim pribadi.

Ya, itulah resep Bob untuk menjadi sukses seperti sekarang.

Eks Sopir yang Sukses Jadi Pengusaha Ritel

Mukesh "Micky" Jagtiani dikenal sebagai salah satu pengusaha ritel dunia. Dari imperium bisnisnya di bawah bendera Landmark Group, pundi-pundi kekayaannya ditaksir mencapai USD2,5 miliar (Rp25 triliun).


Kisah hidup Jagtiani tidak dilewati dengan mudah. Banyak hambatan dan rintangan yang mesti dia tempuh. Bahkan dia berkali-kali harus mengalami kegagalan dan kejatuhan. Di masa muda Jagtiani tergolong anak nakal. Pada usia 17 tahun dia gagal menyelesaikan pendidikannya di sekolah akuntansi di London.

Biaya kuliah yang diberikan keluarganya malah dihabiskan untuk mabuk-mabukan dan merokok. Malu kembali ke Kuwait, tempat keluarga besarnya tinggal setelah emigrasi dari India, dia mencoba bertahan hidup di London. Jagtiani rela menjadi sopir taksi dan rela tidur di mana saja. Saat hendak memutuskan untuk kembali ke Teluk, tragedi menghampirinya silih berganti.

Saudara laki-laki tertuanya, Mahesh, meninggal karena leukemia. Ayahnya menyusul meninggalkannya untuk selamanya karena diabetes beberapa bulan kemudian. Belum reda air mata, menyusul ibunya meninggal karena kanker. Saat itu Jagtiani baru berusia 21 tahun. "Saya menjadi yatim piatu," ungkap Jagtiani mengenang.

Tak ada keluarga, pekerjaan, dan pendidikan mendorong Jagtiani kembali ke negara asalnya, India. Di negara asal nenek moyangnya itu Jagtiani mendapat dana warisan keluarganya sebesar USD6.000. Berbekal uang tersebut dia pergi ke Bahrain dan membuka toko pertamanya. Toko tersebut awalnya disewa oleh saudara laki-lakinya sebelum meninggal. Sebuah toko yang menjual perlengkapan bayi alias baby shop adalah toko pertama yang dibuka Jagtiani pada 1973, atau setelah tragedi terus menjenguknya.

Toko tersebut menyediakan kebutuhan bayi para keluarga ekspatriat yang waktu itu membanjiri Afrika Selatan. Karena belum memiliki staf, Jagtiani mengerjakan semua operasional toko sendiri. Berbelanja, melayani, hingga mengepel toko lantai dilakukannya sendiri. "Saya benar-benar memulainya dari nol," tutur Jagtiani.

Dia mengaku tak pernah meninggalkan pekerjaan kasar, bahkan hingga dia mampu menabung. Tak dinyana, dari sebuah baby shop kecil tersebut, suami dari Renuka Jagtiani dan ayah dari tiga anak itu kini menjelma menjadi seorang miliarder bisnis ritel dunia di bawah bendera Landmark Group yang berbasis di Dubai.

Lebih dari 840 toko kini telah dimilikinya dan tersebar di 10 negara, seperti di negara-negara Teluk, India, Spanyol dan China. Imperium bisnisnya bahkan bakal semakin tumbuh besar seiring rencana-rencana ke depan. Dikabarkan, Jagtiani berencana mengakuisisi aset bisnis ritel di Inggris dan Amerika.

Beberapa perusahaan ritel yang hendak dibelinya adalah Primark, New Look, dan Abercrombie & Fitch. Zara, Pull and Bear, serta Saks and Bloomingdales juga menarik minatnya.

Berkat kesuksesannya itu Jagtiani pun sempat mendapat beberapa penghargaan. Pada 2007 dia meraih penghargaan Retail Personality of The Year dalam penghargaan tahunan ritel di Timur Tengah.

Sukses tersebut membuat Jagtiani mendapat respek luar biasa di Dubai. Dia menjadi warga kehormatan di Dubai. "Tak seorang pun berani membuka mal di Dubai tanpa terlebih dulu meminta pendapat Micky. Ini karena semua menaruh hormat padanya," kata sumber dekat keluarga kerajaan.(Koran SI/Koran SI/jri)


Menjadi Miliuner Berawal dari Angpao

Penampilannya tidak menunjukkan bahwa dia merupakan profesional muda atau investor ulung. Lebih bergaya seperti anak kuliahan, tetapi nilai kekayaannya mencapai 5 juta yuan (USD732.500 atau Rp7,1 miliar).

Dialah Ma Wenya (21). Ketika lulus kuliah nanti, Ma tidak perlu pusing-pusing mencari pekerjaan. Hingga saat ini, Ma masih berstatus mahasiswa di Communication University of China (CUC) Beijing jurusan analisis pasar media. Tahun ini merupakan tahun terakhirnya duduk di bangku kuliah.

Di sela-sela kuliahnya, Ma memiliki sepak terjang di dunia bisnis. Dia bermain saham di bursa. Pria berkacamata itu juga ikut andil dalam bisnis properti. Jurus gerak cepat pun diterapkannya untuk mengumpulkan pundi-pundi keuntungan. Takdir berpihak dengan cepat kepada Ma sehingga 5 juta yuan dapat diraih sebelum dia mendapat gelar sarjana.

"Saya pindah bersama orangtua saya ke Shanghai dari Henan pada 2002. Yah, seperti kebanyakan orang lain, saya melihat bahwa Shanghai merupakan tempat di mana kekayaan itu berada. Saya melihat bahwa banyak orang kaya dengan uang dan mobil,”paparnya seperti dikutip dari Global Times.

"Ketika itu, saya pun bermimpi bahwa suatu hari nanti saya akan menjadi salah seorang dari orang kaya di Shanghai," papar Ma.

Kata Ma, semuanya berawal dari mimpi untuk menjadi orang kaya. Itu yang menjadi semangat untuk maju dan berkembang. Dengan mimpi itu, semua orang akan menyatukan niat dan perbuatan untuk meraih cita-cita tanpa memandang risiko yang ada di depan mata. Berawal dari mimpi itulah Ma memberanikan diri menginvestasikan uangnya pada 2003.

Ketika itu, Ma baru berusia 15 tahun. Uang senilai 20.000 yuan (Rp28 juta) itu dikumpulkannya dari angpao saudara-saudaranya selama perayaan Tahun Baru China. Ma berusaha meyakinkan orangtuanya agar mengizinkan dia menginvestasikan uang itu untuk membeli sebuah vila di distrik Minhang, Shanghai. Ketika itu, harga per meter persegi mencapai 4.000 yuan.

Setelah berinvestasi, Ma tidak berhenti sampai di sana. Dia selalu memantau investasinya. Dia pun selalu membaca berita keuangan lokal untuk mengetahui isu-isu terbaru serta rumor yang berkembang. Ketika teman-temannya masih sibuk bermain dan jatuh cinta pada pandangan pertama, Ma justru asyik memantau perkembangan investasi vilanya.

Ma yakin bahwa vilanya bakal mendatangkan keuntungan. Kenapa? Ketika itu, Ma berpikir bahwa lokasi vilanya sangat strategis dan bergaya arsitektur Barat yang sedang populer. "Vila itu memang benar-benar selera saya. Orangtua saya pun sepakat untuk merestui saya membeli vila tersebut dan ikut membantu pembayarannya," katanya.

Tanpa pemahaman mengenai keuangan dan bisnis properti, Ma pun menasihati orangtuanya untuk menjual vila itu satu tahun setelah pembelian. Nah, nilai per meter persegi vila itu mencapai 8.000 yuan atau dua kali lipat dibandingkan pada waktu pembelian. Akhirnya, Ma pun mendapatkan keuntungan senilai 80.000 yuan dari investasinya.

"Saya sangat senang dengan keuntungan pertama yang diraih. Saya pun berpikir begitu pentingnya untuk hidup mandiri," papar Ma.

Dengan keuntungan itu, Ma pun terus mengkaji dan mempelajari kesempatan investasi selanjutnya. Di sela-sela beraktivitas rutin di SMA, Ma melihat peluang untuk kembali berinvestasi di dunia properti.

"Saya berinvestasi di 10 proyek properti di Shanghai dalam jangka waktu selama tiga tahun. Semuanya menghasilkan keuntungan, tak ada yang merugi. Pada saat saya masih SMA, bisnis properti masih berjalan dengan normal," cerita Ma.

Ketika lulus SMA, Ma pun telah mengumpulkan kekayaan senilai 500.000 yuan. Prestasi Ma di SMA tergolong biasa-biasa saja. Tak ada yang menonjol. Ma beralasan bahwa waktunya justru lebih banyak untuk mempelajari ilmu ekonomi dan keuangan sehingga nilai-nilai kelasnya sering melorot. Namun, kata Ma, itu adalah risiko dari sebuah pilihannya untuk bermain-main di dunia properti.

Akibatnya, nilai ujian Ma untuk masuk universitas terendah di kelasnya. Ma pun memilih kuliah di CUC pada 2006. Dia mengambil jurusan penelitian pasar media karena memberikan banyak waktu luang baginya untuk fokus pada investasi. Bisa dikatakan, Ma memang lebih fokus terhadap investasinya dibandingkan kuliahnya. Bagi dia, kuliah tetap penting sebagai bekal, investasi adalah segalanya untuk masa depan. Kadang kepercayaan diri yang berlebihan juga memberikan pelajaran yang sangat berharga. Itu pula yang dialami Ma. Ketika tahun pertamanya di kampus, Ma mengubah pola investasinya dari bisnis properti ke pasar modal.

Berbeda dengan pengalaman pertama investasi propertinya meraih keuntungan, pengalaman pertama investasi di pasar modal justru mengalami kerugian cukup besar. "Sebenarnya saya telah mulai berinvestasi di pasar sudah sejak SMA. Namun, ketika itu hanya buat senang-senang saja," ujar Ma seperti dikutip dari Xinhua.

Baru ketika kuliah, dia ingin fokus di investasi pasar modal. Pada akhir 2007, Ma justru mengalami kerugian 200.000 yuan dari total investasinya 500.000 yuan. Namun, potensi kerugian itu tidak berlangsung lama. Dengan pengalaman itu, Ma pun bersikap hati-hati dalam merumuskan investasi di pasar modal.

"Nilai saham-saham saya mulai merangkak naik. Saya merasa di atas kepala dan memiliki pengalaman yang sangat banyak dalam dunia investasi," katanya.

Tak ada pahlawan yang memenangi 100% medan pertempuran. Setelah beberapa kali kekalahan di bisnis pasar modal, Ma memilih beristirahat sejenak sambil menunggu kesempatan untuk kembali ke panggung investasi. Pada tahun ini, Ma memilih kembali berinvestasi di dunia properti. Dia melihat ada peluang yang menguntungkan di Xianghe, Provinsi Hebei, China. Dia pun membeli dua vila dari seorang investor.

"Ketika itu, saya hanya memiliki uang 500.000 yuan dan tentunya tidak bisa berinvestasi di Beijing," katanya.

Jatuh bangun dalam investasi yang dilakukan Ma menjadikannya dia lebih tegar dan berani dalam melangkah. Risiko yang sangat tinggi dalam bisnis keuangan tidak membuat mata Ma terus menutup dan berhenti untuk melompat lebih tinggi.

Selain memiliki naluri bisnis yang kuat, Ma juga mengandalkan bakat alamiah sebagai modal untuk mengetahui bagaimana mendapatkan keuntungan


Bob-Sadino (entrepreneur sukses)

Bob Sadino adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Bob berwirausaha karena “kepepet”, selepas SMA tahun 1953, ia bekerja di Unilever kemudian masuk ke Fakultas Hukum UI karena terbawa oleh teman-temannya selama beberapa bulan. Kemudian dia bekerja pada McLain and Watson Coy, sejak 1958 selama 9 tahun berkelana di Amsterdam dan Hamburg.
Setelah menikah, Bob dan istri memutuskan menetap di Indonesia dan memulai tahap ketidaknyamanan untuk hidup miskin, padahal waktu itu istrinya bergaji besar. Hal ini karena ia berprinsip bahwa dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin, dan ia pun bertekad untuk tidak jadi pegawai dan berada di bawah perintah orang sejak saat itu ia pun bekerja apa saja mulai dari sopir taksi hingga mobilnya tertubruk dan hancur , kemudian kuli bangunan dengan upah Rp 100 per hari.
Suatu hari seorang temannya mengajaknya untuk memelihara ayam untuk mengatasi depresi yang dialaminya,dari memelihara ayam tsb ia terinspirasi bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur,tentunya manusia pun juga bisa, sejak saat itulah ia mulai berwirausaha.
Pada awalnya sebagai peternak ayam, Bob menjual telor beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Dalam satu setengah tahun, dia sudah banyak relasi karena menjaga kualitas dagangan,dengan kemampuannya berbahasa asing, ia berhasil mendapatkan pelanggan orang-orang asing yang banyak tinggal di kawasan Kemang, tempat tinggal Bob ketika itu.Selama menjual tidak jarang dia dan istrinya dimaki-maki oleh pelanggan bahkan oleh seorang babu.

Namun Bob segera sadar kalo dia adalah pemberi service dan berkewajiban memberi pelayanan yang baik, sejak saat itulah dia mengalami titik balik dalam sikap hidupnya dari seorang feodal menjadi servant, yang ia anggap sebagai modal kekuatan yang luar biasa yang pernah ia miliki.
Usaha Bob pun berkembang menjadi supermarket, kemudian dia pun juga menjual garam,merica, sehingga menjadi makanan.Om Bob pun akhirnya merambah ke agribisnis khususnya holtikultura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur konsumsi orang-orang
Jepang dan Eropa dia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah untuk memenuhi.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira orang, dia sering berjumpalitan dan jungkir balik dalam usahanya. Baginya uang adalah nomer sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menemukan dan berani mengambil peluang.
Bob berkesimpulan bahwa saat melaksanakan sesuatu pikiran kita berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, apa yang ada pada diri kita adalah pengembangan dari apa yang telah kita lakukan. Dunia ini terlampau indah untuk dirusak, hanya untuk kekecewaan karena seseorang tidak ,mencapai sesuatu yang sudah direncanakan.Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah, yang penting adalah action. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan, setelah mengalami jatuh bangun, akhirnya Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman yang selalu dimulai dari ilmu dulu, baru praktek lalu menjadi terampil dan professional.
Menurut pengamatan Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu berpikir dan bertindak serba canggih,
bersikap arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Om Bob selalu luwes terhadap pelanggan dan mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan, sehingga dengan sikapnya tersebut Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelangan akan membawa kepuasan pribadinya untuk itu ia selalu berusaha melayani klien sebaik-baiknya.
Bob menganggap bahwa perusahaannya adalah keluarga, semua anggota keluarga Kem harus saling menghargai, tidak ada yang utama,semuanya punya fungsi dan kekuatan sendiri-sendiri.  


HARI DHARMAWAN LEGENDA BISNIS “MATAHARI”

Saya menyebut Hari Dharmawan sebagai ”The Legend”. Saya kira ia pantas disebut seperti itu karena prestasi bisnisnya selama 40 tahun lebih. Ukuran yang sederhana bisa kita pakai untuk melihat suksesnya adalah semua orang mengenal Matahari sebagai jaringan ritel raksasa di Indonesia. Kata matahari bukan saja diasosiasikan sebagai sumber cahaya dan energi, tetapi juga sebuah ritel yang ada di mana-mana. Kini, sang legenda sudah 62 tahun, tetapi geloranya dalam menyampaikan gagasannya masih seperti orang yang muda. Saya kira, semangat bisnisnya juga masih menggelora seperti bicaranya.
Saya melihat Hari Dharmawan seperti seorang yang tidak pernah kering energinya. Hal seperti inilah saya kira yang membuatnya sukses, di samping kecerdasan, kerja keras, dan merintis usaha ini dari kecil sekali.
Gelora itu tampak pada karyanya yang terakhir. Ia mendirikan ritel yang sangat unik, Value Dollar dan Rumah Matahari. Value Dollar unik disebut unik karena mereka menjual seluruh barangnya dengan satu harga Rp 5.000 per unit. Kesan kuat dengan konsep ini adalah barang yang ditawarkan di toko ini murah sekali, cuma Rp 5.000. Konsep serba Rp 5.000 mempunyai daya tarik yang
luar biasa bagi yang melihat toko Value Dollar dari jauh, atau memunculkan rasa ingin tahu yang besar untuk masuk.
Setelah itu, karena harganya yang Rp 5.000 membuat orang tidak berpikir panjang untuk membeli sesuatu. Sebab, uang Rp 5.000 saat ini bukan sebuah bilangan besar, tidak perlu rencana yang panjang membelanjakan Rp 5.000. Jadi, orang seperti terjebak untuk membeli karena harganya yang dikesankan sangat murah tersebut.
Rumah Matahari juga mempunyai konsep yang kuat, dan harga yang juga murah. Rumah Matahari, secara sekilas seperti ritel Matahari, juga sama-sama tidak menjual sayur. Tapi di sini menjual binatang peliharaan, furniture, perkakas, dan sebagainya.
Menurut saya, ada tiga hal menarik yang bisa dipetik dari pengalaman Hari Dharmawan. Pertama, ia menyebut bisnis sebagai seuatu yang memberikan manfaat besar bagi semua orang. Bukan untuk memperkaya diri sendiri. Kesimpulan ini saya kira sangat unik dan juga sangat mulia. Prinsip ini saya kira tidak banyak yang menganutnya dan perlu disebarluaskan. Sebab selama ini, ada kesan kuat yang berkembang di mana-mana bahwa bisnis adalah cara yang tepat untuk mengeduk untung sebesar-besarnya. Tetapi, bagi Hari itu saja tidak cukup. Bisnis tersebut harus memberikan kesejahteraan bagi bangsa. Karena alasan seperti itu, Hari tidak melakukan bisnis judi. Dengan perspektif seperti ini, kita bisa melihat semua bisnis ritel yang dikembangkan Hari. Lebih jauh bisa dikatakan bahwa bisnis harus dijalankan dengan memberikan benefit yang besar bagi konsumen dan masyarakat luas, bukan keuntungan yang besar saja bagi
pengusahanya. Jika konsumen merasakan benefit yang besar dari transaksi yang dilakukannya, berapa pun harga barang yang ditawarkan akan terasa wajar terdengar. Sebab, dengan cara seperti ini, konsumen merasa bukan hanya membeli barang, tetapi juga membayar untuk mendapatkan benefit yang kadang-kadang tidak bisa diukur dengan uang. Benefit bagi masyarakat luas bisa diartikan bahwa bisnis tersebut menyerap tenaga kerja yang banyak.
Kedua, bisnis harus dijalankan secara bisnis kendati terhadap keluarga sendiri. Hal ini terlihat sejak Hari berusia 18 tahun ketika baru mendirikan toko pertamanya yang bernama Mickey Mouse di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Ketika itu, ia baru saja menikah dan diberi tempat oleh mertuanya untuk usaha. Hal yang sangat berarti telah ditanamkan oleh ayah dari istrinya bagaimana memandang bisnis. Pertama, bisnis tersebut harus dimulai dari kecil, dan kedua, segala perhitungan dengan ayahnya berlangsung seperti bisnis pada umumnya. Ajaran yang sederhana tetapi membuat Hari terpacu. Ketika itu, ia hanya diberi sebidang tempat, dan dalam beberapa bulan tempat itu harus dilunasinya. Jadi, bukan fasilitas gratis seperti sering kita dilakukan oleh sebagian orang lain sampai saat ini. Dengan begitu, ia bekerja keras untuk mengembalikan pinjamannya kepada ayahnya. Dan uniknya, Hari harus membangun bisnis di kawasan yang sebenarnya tidak begitu ramah ketika itu karena banyak gangster-nya. Jadi, kendati kepada anak atau kepada ayah sendiri, hubungan bisnis dilakukan secara bisnis. Tentu saja hubungan keluarga harus tetap berlangsung secara keluarga, kendati Hari tidak menceritakannya.
Ketiga, Hari memulai bisnisnya dari kecil, dan kemudian berkembang menjadi raksasa seperti sekarang. Bisnis yang kecil pada awalnya adalah sesuai dengan kemampuannya, dari sini ia belajar membesarkan bisnis.
Pengetahuan dan kemampuannya mengelola bisnis tumbuh bersama bisnisnya sehingga ia tetap bisa mengendalikan bisnis tersebut setelah menjadi raksasa beberapa puluh tahun kemudian. Dengan kata lain, seperti sering yang sering saya sebut sebagai konsep tumbuh dari bawah.
Mengendalikan bisnis yang besar sangat berbeda dengan mengelola usaha yang masih kecil. Karena itu, jika bisnis yang ditekuni “lebih besar” dari kemampuan pengelolanya, bisa dipastikan bisnis tersebut akan hancur. Ini yang sering disebut orang sebagai pengalaman. Coba bayangkan, seorang yang belum pernah bisnis dan tanpa sekolah bisnis pula, lalu diserahkan mengelola Matahari yang sudah raksasa itu?
*Artikel ini pernah dimuat di harian sore SUARA PEMBARUAN tanggal 15 Agustus 2003

Bob Sadino tularkan ilmu entrepreneurship ke mahasiswa

Suara gelak tawa ratusan mahasiswa terdengar riuh dari Ruang Aula Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Kamis (29/10). Siang itu, salah satu entrepreneur terkemuka Indonesia, Bob Sadino, kembali hadir sebagai pembicara dalam acara Seminar Entrepreneurship dan Roadshow Bob Sadino yang digelar di kampus tersebut. 

Tetap dengan gayanya yang khas, yakni kemeja dan celana pendek, pengusaha berambut putih yang lebih akrab dengan panggilan Om Bob tersebut memaparkan pengalamannya dalam merintis bisnisnya mulai dari nol hingga berhasil menjadi pionir di bidang agrobisnis dan agroindustri dengan mengusung bendera Kemchicks Group.

Bob bahkan sempat menantang ratusan mahasiswa yang hadir di ruangan itu untuk meninggalkan kampus, jika ingin menjadi seorang wirausahawan sukses.

“Kalau Anda-Anda berani, sekarang juga keluar dari ruangan ini dan jangan pernah kembali lagi. Sebab di sini (di kampus-red), Anda hanya buang waktu dan uang. Ayo, siapa yang berani. Tadi saat saya tanya siapa yang ingin menjadi entrepreneur, banyak yang acungkan jari. Kenapa sekarang tidak ada yang berani keluar. Berarti cengeng semua,” tegas Bob.

Dalam seminar tersebut Bob pun menguraikan berbagai pengalamannya dalam berbisnis. Bob menyebutkan ada tiga prakondisi bagi seseorang yang memulai sebagai seorang <I>entrepreneur<I>.  Pertama, seorang <I>enterprenuer<I> tidak boleh mengenal kata takut. Hal kedua adalah tidak boleh berharap.

“Jika mau berwiraswasta, buang jauh-jauh harapan yang terlalu berlebihan. Sebab semakin banyak Anda berharap, semakin banyak Anda akan kecewa,” tuturnya.

Terakhir adalah membuka belenggu jalan pikiran yang menghambat. Menurut Bob, hal inilah yang paling sulit dilakukan oleh sebagian besar orang.

Walau begitu, dunia wirausaha menurut Bob juga tidak semenakutkan sebagaimana yang dilihat para calon entrepreneur. Menurut Bob, ada proses pembelajaran yang memang harus dilalui, di antaranya mengalami kegagalan dan keberhasilan yang silih berganti.

Maestro Entrepreneur Bob Sadino: ‘Untung dan Rugi Bagian dari Usaha’ Print

Siapa tak mengenal sosok yang satu ini? Dengan gaya yang sangat santai dan cenderung nyeleneh, akan tetapi banyak orang mengejarnya laksana selebritis hanya untuk mengetahui atau memperoleh jurus-jurus jitu seorang pengusaha besar dan sukses. Dialah, Bob Sadino, sang Maestro Entrepreneur.
Dalam seminar bertajuk “The Power of Bisnis” yang digelar Jakarta Enterprener Club (Jakec) di Gedung Lafonte Sarinah, Jakarta, Bob Sadino didaulat menjadi narasumber. Sebagai seorang pengusaha yang sukses, Bob Sadino memberikan banyak pengalaman kepada para pengusaha muda melalui forum yang dipandu oleh Nadia Ardiyawinata. Om Bob, demikian sapaan mesra Bob Sadino, tentu saja menjawab beberapa pertanyaan sejumlah peserta dengan jawaban nyeleneh namun cukup mengena bagi siapa saja yang mendengar.

"Apa kiat Om Bob sebagai seorang pengusaha yang sukses, karena saya baru menjadi pengusaha dan bagaimana menyiasati karena saya banyak hutang, apa kiatnya?" tanya seorang pengusaha dari Bandung.

Menjawab pertanyaan itu, Om Bob langsung mencoba berbagi pengalaman dengan para peserta seminar. "Jangan tanya kiat. Saya nggak punya kiat, coba anda jelaskan apa itu kiat? anda sendiri tidak bisa menjelaskan apa itu kiat kan ? Ada sesuatu gejala para pengusaha muda cenderung ingin mengambil jalan pintas menjadi pengusaha, kita terjebak ! Pada saat sekolah, otak kita terstruktur bahwa berusaha itu harus untung. Kalau anda berusaha kemudian rugi anda menyesal, apakah dagang itu cari untung? Coba jawab? Kalau cari cari rugi apakah salah?" tanya Bob kembali agak keras.

Oleh karena itu, kata Om Bob, harus diubah cara berpikir tentang untung dan rugi dalam berusaha. “Tolong disadari, rugi atau untung itu bagian dari usaha. Karena itu harus jalan terus,” kata Om Bob yang disambut riuh oleh para peserta forum.

Forum yang dimulai pukul 9.00 WIB semakin meriah dengan jawaban Bob Sadino kepada para penanya yang sedikit serius namun sangat mengena untuk para pengusaha muda peserta forum bisnis ke II. Menjelang siang, acara tetap berlangsung semakin meriah karena pengalaman maestro entrepreneur ini sangat berguna bagi mereka dalam berusaha.

"Bagaimana cara menyiasati semangat saya yang naik turun dan bagaimana sukses yang lebih dari orang lain," tanya seorang pengusaha dari Jakarta kepada nara sumber. Lontaran pertanyaan itu langsung diputar balik oleh Om Bob. "Coba anda jelaskan tentang sukses? Toh anda sendiri nggak tahu kan? Pertanyaannya adalah sebuah modal. Anda rasakan sendiri ternyata bertanya itu sulit kan?”

Modal pena dan kertas saja

Pengusaha sukses yang tidak pernah lepas dari pakaian kesehariannya, yaitu kemeja santai dan celana pendek ini kemudian memberikan tips-tips bermanfaat untuk generasi muda yang ingin terjun menjadi seorang enterprener. Pertama, sukses bukan beban, tapi lakukan sesuatu yang membuat diri kita menjadi rilexs (nyaman). Kedua, kita bisa berbuat banyak apabila usaha tersebut kita senangi. “Rezeki sudah diatur oleh Tuhan, jangan jadikan sukses sebagai tujuan. Saya nggak punya kiat, tapi jalan saja terus," cetusnya.

Sang Maestro kemudian menceritakan bagaimana bisa menjadi seorang pengusaha besar sampai sekarang ini. Bob Sadino yang dahulu bekerja di Djakarta Lyod dengan gaji cukup dan fasilitas memadai ini lalu memutuskan keluar dari perusahaan tersebut. "Saya tidak mau bekerja, saya bilang pada istri saya. Istri saya tidak ada komentar," ucap Bob mengenang mas lalunya yang pernah menjadi sopir taxi gelap pada tahun 70 dan menjadi kuli bangunan.

Om Bob bercerita bagaimana telur yang ada di Indonesia berbeda dengan telur yang ada di Eropa. Karena perbedaan itulah, ia ambil pena dan kertas kemudian meminta kepada temannya yang di Eropa untuk mengirim ayam yang bisa bertelur dan meminta majalah, atau brosur tentang beternak ayam petelur yang pada waktu itu di Indonesia belum ada.

Ayam yang di kirim dari Eropa tersebut dipelihara dan kemudian bertelur sampai sekitar 5 kg banyaknya. Karena cukup untuk makan, sebagian telur kemudian dijual ke tetangganya. Ternyata, tidak ada tetangganya yang mau memakan telur itu, karena telurnya berbeda. Hingga akhirnya ada tetangganya yang orang asing mau membeli telur ayamnya.

“Setelah telur saya jual kepada mereka, kemudian saya ditanya oleh mereka, mana daging ayamnya," ujarnya. Bob pun kemudian menulis surat lagi kepada temannya yang di Eropa untuk mengirimkan ayam yang khusus untuk diambil dagingnya, dipelihara dan dijual khusus dagingnya saja.

"Jadi modal saya awal adalah secarik kertas dan pena, saya hanya punya Impuls (reflek) ketika melihat perbedaan telur tersebut. Saya tidak punya mimpi, karena saya tidak sedang tertidur. Lakukan dengan mata terbuka, jadi tidak ada mimpi untuk saya. Saya juga tidak pernah ditanya oleh orang tua saya tentang cita-cita waktu saya kecil," katanya menjelaskan kepada penanya tentang mimpi menjadi pengusaha sukses dan cita-citanya waktu kecil. (IR/RW/Gemari)
BOB SADINO TAMPIL DI ENTREPRENEURSHIP SEMINAR “Saatnya Mahasiswa Kaya"


Pengangguran Terbuka di Indonesia tahun 2008 mencapai 9.4 juta jiwa dan 4,5 juta diantaranya merupakan pengangguran terdidik dan bahkan 60% ternyata merupakan lulusan sarjana. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan “mengapa hal itu bisa terjadi?’ Menurut The Indonesian Institute for Public Research , hal itu terjadi karena Konsep Link and Match belum berjalan dengan baik dan dunia pendidikan belum Labour Market Based.

 Pengangguran Terbuka di Indonesia tahun 2008 mencapai 9.4 juta jiwa dan 4,5 juta diantaranya merupakan pengangguran terdidik dan bahkan 60% ternyata merupakan lulusan sarjana. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan “mengapa hal itu bisa terjadi?’ Menurut The Indonesian Institute for Public Research , hal itu terjadi karena Konsep Link and Match belum berjalan dengan baik dan dunia pendidikan belum Labour Market Based.

Selain itu masih ditambah dengan mindset sebagian besar masyarakat (juga dikalangan mahasiswa) yang berfikir Lebih Nyaman jadi Karyawan. Berlatar belakang hal tersebut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISE UNY bekerjasama dengan Satoejari Communication Strategi akan mengadakan seminar dan Roadshow bertema “Saatnya Mahasiswa Kaya” dengan pembicara tunggal pengusaha sukses, motivator Bisnis, Bob Sadino yang mendapat julukan Begawan Entrepreneur Indonesia. Seminar akan diadakan Rabu (28/10) mulai pukul 7.30 – 13.00 bertempat di Auditorium UNY. Menurut Ketua BEM FISE UNY, Trivanto Puspito Nugroho , maksud dan tujuan seminar ini memberikan pengetahuan yang lebih dalam implementasi kewirausahaan, mengetahui praktik riil dunia kewirausahaan, melatih kemandirian mahasiswa, mengubah mindset mahasiswa agar berwirausaha bukan hanya jadi karyawan, menginspirasi mahasiswa untuk menjadi entrepreneur yang kuat dan mendukung entrepreneurship dikalangan muda Indonesia. Bagi yang berminat mengikuti acara ini, informasi lebih lanjut dapat menghubungi Panitia Seminar, sekretariat Gedung Merah FISE UNY Kampus Karangmalang Telp: 586168, pswt 361.


Menjadi Entrepreneur Selalu Dituntut Kreatif

Ringkasan artikel Purdi E Chandra

Dunia entrepreneur merupakan dunia tersendiri yang unik. Itu sebabnya, mengapa entrepreneur atau wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif setiap waktu. Dengan kreativitasnya, tidak mustahil akan terbukti bahwa ia betul-betul memiliki citra kemandirian yang memukau banyak orang karena mengaguminya, dan selanjutnya akan mengikutinya.

Menjadi Entrepreneur Kreatif di saat krisis ekonomi merupakan suatu tantangan yang sangat berat. Digambarkan seseorang yang akan terjun menjadi entrepreneur kreatif, ia harus bekerja 24 jam sehari, dan 7 hari dalam seminggu. Apalagi dalam melakukan bisnis modern, tidak mungkin dapat hidup dan berkembang tanpa kemampuan menciptakan sesuatu yang baru pada setiap harinya. Walaupun itu hanya merupakan gabungan dari berbagai  unsur yang telah ada, kedalam bentuk baru yang berbeda. Dan dari kreativitas itu pula akan muncul cara-cara baru, mekanisme kerja atau operasi kerja untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas.

Tentu saja, dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda-beda. Kreatifitas bak sebuah sumber mata air, yang tentunya jangan sampai kita biarkan sumber mata air itu mengering. Kita harus tetap belajar dan menggali terus kreativitas tersebut.

Itu sebabnya mengapa ada yang menyebut wira usahawan itu sama dengan orang aneh. Sebab, di balik kata itu tersembunyi kekuatan yang dimiliki seorang entrepreneur dari kebanyakan orang.

Banyak contoh yang dpat memberikan gambaran kepada kita, bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin dilakukan wirausahawan. Keluarkan semua ide atau gagasan Anda. “Ide gila” yang akan Anda sampaikan itu boleh jadi suatu waktu akan mengundang kekaguman banyak orang. Orang lain akan gigit jari ketika melihat keberhasilan Anda, dan mungkin saja mereka akan bergumam: “Mengapa hal seperti itu dulunya tidak terfikirkan oleh saya?”

Kalau Anda berani tampil beda, itu berarti, Anda akan memiliki jiwa entrepreneur. Dan, yang lebih penting bagi kita adalah sebaliknya kita jangan malu akan kesalahan yang kita buat. Seorang entrepreneur memang tidak menyukai kesalahan, tetapi ia tetap akan menerimanya sepanjang hal itu dapat memberikan pelajaran berharga.

Ia harus mampu meloloskan diri dari situasi-situasi yang hampir tidak mungkun diatasi. Sebab dalam era global sekarang ini, kegiatan usaha yang kita jalankan hampir 90% justru tidak sesuai rencana. Oleh karena itu, kita harus luwes dengan rencana yang telah kita buat. Dan, saya berpendapat bahwa seorang entrepreneur juga tidak boleh gampang berputus asa. Ia harus yakin dengan kreativitasnya, pasti ada jalan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Peluang Bisnis valas / Forex Online Indonesia di BetonMarkets

Valas Online Betonmarkets
Valas Online Betonmarkets

Oleh : Deryandri

Valuta asing (VALAS) atau foreign exchange (FOREX) adalah istilah yang kita pakai untuk mata uang asing. Setiap mata uang disuatu Negara nilainya selalu berubah dibandingkan nilai mata uang Negara lain karena dipengaruhi oleh banyak factor, perubahan nilai mata uang ini telah menjadi peluang bisnis bagi banyak orang sehingga muncul yang namanya bursa valas/forex, bermain valas di bursa valas biasanya membutuhkan modal yang cukup besar, bahkan kita harus memanfaatkan tenaga trader atau broker untuk bisnis ini, seiring dengan perkembangan waktu bisnis forex dapat dilakukan secara online melalui komputer anda dimanapun anda berada. Salah satu tempat bisnis forex secara online dengan modal yang flexible minimal $5 maksimum $150.000 adalah di BetonMarkets. Website ini dibuat untuk trader pemula dan trader yang sudah mahir, yang modal kecil maupun modal besar. Untuk latihan anda dapat membuka Account Virtual, jika anda sudah trampil dan yakin anda dapat memulai dengan Real Money Account. Yang paling menarik dari bermain valas melalui website ini adalah hasil yang anda dapatkan adalah milik anda, anda tidak perlu membayar komisi atau biaya broker

Peluang Bisnis Online

Tahukah Anda, bahwa kebanyakan orang Indonesia menggunakan Internet hanya sebagai ‘user‘ (pengguna)? Dan ‘user‘ itu identik dengan ‘customer‘.

Di bawah adalah gambaran kegiatan seorang pengguna internet sebagai user:

Bisnis Online

Bisnis Online

User biasanya menggunakan Internet hanya sebatas untuk mengirimkan email; browsing untuk mencari informasi; chatting untuk ngobrol sana-sini dengan teman; berdiskusi melalui forum, milis, dll. Juga men-download musik, video, software, games, eBook untuk kepentingan pribadi atau sekedar hiburan.

Apakah Anda salah satunya? :-)

Fakta 1:

Bisnis online (eCommerce) saat ini masih dikuasai oleh negara-negara maju. Sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia dijadikan salah satu target market atau pangsa pasar mereka!

Fakta 2: Sebuah bangsa akan lebih maju, jika masyarakatnya sadar bahwa internet sebenarnya bisa dijadikan sebagai ‘alat’ untuk mengembangkan bisnis mereka ke seluruh dunia.
Seorang pemasar online, dia menggunakan teknologi internet untuk mengembangkan bisnisnya ke penjuru dunia. Kita bisa lihat bagaimana mereka menggunakan email untuk promosi melalui newsletter-nya, browsing untuk melakukan riset pasar, meng-upload info produk mereka untuk dijual. Dan menyediakan forum untuk pelanggannya.
 

 Sederhananya, yang mereka lakukan adalah kebalikan dari seorang ‘user‘. Coba perhatikan gambar di bawah:

Cara Bisnis Online

Cara Bisnis Online

Bisnis online sendiri sebenarnya sudah marak di Indonesia sejak tahun-tahun sebelumnya. Banyak orang Indonesia mengenalnya dengan istilah eCommerce, internet marketing indonesia, atau online marketing indonesia.

Perbincangan seputar HEBATnya eCommerce ini sering kita dengar di mana-mana. Sayangnya, tidak ada yang mampu mengajarkan ilmunya, setahap demi setahap dan secara detil apa yang harus dilakukan, dan bagaimana memulainya!

Untuk itulah Asian Brain IMC (Internet Marketing Center) hadir, sebagai pusat Belajar Internet Marketing PERTAMA di Indonesia.

Pendirinya, Anne Ahira, memiliki misi dan visi untuk menciptakan Gerakan REVOLUSI eBisnis di Indonesia.

Melalui ’sekolah online‘ nya, Ahira berharap bisa mencetak ribuan pemasar online professional yang siap bersaing dengan pemasar online di seluruh dunia, dan sedikit banyak hal ini sudah terbukti!

Saat menerima penghargaan dari Bapak Suryadharma Ali, Menteri Koperasi & UKM Republik Indonesia, Anne Ahira memberikan gambaran posisi Indonesia di dunia internet marketing saat ini:

Belajar Bisnis Online

Belajar Bisnis Online

Menurut Ahira, ada jutaan pemasar online dari berbagai negara saat ini, yang mempromosikan produk mereka ke seluruh dunia, dan salah satu negara yang menjadi target marketnya adalah INDONESIA.

Bayangkan, sudah berapa banyak orang Indonesia yang telah berbelanja produk melalui internet? Katakanlah berbelanja buku di Amazon? Atau meski hanya mengklik sebuah iklan sekalipun? Lalu siapa yang meraup keuntungan? –» Pemasar online luar negeri! «–

Menurut Ahira, fakta di atas bisa diubah dan diseimbangkan, dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia agar mulai menggunakan internet sebagai media promosi bisnis mereka!

Bagi Anda yang tidak memiliki produk, Anda bisa menjalankan bisnis online dengan mengikuti program affiliate, yaitu membantu memasarkan produk orang lain untuk mendapatkan komisi.

Bagi pemilik Industri kecil, Anda bisa membangun program affiliate dan mengundang pemasar online di seluruh dunia untuk turut serta mempromosikan produk Anda ke seluruh dunia!

Bayangkan, jika banyak orang Indonesia yang paham bagaimana cara mempromosikan produk dalam negeri melalui internet, maka inilah yang akan terjadi:

Bisnis Online Indonesia

Bisnis Online Indonesia

Jika ada ribuan, atau bahkan jutaan orang Indonesia yang mampu berpenghasilan ribuan US dollar per bulan dari bisnis online-nya! Bukankah itu sebuah REVOLUSI?

Mungkinkah REVOLUSI ini bisa terjadi?

Kenapa tidak? :-)

Jika kita semua mulai belajar, saling bahu-membahu dan bergandengan tangan, revolusi itu sangat mungkin terjadi!

Melalui edukasi Internet Marketing di Asian Brain, bersama-sama kita BUKTIKAN kepada dunia, bahwa orang Indonesia pun mampu bersaing di pasar global, dan YAKIN kita bisa lebih baik daripada mereka!

Peluang Bisnis Air Isi Ulang

Oleh : Deryandri

Peluang Bisnis Air Isi Ulang
Peluang Bisnis Air Isi Ulang

Peluang bisnis air isi ulang adalah peluang bisnis yang mudah dijalankan, tidak memerlukan keahlian dalam pengelolaanya, modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar. bisnis ini baik bagi yang mau memulai bisnis. Diperkirakan bisnis ini akan survive dalam jangka waktu yang cukup lama, seiring dengan berjalannya waktu pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perumahan tidak ter iringi oleh pertumbuhan sarana air bersih, walaupun ada sarana air bersih dari PDAM sebagian orang masih memilih menggunakan air isi ulang untuk kebutuhan air minumnya, karena lebih efisien dan lebih ekonomis.

Banyak masyarakat menyadari akan peluang bisnis ini sehingga banyak sekali bermunculan depot air isi ulang, walaupun begitu, dilihat dari sisi kebutuhan masyarakat, bisnis ini masih memiliki prospek yang cukup baik.

Tahap awal yang perlu diperhatikan ketika akan memulai bisnis air isi ulang ini adalah memilih lokasi yang tepat, memilih sumber air yang baik, penampilan tempat yang bersih dan hiegenis, memilih pegawai yang punya energy untuk melayani pelanggan dengan baik.

Semua bisnis selalu ada tantangannya, sebagai pebisnis kita dituntut kreatif dalam mendapatkan pelanggan. Banyak yang sudah menerapkan sistim bonus, vocher dll. Menurut saya jauh lebih penting dari itu adalah meningkatkan pelayanan. Kecendrunngan konsumen mereka sering setelah air mereka hampir habis sehingga mereka sangat membutuhkan pelayanan yang cepat. Selain itu konsumen cendrung menghubungi no telp yang ada di gallon sebelumnya. Maka kondisi ini dapat kita siasati dengan menambah armada seiring dengan meningkatnya pesanan, ketika armada tidak jalan dapat kita optimalkan dengan langsung dating kerumah-rumah, kemudian setiap gallon kita beri lebel dengan lebel usaha kita yang dilengkapi no tlp yang mudah dilihat.

Keberhasilan bisnis juga ditentukan oleh bagaimana kita mengelola keuangan, hasil usaha harus dialokasikan untuk memperbarui aset, pengembangan. dana tersebut dapat di investasikan dalam bentuk tabungan deposito, instumen lain yang cukup baik sebagai instrumen investasi adalah dalam bentuk emas, sebagaimana kita ketahui emas tidak pernah kena inflasi. dari zaman nabi sampai sekarang nilai emas masih sama, baca lebih lengkap Jurus cerdas investasi emas

Make a Free Website with Yola.